Thursday, June 23, 2011

VoaF#102 - Verses

*by Rinny Soegiyoharto*
*** *** ***

Unforgettable verses that used to be very often sent to me. Filled my days behind...

"I had many things to write to you, but I am unwilling to write to you with ink and pen;
but I hope to see you soon, and we will speak face to face.
Peace be to you."

Followed by the prayers that accompany whole full colour days in the unframed painting.

Those prayers will never be over, because souls are united according to HIS will.

I understand the meaning of a greatest love. Tears after the service was a total surrender in full obedience to HIM.

And when singing out of "How Great Is Our God", was really a full appreciation and love of almighty.

How could ignore the spiritual experience that is extraordinary?
People may not believe it. Even if you want to scoff on the pretext that the experience was not logical. But I experienced it directly, I am the witness. Was very feel it. That sink deep into the depths of my spirit.

Thank You, my LORD...
___________
RS @ OwnBlog http://suara-hati-rinny.blogspot.com/

Wednesday, June 22, 2011

VoaF#101 - Heal Surrounding Us

*by Rinny Soegiyoharto*
*** *** ***

Only mention, and that's all. Will be work. Just do that!

Here are the following mantra which have to mentioned by us, every single time as often as we can do. We get such a simple way. Don't too much thinking of that all. Just do!

"I Love You"
"Please forgive me"
"I am sorry"
"Thank you"

Cleaning self is letting go and letting God!

Suggested by
Morrnah Nalamuku Simeona,
Ihaleakala Hew Len,
Joe Vitale,
and me :-)
___________
RS @ OwnBlog http://suara-hati-rinny.blogspot.com/

VoaF#100 - SERIAL IMPESTA: DARI IRIDOJA MENUJU RAPAT KAUKUS

*by Rinny Soegiyoharto*
*** *** ***
¤PERINGATAN!!!¤
Kisah dalam serial ini FIKTIF!!! Apabila terdapat kesamaan nama, tempat, peristiwa... yaaa mohon maafffff...
¤¤¤

Rumah Myacinta bertonggak di bukit Iridoja. Tempat yang nyaman untuk pulang. Dinding-dinding batu vulkanik berlapis kulit kayu ebonique yang dicat jingga redup di bagian dalamnya, menghantarkan hangat saat angin dan udara Iridoja bertiup dingin.

Cat tembok luar rumah yang hijau matang, sudah tertangkap radar Gwenu, sesaat setelah kendaraannya menuruni tanjakan terakhir jalan Iridoja.
"Mestinya My sudah di beranda, jadi langsung berangkat. Bisa diamuk massa kalau sampai aku dan dia terlambat di rapat." Ucap Gwenu dalam hati. Ia menambah tekanan pada gas kendaraannya.

Myacinta melambai di beranda saat kendaraan Gwenu melintasi gerbang pekarangan. Ia segera melompat di belakang huminpar-nya (huminpar: pacar, pacaran) tepat ketika Gwenu menginjak pedal rem.
"Tancap Gwen... Jika tidak ada 'sale' marketmass hari ini, jalan di bawah masih bisa diandalkan untuk membiarkan kita lewat tanpa tersendat..." Ujar Myacinta sembari menepuk pundak Gwenu.

"Tadi masih aman, My. Kita tak boleh telat." Gwenu segera tancap gas, menghentakkan moge yang lebar itu hingga sekilas melayang.
Tentu saja tanpa suara bising dan tanpa asap mengepul di belakangnya. Desain moge berbahan bakar ramah lingkungan dan kedap suara bising, adalah wajib di Impesta. Pelanggaran atas aturan tersebut dikenai sanksi berat. Sebagian besar humin patuh pada undang-undang negeri ini. Sedikit saja yang masih mendebatnya dan tak mau turut aturan.

My memanjangkan rambutnya hingga mencapai pinggang. Bukan peraturan, hanya ingin saja. Sebab rambut yang panjang membuat tengkuknya terasa hangat. Ia lebih suka disebut Elga, meski orangtuanya datang dari Elga dan Inte. Pasangan seperti orangtua My memang jarang ada di Impesta. Para humin cenderung berpasangan dengan etniknya sendiri.

