Sunday, September 6, 2020

#247 - 40 HARI (08.08.2020)

Komemorasi

40 Hari AdekBandu menuju Surga. 

#246 - TUNAI (dipindahkan dari FB 2 Juli 2020)

TUNAI 

Tugas yang sudah selesai di kehidupan fana, menorehkan ingatan pada sel-sel kehidupan selanjutnya melalui tongkat estafet yang tak kan berhenti hingga akhir zaman. Kita semua yang masih hidup wajib menunaikan misi masing-masing hingga tuntas. 

Nana, sosok yang ceria, unik, pejuang, tabah, humanis, cerdas, peduli pada sekitarnya tanpa berusaha menunjukkan dengan berlebihan. 

Awal 2013 dia memutuskan hijrah ke ibukota Jakarta setelah mendapatkan restu orangtua. Dia memilih saya sebagai saudara sekaligus sobat kepercayaan sepenuhnya untuk menjalani hari demi hari, inilah garis yang menyatukan misi, karunia Sang Maha Kuasa. Suatu karunia bagiku dipercaya menjadi pendamping perjuangan ini, yang memperkaya pengalaman hidup. Sebab pada saat itu juga perjuangan Nana memulihkan kesehatan telah dimulai. Berbagai diagnosis penyakit dihadapinya dengan tabah dan dengan semangat seorang pejuang (untuk menghormati Almarhumah, izinkan saya tidak merinci sejumlah penyakit yang dideritanya, yang pasti bukan penyakit menular, jadi sama sekali tidak berbahaya bagi orang lain). Keterbatasan yang ada tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap memperjuangkan hidup agar dapat selalu mampu memberi manfaat dan inspirasi bagi sekitarnya. 

Satu hal yang selalu dijaganya adalah tidak menceritakan kondisi kesehatannya kepada orang lain (kecuali saya tentu saja), agar tidak meresahkan dan dia ingin orang melihatnya sehat lahir dan batin. Dia memiliki cinta yang teramat besar kepada keluarga, orangtua, kakak-kakak, sahabat-sahabat, handai taulan. Ia senang berkunjung memperkuat tali silaturahim. Ia juga memiliki niat kuat untuk terus belajar menerapkan cinta kasih yang tidak bersyarat. 

Dalam perjalanan memulihkan kesehatan (sampai-sampai dia punya setumpuk kartu berobat di belasan rumah sakit dan pusat pengobatan), pada 2015, Nana menemukan benjolan kecil di salah satu (maaf) payudaranya. Beberapa waktu kemudian benjolan itu hilang, namun muncul benjolan lain di payudara yang berbeda. Perpindahan itu terjadi dua atau tiga kali. Pada pertengahan 2016 benjolan menetap di payudara kanan dan mulai membesar. Selama itu perjuangan berobat dilakukan melalui berbagai usaha, dengan jamu-jamuan, terapi acupressure, acupuncture, sinshe, konsumsi jenis-jenis suplemen tertentu, dan lain-lain. 
Saran saya agar kita menjalani pathology anatomy (biopsi) belum bisa dia terima. Dari sisi psikologik, penolakan ini wajar, karena untuk acceptance (menerima) sesuatu yang berkemungkinan mengancam kehidupan tentu saja bukan hal sederhana. Fase denial (menyangkal) itu cukup panjang. Kanker? Ah masa' sih? Di lingkungan keluarga tak ada satu pun yang terlapor diagnosis penyakit momok itu. 
Semaksimal kemampuan saya upayakan proses treatment dengan berbagai teknik stabilisasi emosi terhadap Nana. Tujuan penerapan stabilisasi emosi dalam tatalaksana praktik psikologi antara lain agar terjadi peningkatan sistem imun dan rasa tenang yang lebih optimal. 

