Bertujuan untuk:
- meningkatkan kesadaran politik perempuan & mendorong voice, access & control terhadap penyelenggaraan pemilu, representasi di parlemen & dalam penyelenggaraan pemerintah di Indonesia;
- mendorong penguatan strategi kebijakan & rekrutmen partai politik demi terjadinya peningkatan representasi perempuan dalam parlemen & pemerintahan;
- membangun kepekaan elektabilitas perempuan atas hak-hak politiknya agar dapat merespons persoalan-persoalan yang mendiskriminasi perempuan dalam sistem politik nasional, dengan cara melakukan pendidikan politik yang sistematik & berkelanjutan;
- memperkuat aksesibilitas, partisipasi & respons perempuan dalam berhubungan dengan pemilihan umum, parlemen & pemerintahan di Indonesia;
Konrad Adenauer Stiftung, lembaga politik Jerman di Indonesia & Timor Leste (bekerjasama dengan mitra-mitra lokal yang dipilih), melaksanakan rangkaian seminar Penguatan Peran Perempuan Dalam Politik & Masyarakat, di berbagai kota di Indonesia.
Selain berperan sebagai moderator & pengarah diskusi dalam program tersebut, saya diberi kepercayaan oleh Representatif Konrad Adenauer Stiftung (KAS) yang mula-mula mencetuskan gagasan program ini, Dr Winfried Weck, untuk menjadi PIC program yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu proses demokrasi.
Setelah Dr Winfried Weck meninggalkan Indonesia menuju Equador sebagai representatif di negara itu, representatif KAS saat ini yang menggantikan pendahulunya, Dr Jan Woischnik, tetap melanjutkan 'women program' yang dirasakan manfaatnya signifikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Selain menata rangkaian acara, saya & tim 'women program' juga menentukan pembagian sesi, judul-judul materi, narasumber, unsur partisipan, termasuk mitra lokal & kelanjutan program. Rapat-rapat & evaluasi dilakukan untuk terus mengembangkan program perempuan ini.
Sejak 2008 hingga Maret 2012, program ini telah terselenggara di 12 (duabelas) kota di Indonesia. Yakni Banda Aceh, Kupang, Jayapura, Malang, Pangkal Pinang, Kendari, Manokwari, Manado, Ambon, Padang, Balikpapan, & yang terakhir Sanur-Bali.
Seminar yang terkini di Provinsi Bali diselenggarakan pada hari Jum'at tanggal 30 Maret 2012, pukul 09:00 hingga berakhir pukul 17:00, dengan venue Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali.
Antusiasme & kontribusi aktif partisipan terlihat kuat, sama halnya yang terjadi di kota-kota sebelumnya. Format seminar ditekankan pada diskusi, seluruh partisipan (120 perempuan dari berbagai unsur se-provinsi Bali) memiliki hak yang sama dengan para narasumber.
Topik-topik & narasumber kali ini, yakni,
1. Perempuan Dalam Konstelasi Pemerintahan RI, oleh Dr Roosmalawati Rusman (Pasca Sarjana FISIP UI, peneliti di LIPI, kementerian Ristek, DRN).
2. Perempuan Dalam Konstelasi Parlemen Daerah, oleh Dra Utami Dwi Suryadi (anggota DPRD Prov Bali dari Partai Demokrat, sekretaris Komisi IV).
3. Peluang Perempuan Dalam Konstelasi Politik RI, oleh Dra Sri Yanuarti (Center for Political Studies - LIPI, tim Kajian Bidang Keamanan & Politik - Dewan Pertimbangan Presiden, tim Kajian Strategis Kementerian Hankam).
4. Kesadaran Perempuan Akan Potensi & Pengaruhnya Dalam Masyarakat & Perpolitikan, oleh Dewa Ayu Putu Sri Wigunawati, SSos, SH, MSi (Ketua KPPI Prov Bali, Partai GOLKAR).