My dan Gwen huminpar sudah cukup lama. Mereka belum ingin mengkukuhkan hubungan ke huminsat (kawin, bisa juga istilah untuk pasangan menikah). Tidak ada tradisi mempertanyakan usia saat humin tetap masih huminis (lajang) atau huminpar masih tetap huminpar. Undang-undang negeri Impesta tidak mengatur usia huminsat. Usia kronologis humin hanya dibagi tiga, yakni muda, tanggung dan matang. Masyarakat adat dalam koloni etniknya masing-masing di Impesta sudah menata kehidupan dan budaya mereka, yakni huminsat terjadi saat sudah matang. Negara tidak mencampur-adukkan urusan individu dengan urusan negara.

Gwenu, keturunan Epla sejati. Interaksi dengan huminsosial sedikit banyak telah membentuk dirinya dalam menyikapi berbagai situasi sosial. Ia tidak pernah berhenti belajar, terutama mengembangkan diri. Meskipun karakter dasar Epla tetap saja tak kan mungkin tercangkok. Gwenu tetap Epla di tengah-tengah huminsosial.

Berkendara di wilayah asri Iridoja sangat menyenangkan. Setiap rumah memiliki pekarangan luas yang ditumbuhi beragam tanaman besar dan kecil. Rata-rata penduduk Impesta punya kesadaran tinggi soal pentingnya area resapan agar tidak terjadi banjir seperti di negara-negara sebelah sana.
Moge Gwen melintas di depan sebuah gerbang yang ditumbuhi tanaman rambat. Sesosok humin melambai kepada mereka. My membalas lambaian itu dengan melepaskan ciuman jauh. Hubungan sosial yang hangat, tampak dan terasa seketika. Antar tetangga saling menyapa meski hanya melambaikan tangan.
"Agre yang hebat, ya My," seru Gwen agak keras.
"Santakha? Iya, menurutku juga begitu. Huminsatnya Epla, 'kan? He he he..." Seloroh My bertujuan setengah menggoda Gwen.
"Dia bisa beradaptasi. Jarang sekali Epla berpengaruh pada Agre," ujar Gwen, berusaha tidak terpengaruh My.
"Hei... Bukankah kita sepakat tidak menjadikannya masalah dalam kehidupan sosial? Perbedaan itu mereka rayakan, itu sebabnya mereka solid dan harmonis dalam huminsat." My mengingatkan Gwen.

Sementara itu, angin sejuk Iridoja mengantarkan lamat-lamat alunan gending dari balik tembok rumah Santakha yang baru saja mereka lewati. Warna musik khas Epla yang mistik, spiritual dan meditatif.
"Engilaz sedang menari dan berdoa," sebut Gwen, lirih. Hampir tak terdengar di telinga My. Tapi My mengerti.

Lebih jauh, My paham kerinduan yang tersirat dalam suara dan kata-kata Gwen. Ia memeluk tubuh Gwen dari belakang, hingga bibirnya dapat menjangkau telinga Gwen dan berbisik, "Huminsat Santakha itu tetap Epla sejati sepertimu. Nuansa spiritual kalian sangat mengagumkan."
Gwen tidak menjawab, hanya mengangguk dengan perasaan haru. Ia rindu melakukannya juga. Ritual pemujaan yang selalu menenangkan. Seolah-olah kehadiran Pencipta sangat dekat.

Baik Gwen maupun My sadar yang harus mereka lakukan saat itu. Sebentar lagi mereka segera akan bertemu dengan berbagai humin dalam rapat yang keras. Agenda hari ini membahas mekanisme pendampingan bagi humin tanggung yang mendekati matang. Program pendidikan khusus bagi generasi penerus Impesta ini menjadi 'concern' kaukus mereka. Tak hanya di negara-negara lain di dunia, Impesta pun tak luput dari pro-kontra seputar program-program terkait persiapan dan penyiapan generasi penerus yang dalam rencana pemerintah saat ini diproyeksikan sebagai pemimpin-pemimpin Impesta duapuluh tahun lagi.