Hingga tiba saatnya pada 2018 pemeriksaan pathology anatomy (PA) tak bisa dihindari. Alhamdulillah, saat itu Nana sudah siap lahir dan batin menerima apapun risiko yang harus dihadapi. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 50, 30 Mei 2018, Nana memaknainya dengan positif, bahwa ia mendapatkan kado ulang tahun yang sangat besar luar biasa dari Allah. 30 Mei 2018 hasil PA menuturkan bahwa ia terdiagnosis Carcinoma Mamae atau Breast Cancer. Dia menangis dan sujud syukur, seraya memohon penyertaan Allah untuk menjalani hari-hari selanjutnya. 

Perjuangan sebagai Cancer Warrior pun dijalani. Tindak-lanjut terhadap hasil PA segera dilakukan secara intensif. Ditemukan bahwa cancer (CA) yang menempel di tubuhnya adalah CA Mamae stadium 3B dengan jenis Triple Negative Breast Cancer atau TNBC. Jenis ini tergolong unpredictable atau tidak dapat diprediksi, jenis CA yang tergolong paling sulit dalam onkologi. Keganasannya dapat menjalar cepat, tapi harapan sembuh juga ada apabila sel kankernya mau disuruh tidur. Begitu kira-kira. 

Singkat cerita, pada Juli 2018 Nana menjalani chemotherapy yang pertama dari 6 rangkaian yang harus dijalani. Pada kemo yang pertama kondisi Nana baik sekali. Dia tetap makan dengan lahap, tidak mengalami mual ataupun muntah, tidak ada rasa sakit di tubuhnya, dan dia gembira karena tetap bisa beraktivitas. Teknik kemo yang dijalaninya yakni melalui infus 2 jenis obat kemo selama 24 jam. Oleh sebab itu setiap kali kemo Nana harus dirawat-inap selama 2 (dua) malam di rumah sakit. Puji Tuhan saya selalu bisa menungguinya penuh waktu sehingga dia terdampingi terus. Sejak selesai kemo yang pertama, dia memang langsung mengalami kerontokan rambut yang super hebat, tapi dia tidak mengalami rasa sakit apapun. Tanpa perlu memakai jasa salon ataupun barbershop, kepalanya plontos licin. 
Tahukah anda? Nana girang bukan main saat kepalanya plontos toosss... Begini ucapnya waktu itu: 
"Alhamdulillah... Cita-citaku berkepala botak tercapai dengan sendirinya. Ngga perlu minta izin orang-orang, ngga perlu kasih penjelasan macam-macam, aku botaaakkk... Horrreee..." 
Dia menari-nari dengan bahagia. 
Aaahh Nanaaaa... Kamu selalu bisssaaaa. Miss you so badly 😭

Di tengah-tengah rangkaian kemo tersebut, tepatnya setelah 4 fase kemo yang dijalani selama 3,5 bulan, Nana masuk pada tahap yang lebih berat (menurut saya, tapi dia tidak merasa berat). Pada tanggal 30 Oktober 2018 ia menjalani operasi pengangkatan payudara kanannya atau mastectomy. Seluruh payudara kanan dimana terdapat sel kanker sebesar telur bebek itu, diangkat. Proses operasi berlangsung lancar meski waktunya panjang, kira-kira 7 jam. Operasi ini tergolong operasi besar, namun setelah siuman dari anestesi Nana sudah bisa ketawa-tawa sambil didorong ke ruang perawatan. Kamu memang hebat luar biasa, Dek (dia maunya dipanggil Adek oleh orang-orang dekat). 