5. Dampak Psikologis, Kesiapan Mental Perempuan Dalam Berpolitik Praktis & Berkiprah Di Masyarakat, oleh Profesor Johana Endang Prawitasari, Phd, Psikolog (Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, emeritus).
Pada akhirnya, penyelenggaraan seminar di Sanur Bali yang bermitra dengan Koran Tokoh - Bali ini, serta dihadiri oleh 120 perempuan partisipan aktif yang datang dari unsur-unsur: partai politik, anggota DPRD, lembaga pemerintah, polri & TNI, NGO & swasta, akademisi perguruan tinggi, ormas-ormas, melahirkan 14 (empatbelas) poin rekomendasi.
Berikut poin-poin Rekomendasi tersebut:
SEMINAR
PENGUATAN PERAN PEREMPUAN DALAM POLITIK DAN MASYARAKAT
KONRAD-ADENAUER-STIFTUNG & KORAN TOKOH
30 MARET 2012, INNA GRAND BALI BEACH HOTEL
REKOMENDASI
1. Perempuan yang siap terjun ke politik tetap harus tangguh, cerdas, dan terus berjuang, karena kegagalan bukan harga mati. Tidak ada keluhan untuk perempuan yang berpolitik.
2. Melakukan edukasi politik untuk penguatan secara rutin.
3. Partai politik yang baik tidak melihat kandidat dari gender tapi kemampuan dan keberaniannya yang berpihak pada masyarakat. Karena itu, kita bisa melihat mana partai yang mengakomodir hal ini.
4. Partai politik harus mampu menghapuskan diskriminasi. Parpol harus menyadari dan menggandeng perempuan turut dalam proses mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memberi porsi yang tepat bagi perempuan, tidak sekadar formalitas, tetapi mengakui potensi perempuan, serta membuang paradigma lama yang cenderung berpihak pada laki-laki.
5. Hasil seminar ini segera disosialisasikan kepada pihak yang lebih luas agar dapat diakses oleh perempuan di grass root.
6. Segera didata perempuan yang ikut pemilu 2014 dan diorganisir untuk berkiprah nyata di kancah pemilu nanti.
7. Sistem pemilu diubah sehingga perempuan bisa 30% duduk di legislatif, dimulai dengan duduk di struktural partai, penomoran pencalegan dengan nomor urut, dan nomor satu harus perempuan.
8. KPPI Bali mulai merating dan menyeleksi perempuan dari seluruh partai untuk maju dalam pencalegan 2014, jangan asal comot.
9. Sistem pemilu gunakan proporsional tertutup dengan metode zipper.
10. UU dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan peran perempuan dalam politik maupun masyarakat tidak mendiskriminasi perempuan.
11. Ada sanksi yang jelas bagi parpol yang melanggar aturan.
12. Adanya pembekalan/pendidikan politik/pengkaderan di tingkat parpol untuk perempuan sehingga parpol sudah punya calon perempuan yang terdidik sebelum pemilu.
13. KPPI Bali diharapkan memiliki strategi yang bisa menempatkan kuota 30% perempuan dalam kepengurusan parpol.
14. Adanya tindak lanjut dari seminar ini.
Catatan akhir::
Tim 'women program' Konrad Adenauer Stiftung memiliki satu bentuk program yang lain, yang diberi judul: Lokakarya Peningkatan Komunikasi Politik Perempuan. Bentuk program ini telah diselenggarakan di 4 (empat) kota yang sebelumnya telah dilaksanakan program seminar, yakni: Banda Aceh, Malang, Manokwari & Kendari. Program ini merupakan 'penajaman' dari seminar, karena hanya dipilih 18-20 partisipan yang siap terjun dalam politik praktis & mengabdi pada kepentingan masyarakat.
Kami membangun modul yang komunikatif, dengan fasilitator yang tepat & interaktif, berpijak pada 3 (tiga) pilar, yakni: Asih, Asah, Asuh.
Hidup Perempuan Indonesia!
Rinny Soegiyoharto, April 2012
@RinnyLaPrincesa