Lima menit setelah itu, Gwen menepikan moge-nya, My membantu Gwen berbalik. Mereka berhadap-hadapan. Tangan mereka bertautan, keduanya memejamkan mata. Ini adalah kebiasaan mereka berdua sebelum memasuki ruang rapat kaukus dan berbaur dengan yang lain. Mereka hampir tiba di kaki bukit yang menghamparkan deretan toko, kantor, pasar, sekolah dan pusat-pusat aktivitas lainnya. Tertata rapi berdasarkan perencanaan kota yang sangat bagus.
Tidak sembarang berhenti. Keduanya kini di area pitstop yang aman dan diizinkan untuk berhenti sebab tidak mengganggu lalu-lintas jalan.

My mempercayakan doa-doa mereka dipandu Gwen. Ia yakin pada kesungguhan dan penyerahan diri kaum Epla saat melakukan ritual spiritual. Total, pasrah dan ikhlas, dengan tetap teguh pada misi perjuangan mempertahankan kredibilitas, kejayaan dan ketangguhan Impesta sebagai sebuah negeri dan negara.
Gedung Uranium tinggal lima menit lagi di depan. Mereka dapat tiba tepat waktu di sana. Siap mengikuti rapat kaukus hari ini. Menurut schedule tercatat rapat direncanakan berlangsung selama lima jam.

¤PERINGATAN!!!¤
Kisah dalam serial ini FIKTIF!!! Apabila terdapat kesamaan nama, tempat, peristiwa... yaaa mohon maafffff...
¤¤¤
___________
RS @ OwnBlog http://suara-hati-rinny.blogspot.com/

Friday, June 3, 2011

VoaF#99 - SERIAL IMPESTA: INTRODUKSI

*by RinnyS*
*** *** ***

Tersebutlah sebuah negeri bernama Impermanentestat. Beragam etnik dengan budayanya yang khas, bermasyarakat di negeri itu. Lima yang cukup besar dalam koloninya, yakni etnik Eleganticortes, Inteligentagress, Educatibenplant, Depeniagressiu, dan Indepiagressiu. Masing-masing memiliki karakter yang menonjol, tercermin dalam perilaku dan cara mereka menjalin relasi antar sesama di Impermanentestat.

Selanjutnya, negeri Impermanentestat lebih mudah bila disebut IMPESTA. Etnik Eleganticortes disebut ELGA, Inteligentagress dengan INTE, Educatibenplant dengan EPLA, Depeniagressiu dengan AGRE, dan Indepiagressiu disebut IGRE.

Impesta memiliki wilayah yang luas, sebagian daratannya berbukit-bukit. Berbatasan dengan samudera, artinya seluruh batas wilayahnya ditandai laut lepas. Atas kesepakatan yang dibuat pada masa lalu, Impesta menguasai duapuluh dua mil laut dari garis pantai sebagai zona eksklusif kelautannya. Negeri ini patuh pada kesepakatan tersebut, tidak pernah ekspansi memperluas batas wilayahnya selama ratusan tahun.

Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya makhluk luhur, senantiasa meningkat dari waktu ke waktu. Hukum-hukum adat dan tradisi menjadi sumber referensi dalam penyusunan undang-undang. Penyelenggara negeri taat dan konsisten pada skrip kuno dan ajaran sakti leluhur dari berbagai etnik, yang diyakini merupakan catatan intuitif makhluk luhur purba. Negeri ini menanamkan paham bahwa makhluk luhur penghuni Impesta selama berabad-abad tidak pernah berubah. Budayanya berkembang, namun esensi keluhuran makhluk tetap sama. Baik sejak makhluk luhur purba yang menghayati dan terus menurunkan prinsip akal, budi dan spiritual, hingga makhluk luhur yang menyatu sampai kini di Impesta, tidak berubah. Selanjutnya, makhluk luhur lebih mudah disebut humin (human di Impesta)

Elga, adalah koloni yang mengedepankan sopan-santun. Berbudi halus, memiliki perasaan yang peka, berintuisi kuat dan spiritualis. Etnik ini juga kebanyakan berwajah rupawan, dengan postur tubuh indah. Mereka suka berpikir dan membuat pertimbangan-pertimbangan. Karena seringkali mengalah terhadap humin dari etnik lain, kalangan ini jarang menjadi pimpinan tertinggi di berbagai sektor. Mereka lebih terpanggil berperan sebagai konsultan dan melayani seluruh humin, tanpa membeda-bedakan.