Hanya hitungan hari paska operasi, Nana sudah diizinkan pulang atau menjalani rawat jalan (perawatan di rumah). Meskipun pada saat itu di tubuhnya masih menempel selang-selang yang terhubung di ampul/pod besar penampung cairan. Karena cairan tubuh bekas operasi, termasuk juga pengangkatan kelenjar getah bening di sekitar bawah ketiak, tangan dan leher bawah, masih terus keluar. Setiap hari saya membersihkan area bekas operasi dan membuang cairan lalu menyedot sisa-sisa cairan di selang-selang, sesuai petunjuk dari rumah sakit. Tiga bulan kemudian barulah cairan berhenti keluar dan selang-selang dilepaskan oleh dokter. Sambil menunggu kesembuhan luka operasi, Nana masih menjalani 2 rangkaian kemo yang tersisa. Total pelaksanaan kemo pra dan paska operasi adalah 5 (lima) bulan sebanyak 6 kali. Sangat luar biasa untuk seorang pasien kanker yang menjalani rangkaian kemo yang berat itu, Nana sama sekali tidak merasa sakit. Nafsu makannya baik dan badannya tetap bisa bergerak dalam berbagai aktivitas, meskipun aktivitas yang ringan tentu saja. 
Bahkan pernah suatu ketika dia sedang dirawat di rumah sakit untuk menerima asupan obat kemo melalui infus, dia meminta saya membuat video ketika dia sedang menari-nari dengan selang-selang infus. Video tersebut dia kirim ke grup khusus cancer warrior untuk memberi semangat pada teman-teman sesama pejuang kanker. Saat lukanya sudah kering dan gerakan tubuhnya lebih leluasa, dia aktif di kegiatan cancer awareness campaign yang diselenggarakan rumah sakit tempat dia berobat selama ini. 

Fase berikutnya adalah rutinitas kontrol ke dokter, yang dilanjutkan dengan oral chemotherapy. Nana mendapatkan sejumlah besar obat kemo yang harus ditelannya pagi dan malam. Sungguh absurd menurut saya, sebab obat itu tidak boleh tersentuh tangan karena akan menimbulkan efek di kulit, jadi saya menggunakan alat untuk mengeluarkan obat-obat dari bungkusnya, menaruh di dalam mangkok plastik, 3 butir pagi dan 4 butir malam. Tapi.... Obat-obat harus ditelan Nana melalui mulut dan tenggorokannya, masuk ke dalam tubuhnya, setiap hari. Betapa tabahnya dia menjalani itu semua. 

Bulan Mei 2019 ditemukan metastasis (penyebaran sel kanker) di organ hati. Ternyata obat kemo yang dikonsumsi Nana cukup efektif menghentikan aktivitas sel kanker di hati. Alhamdulillah. 
Namun bulan Agustus 2019 kembali ditemukan metastasis di hemisfer kiri dan kanan otaknya. Penyebaran kali ini tidak dapat diatasi dengan obat-obatan, namun harus dilakukan radiasi atau penyinaran otak, dalam hal ini di bagian kepala. Maka dimulailah fase radiasi sebanyak 10 (sepuluh) kali penyinaran bagian kepala, dengan kemungkinan risiko yang cukup tinggi. Sekali lagi, Nana memperlihatkan semangat juang yang besar sekali dalam menjalani penyinaran tersebut. Radiasi berlangsung bulan September-Oktober 2019. 

Pemeriksaan paska radiasi menunjukkan bahwa hemisfer kiri dan kanan otaknya sudah bersih, namun efek samping radiasi menunjukkan gejala yang kurang baik. Kondisi fisiknya menurun. Dia mulai sulit makan dan terkadang muntah berkali-kali. Efek ini sebenarnya sudah disampaikan sebelum radiasi, dan Nana menerima segala konsekuensi dengan menandatangani surat pernyataan di awal dulu. 
Efek yang menurunkan kondisi fisiknya tersebut mau tidak mau membuat Nana tidak lagi bisa beraktivitas seperti sebelumnya. Dia mudah terengah-engah jika berjalan kaki lebih dari sepuluh meter. Setiap kontrol ke rumah sakit dia butuh bantuan kursi roda, bahkan tak jarang harus segera masuk ke UGD untuk mendapatkan pertolongan oksigen dan infus nutrisi. 
Mendekati akhir tahun 2019 kondisi fisiknya berubah drastis. 

Memasuki 2020 dan dengan munculnya pandemi covid19 di seluruh dunia, kondisi fisik Nana juga terus menurun. Dia menyadari bahwa tubuhnya rentan, sehingga dia pun sangat patuh mengikuti protokol yang diberlakukan pemerintah Indonesia. Alhamdulillah, selama beberapa kali dirawat di rumah sakit hasil tes covid nya selalu menunjukkan hasil non-reactive. Hal ini membuat perasaannya lebih tenang. 

20 Mei 2020 untuk kesekian kali dia dirawat di rumah sakit. Namun kali ini ternyata ditemukan paru-paru kirinya penuh cairan. Hal ini terjadi karena metastasis di paru-paru. Saat itu juga dilakukan penyedotan cairan paru-paru sebanyak 1300 cc. Itu adalah jumlah yang banyak sekali. Setelah penyedotan paru-paru dan perbaikan kondisi, Nana sudah boleh pulang ke rumah pada 23 Mei 2020. Kami mulai menyiapkan tabung-tabung oksigen di rumah agar Nana segera terbantu apabila mengalami sesak nafas akibat metastasis di paru-parunya tersebut. Nana selalu menjelaskan dengan kocak bahwa sel-sel itu sedang bermain-main di hati (waktu di hati), di otak (waktu di otak) dan kini di paru-paru. 
Dia makin sulit bernafas dengan cara biasa, sehingga penggunaan tabung oksigen menjadi intens dan terus-menerus. Lebaran tiba, dia bersyukur menemui bulan Syawal ini. Lontong opor dan hidangan lebaran masih sanggup disantapnya, meskipun dalam porsi sangat kecil. Sebelum 30 Mei 2020 dia sempat bertanya-tanya: "Bisakah aku melewati ulang tahun ke 52 nanti?". Ternyata 30 Mei terlampaui, dia pun bersyukur: "Alhamdulillah aku bisa ngliwati hari ulang tahunku tahun ini." 

Pada tengah malam tanggal 7 Juni 2020, dia kembali harus dilarikan ke UGD karena kesadarannya menurun. Selanjutnya dia menjalani rawat inap untuk perbaikan kondisi. Dia dinyatakan boleh pulang pada 11 Juni. Dokter-dokter yang merawatnya memiliki saran yang sama, bahwa kondisi Nana telah masuk pada stadium akhir, sehingga palliative care adalah alternatif perawatan yang terbaik untuknya saat ini. Perawatan paliatif antara lain memberikan kesempatan kepada dia untuk berada bersama-sama orang-orang tercinta yang memberikan perhatian dan perawatan secara emosional. Dalam kondisi seperti ini dia sangat membutuhkan bertemu dengan keluarga, sahabat dan kerabat, mendapatkan penguatan batin, emosional dan spiritual. Semua hal kami upayakan semaksimal mungkin dalam fase palliative care Ini. Dalam kondisi tersebut kami masih menemui dokter spesialis paru-paru untuk penyedotan cairan di paru-paru kanannya. Sebanyak 650 cc cairan dikeluarkan dari sana pada 19 Juni 2020.

29 Juni 2020 kami menemui dokter utama yang telah dengan sangat baik memberikan perawatan kepada Nana, yakni dokter Samuel Haryono dan dokter Dismas Chaspuri. Saran selanjutnya adalah penyedotan kembali cairan paru-paru untuk melihat kondisi Nana setelah itu. Maka kami pun membuat janji dengan dokter paru-paru untuk bertemu pada 30 Juni 2020. 

30 Juni 2020 Nana minta agar kita berangkat lebih cepat ke rumah sakit, namun menuju UGD, dia ingin mendapatkan perawatan di UGD RS Siloam MRCCC Semanggi, Jakarta, tempat dia mendapatkan banyak perawatan dan layanan kesehatan selama ini. Pengalaman dua tahun terakhir berobat di rumah sakit ini, baik melalui jalur pembayaran pribadi maupun BPJS, telah memberikan perasaan positif dan nyaman untuk Nana. Dia merasakan pelayanan yang sungguh baik di rumah sakit itu. Kami berangkat ke RS berbekal 2 (dua) tabung oksigen di dalam mobil, dengan dosis oksigen naik ke angka 6 liter selama perjalanan. Pukul 17.00 kami tiba di rumah sakit, dengan sigap langsung dilayani perawat dan dokter UGD. Kondisi Nana sangat lemah. Dia langsung ditangani intensif di UGD, dengan tetap mengikuti protokol pandemi yang masih diterapkan hingga saat ini. 