Inte dikenal sebagai humin yang cerdas dan bersemangat tinggi. Energi fisik mereka luar biasa dibandingkan humin dari etnik lain. Mereka juga berambisi menjadi pemimpin di setiap kesempatan. Beradu argumentasi merupakan salah satu aktivitas yang sangat mereka nikmati. Inte pada umumnya kuat dalam hal analisis dan menemukan solusi terhadap berbagai permasalahan. Hanya saja emosi mereka seringkali impulsif, sehingga mereka membutuhkan kaum Elga untuk mendampinginya.

Epla adalah humin dengan tipikal kalem. Sangat sopan dan santun dalam perilaku, juga tutur katanya. Mereka senang menjalin hubungan yang hangat dengan siapa saja. Selain secara fisik mereka umumnya rupawan, etnik ini mudah diterima oleh hampir seluruh kalangan karena kesantunan yang indah saat memperlakukan humin lain. Secara spiritual etnik ini dikenal kuat. Mereka seringkali tunduk tak berkutik menghadapi kaum Agre dan Igre, demi menjaga keharmonisan dan rasa damai.

Agre, berbuat baik kepada humin yang dapat menyenangkan hatinya. Mereka gigih memperoleh apa yang diinginkan, termasuk merebut milik humin lain apabila disukai. Sangat mencintai segala yang dimiliki, hingga seringkali kurang logis memperlakukan milik mereka. Kemampuan berpikirnya sedang saja, tapi tidak pernah mau kalah, apalagi mengalah. Perasaannya tersentuh secara sangat subyektif.

Igre tergolong humin yang sama gigihnya dengan Agre. Hanya saja mereka ini lebih mandiri, tidak tergantung pada lingkungan ataupun sesuatu yang dimiliki. Mereka lebih percaya diri daripada Agre, di sisi lain mereka juga yang paling diterima oleh kaum Agre. Dalam hal berpikir tergolong sedang saja, tapi masih bisa menerima kelebihan humin lain.

Kisah kehidupan di negeri Impesta sangat dinamis. Merepresentasikan nilai-nilai yang mungkin paralel dengan kehidupan manusia negeri-negeri di berbagai belahan bumi. Ragam fragmennya dapat kita ikuti dalam Serial Impesta di sini. Asal sabar saja membacanya, termasuk menunggu sang pengkisah menuliskannya.

(*Dikreasi penuh dan segar-orisinil, hanya oleh pemilik blog*).
___________
RS @ OwnBlog http://suara-hati-rinny.blogspot.com/

Thursday, June 2, 2011

VoaF#98 - JUJUR

*by RinnyS*
*** *** ***

Bertahun-tahun pisah, suatu waktu saya berjumpa lagi dengan seorang teman lama. Saat itu kata-kata pembuka yang ia ucapkan, "Ya ampun, kamu gemuk sekali sekarang."
Tentu saja saya tersentak, pipi rasanya panas. Karena saya memang gemuk sekali ketika itu. Sebelas kilo lebih berat dari sebelumnya. Tapi orang-orang yang selama itu sering saya tanyakan, selalu berkata bahwa saya 'tidak gemuk'.

Respons sebagian besar orang, tidak mengubah apapun pada diri saya. Bahkan memacu keinginan besar saya untuk mengasup berbagai jenis makanan, malas bergerak dan tidak memvisualisasi 'body shape'. Sebaliknya, jeritan spontan sang teman lama, menyulap saya langsing kembali hanya dalam waktu dua bulan.

Dictionary online meng-entri 'jujur' sebagai bagian dari 'kejujuran', dengan kata 'hon·es·ty' [on-uh-stee]. Maknanya dijabarkan sebagai: kebenaran, ketulusan, atau berkata jujur, bebas dari penipuan.
Dalam Wikipedia, 'kejujuran' (honesty) mengacu pada karakter moral dan yang menunjukkan nilai positif; atribusi dari berbudi luhur seperti integritas, kejujuran, dan keterus-terangan, yang dipadankan dengan tidak berbohong, tidak curang, atau tidak ada pencurian.