Innalillahi wainna ilaihi rojiuun. 

Perjuangan dan misimu, tunai, Nana. Tuhan jauh lebih mengasihimu. Penyakitmu diangkat bersama dengan rohmu, memasuki kehidupan yang baru. 

30 Juni 2020, pukul 19.03 (setelah menunggu beberapa waktu dari berhentinya petunjuk tanda-tanda detak jantung kehidupan pada peralatan yang dipasang), dokter menyatakan Nana telah meninggal dunia. 

Nana adalah sosok yang layak menjadi sumber inspirasi dalam memperjuangkan kehidupan dan menorehkan makna hidup sebagai pejuang kanker. 

Izinkan aku, yang sangat merasa kehilangan dirimu, menuliskan secara virtual di makammu: 
"Di sini terbaring orang yang nggleling-nya adalah inspirasi kehidupan."

Ratna Nur Widayati (Nana) binti Hartoyo, telah dimakamkan pada Rabu Pon, 1 Juli 2020, pukul 11.00 di pemakaman keluarga LPP Sidokerto, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, bersama-sama dengan Ibu, Bapak dan Mas Heru.

Tulisan ini dibuat atas permintaan Almarhumah saat beliau masih hidup. Dia ingin orang-orang yang masih berjuang agar tetap semangat dan jangan pernah menyerah. 
Suatu saat dia pernah berkata: "Kalau nanti aku dipundut (dipanggil pulang) oleh Gusti Allah, bukan karena aku sakit, tapi karena waktuku sudah habis." 

Selesai. 
Tunai. Nana tunai di dunia, saya pun tunai janji menuliskan ini. 
Mohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan. 

"Dear AdekBandu Nana Hartoyo Dipahadiwijaya, miss you already."
Jogjakarta, 2 Juli 2020.

Tuesday, June 2, 2020

#245 - Maukah Hujan Menjadi Telinga Bagi Hati?

Maukah Hujan Menjadi Telinga Bagi Hati? 
#apoem 

Hujan terlalu singkat untuk menghapus gerah dan kering, 
Tak sampai airnya menitik di pelupuk bersama derai yang tak terbendung, 
Ia mengikuti desau angin yang berputar-putar menyesatkan, 
Serupa gerombolan lebah mengekor sang ratu yang belum hendak pulang... 

Tak kan kuambil peneduh di sepanjang jalanku, 
Bisakah hujan mengirim curahnya agar tenteram benakku? 
Bisakah ia mengolah rasa yang kuharap menjadi cermin bagi rasaku? 
Agar tak memerah padam rahangku menahan malu yang terlalu marah... 

Andai pena dan tinta tak luntur di lembar-lembar buku, 
Dan hujan cerdas menangkap kalimat-kalimat berkias di siang terik, 
Ada harapan dalam kesunyian yang tampak seperti lorong panjang, 
Karena pelita yang berpendar kan memberi hangat di dinding-dinding beku. 

#12052020_rs

#244 - Duh Gusti: Doa Sang Kelana

Duh Gusti: Doa Sang Kelana
#putiba 
#PuisiTigaBait 

Duh Gusti, 
Berjuta sapa melantun di ruang ruang doa yang tak berbatas, 
Sebagaimana timur merekahkan surya dan barat menelannya, 
Sebagaimana kemarau merekahkan bumi dan penghujan menyapunya, 
Demikian pula langkah langkah maju mematri jejak kembara, 
Yang bertahan susah payah agar tak tertelan pun tak tersapu. 
Berat, sungguh berat, penuh pinta penuh onak, penuh gelegar memekakkan. 

Duh Gusti, 
Nyuwun kawelasan, kendati amal dan dosa 
berkelindan dalam asam deoksiribonukleat, 
Turun temurun menyusuri garis darah yang tak pernah diminta. 

Duh Gusti, 
Panjenengan mboten sare? 
Lha teng pundi sakmenika? 

#12052020_rs  

#243 - Menghitung Dalam Waswas (Puisi)

Menghitung Dalam Waswas  
#putiba #rs #28052020 

Tak tik tuk jumlah helaan, hembusan, 
Setiap hari, setiap waktu, setiap saatnya, 
Tak tik tuk pastikan helaan, hembusan, 
Setiap hari, setiap waktu, setiap saatnya, 

Mengatup, sunyi 
Mengerut, sepi 
Meringis, lara 
Menangis, asa 

Berat sungguh pikulan di pundakmu, 
Kau kulum dalam tawa yang terluka, 
Terkoyak sekujur kulitmu, darah memercik, 
Namun tetap kau bungkus erat demi gading,
Bahkan dijunjung pun ia 'kan tergeletak, 
Kemana hati insan di barisan garis darah? 
Apakah asam deoksiribonukleat bermutasi sendirinya?

*Menghitung Dalam Waswas* 
#putiba #rs #28052020 

Catatan: Puisi ini ditulis dalam rasa yang ada, apa adanya. 

#242 - Fenomena Awan Caping

Awan Caping (Fenomena)

Fenomena alam adalah pertanda. Seperti halnya mendung yang bergelayut, pertanda akan hujan. 
Kemungkinan manusia bisa flu jika kehujanan, sudah lazim terjadi. 
Kemungkinan manusia diliputi emosi 'mellow', melankolik, cemas, sedih, sendu, pada saat mendung dan hujan turun, sudah sering diabadikan dalam puisi, lagu, prosa, lukisan, dan sebagainya. 

Kehidupan manusia sangat terhubung dengan alam semesta. Sebagaimana manusia adalah mikrokosmik, jagad cilik, dan alam semesta adalah makrokosmik, jagad ageng. 

Apakah pertanda yang disampaikan oleh munculnya awan caping (lenticular) di sekian banyak puncak gunung akhir-akhir ini? Apa menurutmu? 
Datangnya pagebluk telah diramalkan beberapa bulan sebelumnya berdasarkan tanda-tanda alam. 
Alam semesta sedang menata kembali dirinya, manusia dan kehidupannya adalah bagian dari proses itu. 

Sebagai jagad kecil, maka manusia kudu bersih-bersih juga, menata ulang jagad jiwanya. Menghilangkan angkara murka dengan welas asih.
Falsafah Jawa mengajarkan agar manusia hidup seperti irama gamelan... 
NENG.. NING.. NUNG.. NANG........ GOONGGGG........... 
(Silakan cari sendiri makna falsafah ini di berbagai kanal). 
.
.
.
.
.
Betapa pentingnya meningkatkan terus Kesadaran Spiritual (referensi dari akun SuryaKks)
Cinta kasih adalah kunci (kesimpulan saya). 

Posts Archive


PEREMPUAN = SRIKANDI ?

Kenapa PEREMPUAN PEJUANG sering disebut SRIKANDI.
APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?
Kutelusuri WIKIPEDIA, kutemukan entri SRIKANDI ini