Saat ini sedikit sekali tempat bagi kejujuran, kian tergeser. Bahkan kejujuran dan kebenaran lebih sering mendapatkan hukuman berkali-kali lipat.
Akan tetapi, sesempit apapun ruang bagi kejujuran dan kebenaran, hasil akhirnya pasti dahsyat berartus-juta kali melebihi yang dihasilkan kebohongan, kecurangan dan penipuan. Sebab yang terakhir itu hanya menciptakan iri, dengki, amarah, keserakahan dan sebagainya.
___________
RS @ OwnBlog http://suara-hati-rinny.blogspot.com/

Posts Archive


PEREMPUAN = SRIKANDI ?

Kenapa PEREMPUAN PEJUANG sering disebut SRIKANDI.
APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?
Kutelusuri WIKIPEDIA, kutemukan entri SRIKANDI ini

Srikandi (Sanskerta: Śikhaṇḍī) atau Sikandin adalah salah satu putera Raja Drupada dengan Dewi Gandawati dari Kerajaan Panchala yang muncul dalam kisah wiracarita dari India, yaitu Mahabharata. Ia merupakan penitisan Dewi Amba yang tewas karena panah Bisma. Dalam kitab Mahabharata ia diceritakan lahir sebagai seorang wanita, namun karena sabda dewata, ia diasuh sebagai seorang pria, atau kadangkala berjenis kelamin netral (waria). Dalam versi pewayangan Jawa terjadi hal yang hampir sama, namun dalam pewayangan jawa ia dikisahkan menikahi Arjuna dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah Mahabharata vrsi India.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, Srikandi dieja Śikhaṇḍin, bentuk feminimnya adalah Śikhaṇḍinī. Secara harfiah, kata Śikhandin atau Śikhandini berarti "memiliki rumbai-rumbai" atau "yang memiliki jambul".
Srikandi dalam Mahabharata
Di kehidupan sebelumnya, Srikandi terlahir sebagai wanita bernama Amba, yang ditolak oleh Bisma untuk menikah. Karena merasa terhina dan ingin membalas dendam, Amba berdoa dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Keinginannya terpenuhi sehingga akhirnya Amba bereinkarnasi menjadi Srikandi.
Pada saat lahir, suara dewata menyuruh ayahnya agar mengasuh Srikandi sebagai putera. Maka Srikandi hidup seperti pria, belajar ilmu perang dan kemudian menikah. Pada malam perkawinan, istrinya sendiri menghina dirinya setelah mengetahui hal yang sebenarnya. Setelah memikirkan usaha bunuh diri, ia kabur dari Panchala, namun diselamatkan oleh seorang Yaksa yang kemudian menukar jenis kelaminnya kepada Srikandi. Srikandi pulang sebagai pria dan hidup bahagia bersama istrinya dan memiliki anak pula. Setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kembali kepada Yaksa.
Perang di Kurukshetra
Saat perang di Kurukshetra, Bisma sadar bahwa Srikandi adalah reinkarnasi Amba, dan karena ia tidak ingin menyerang "seorang wanita", ia menjatuhkan senjatanya. Tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, Arjuna bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma dengan tembakan panah penghancur. Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, Arjuna dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir. Akhirnya Srikandi dibunuh oleh Aswatama pada hari ke-18 Bharatayuddha.
Srikandi dalam Pewayangan Jawa
Srikandi dikisahkan lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada dan Dewi Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.
Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya ketika ia berguru pada Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putera.
Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, kesatria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Korawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, puteri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang mati terbunuh oleh Bisma.
Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Hastinapura setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.

JADI, APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?

*********

PEREMPUAN DAN PENDIDIKAN
Rinny Soegiyoharto (catatan tak selesai pada april 2006)

Ragam aktivitas ke-Kartini-an sebagai simbol emansipasi kaum perempuan seperti sebuah rutinitas lebih bergaung pada bulan April mendekati hari keduapuluhsatu. Ditandai aneka lomba dan berbagai atribut keperempuanan yang adakalanya malah tampak sekadar wujud lahiriah dan kasat mata. Sebut saja lomba berkebaya, lomba masak, lomba pasang dasi, lomba merias wajah, dan sebagainya.

*** *** *** *** ***

-DRAFT--Wanita. Meski berpadan dengan perempuan, namun kata dasar “empu” pada perempuan terasa lebih nyaman dan membanggakan, oleh sebab itu saya suka menggunakan kata “perempuan”, termasuk dalam menamai blog saya.-
Perempuan, sadar soal pentingnya pendidikan terhadap anak-anak, karena di "dalam" perempuan terdapat beban psikologis memperjuangkan dirinya sendiri, terus-menerus. Utamanya dalam hal pendidikan (sudah diterobos Kartini). Guru TK-SD bahkan SMP kebanyakan perempuan. Bapak-bapak lebih banyak muncul dan berperan pada tingkat pendidikan lanjutan atas (SMA), dimana pendidikan dasar telah ditanamkan lebih dahulu oleh ibu-ibu guru. Mengapa? Sekali lagi karena perempuan secara lahiriah dan kodrati justru memikul tanggung jawab pendidikan itu sendiri yang dimulai pada dirinya sendiri. Maka, bapak-bapak guru lebih kepada transfer of knowledge, ketimbang hal-hal mendasar yang lebih berhubungan dengan pembangunan karakter, penanaman proses belajar dan pengertian-pengertian dasar untuk dan selama manusia menempuh proses pendidikan.- Pendidikan: mencakup attitude/sikap, yakni kognitif, afektif dan perilaku. Pengembangan kepribadian, pembiasaan good character, kesadaran dan tanggung jawab akan masa depan pribadi/diri sendiri yang mempengaruhi masa depan keluarga dan kontribusinya bagi pembangunan bangsa dan negara, dll.- Bukan diskriminasi yang mengarah pada gerakan feminisme.- Perbedaan sesuatu yang dirayakan bersama sebagai unsur2 yg saling bersinergi mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan bersama: orangtua, pendidik, bangsa dan negara.- Berkaitan erat dengan UU Anti-KDRT. Jika perempuan terus ditindas, bahkan di dalam rumah tangganya sendiri, bagaimana mungkin perempuan dapat bertugas/ berkiprah/ bertindak optimal untuk mendidik anak-anak, baik anak sendiri maupun anak-anak didik apabila ia seorang guru? Kendati lagi, waktu terus merambah, persaingan global semakin cepat dan menantang, anak tidak berhenti tumbuh dan berkembang, suatu waktu akan tiba ketika anak mulai lebih banyak mencurahkan porsi proses pendidikannya pada pemenuhan kognitif, belajar ilmu2 tinggi, yg bisa jadi sebagian besar diberikan oleh laki-laki, bapak2 yg menitikberatkan pada perkembangan kognitif.- Perempuan & laki2 lebih kepada pembagian peran, baik dalam pendidikan di dalam rumah tangga, maupun pendidikan secara luas, formal & informal. Karena baik dari segi struktur fisiologis dan psikologis serta kultural dan sejarah di dalam masyarakat kita, telah membentuk sebuah perbedaan laki2 dan perempuan, yang harus kita rayakan bersama-sama membentuk manusia-manusia berkualitas dlm diri anak2 kita sebagai proses pendidikan menuju masa depan cerah mengikuti kecerahan janji bangsa ini. Amin.-

Pendidikan dimulai dari rumah. Peran ibu sebagai objek kelekatan anak yang pertama terhadap proses pendidikan anak tentulah tidak kecil. Sebagai perempuan, tentunya ibu harus tidak hanya memberikan pelajaran, namun pendidikan kasih sayang, penanaman afeksi, unsur penting bagi rasa nyaman dan aman bagi anak, karena merasa dicintai. Bagaimana mungkin ibu dapat menanam benih cinta pada anak apabila dia sendiri mengalami kekerasan dalam rumah tangga.***