Srikandi (Sanskerta: Śikhaṇḍī) atau Sikandin adalah salah satu putera Raja Drupada dengan Dewi Gandawati dari Kerajaan Panchala yang muncul dalam kisah wiracarita dari India, yaitu Mahabharata. Ia merupakan penitisan Dewi Amba yang tewas karena panah Bisma. Dalam kitab Mahabharata ia diceritakan lahir sebagai seorang wanita, namun karena sabda dewata, ia diasuh sebagai seorang pria, atau kadangkala berjenis kelamin netral (waria). Dalam versi pewayangan Jawa terjadi hal yang hampir sama, namun dalam pewayangan jawa ia dikisahkan menikahi Arjuna dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah Mahabharata vrsi India.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, Srikandi dieja Śikhaṇḍin, bentuk feminimnya adalah Śikhaṇḍinī. Secara harfiah, kata Śikhandin atau Śikhandini berarti "memiliki rumbai-rumbai" atau "yang memiliki jambul".
Srikandi dalam Mahabharata
Di kehidupan sebelumnya, Srikandi terlahir sebagai wanita bernama Amba, yang ditolak oleh Bisma untuk menikah. Karena merasa terhina dan ingin membalas dendam, Amba berdoa dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Keinginannya terpenuhi sehingga akhirnya Amba bereinkarnasi menjadi Srikandi.
Pada saat lahir, suara dewata menyuruh ayahnya agar mengasuh Srikandi sebagai putera. Maka Srikandi hidup seperti pria, belajar ilmu perang dan kemudian menikah. Pada malam perkawinan, istrinya sendiri menghina dirinya setelah mengetahui hal yang sebenarnya. Setelah memikirkan usaha bunuh diri, ia kabur dari Panchala, namun diselamatkan oleh seorang Yaksa yang kemudian menukar jenis kelaminnya kepada Srikandi. Srikandi pulang sebagai pria dan hidup bahagia bersama istrinya dan memiliki anak pula. Setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kembali kepada Yaksa.
Perang di Kurukshetra
Saat perang di Kurukshetra, Bisma sadar bahwa Srikandi adalah reinkarnasi Amba, dan karena ia tidak ingin menyerang "seorang wanita", ia menjatuhkan senjatanya. Tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, Arjuna bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma dengan tembakan panah penghancur. Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, Arjuna dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir. Akhirnya Srikandi dibunuh oleh Aswatama pada hari ke-18 Bharatayuddha.
Srikandi dalam Pewayangan Jawa
Srikandi dikisahkan lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada dan Dewi Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.
Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya ketika ia berguru pada Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putera.
Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, kesatria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Korawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, puteri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang mati terbunuh oleh Bisma.
Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Hastinapura setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.

JADI, APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?

*********

PEREMPUAN DAN PENDIDIKAN
Rinny Soegiyoharto (catatan tak selesai pada april 2006)

Ragam aktivitas ke-Kartini-an sebagai simbol emansipasi kaum perempuan seperti sebuah rutinitas lebih bergaung pada bulan April mendekati hari keduapuluhsatu. Ditandai aneka lomba dan berbagai atribut keperempuanan yang adakalanya malah tampak sekadar wujud lahiriah dan kasat mata. Sebut saja lomba berkebaya, lomba masak, lomba pasang dasi, lomba merias wajah, dan sebagainya.

*** *** *** *** ***

-DRAFT--Wanita. Meski berpadan dengan perempuan, namun kata dasar “empu” pada perempuan terasa lebih nyaman dan membanggakan, oleh sebab itu saya suka menggunakan kata “perempuan”, termasuk dalam menamai blog saya.-
Perempuan, sadar soal pentingnya pendidikan terhadap anak-anak, karena di "dalam" perempuan terdapat beban psikologis memperjuangkan dirinya sendiri, terus-menerus. Utamanya dalam hal pendidikan (sudah diterobos Kartini). Guru TK-SD bahkan SMP kebanyakan perempuan. Bapak-bapak lebih banyak muncul dan berperan pada tingkat pendidikan lanjutan atas (SMA), dimana pendidikan dasar telah ditanamkan lebih dahulu oleh ibu-ibu guru. Mengapa? Sekali lagi karena perempuan secara lahiriah dan kodrati justru memikul tanggung jawab pendidikan itu sendiri yang dimulai pada dirinya sendiri. Maka, bapak-bapak guru lebih kepada transfer of knowledge, ketimbang hal-hal mendasar yang lebih berhubungan dengan pembangunan karakter, penanaman proses belajar dan pengertian-pengertian dasar untuk dan selama manusia menempuh proses pendidikan.- Pendidikan: mencakup attitude/sikap, yakni kognitif, afektif dan perilaku. Pengembangan kepribadian, pembiasaan good character, kesadaran dan tanggung jawab akan masa depan pribadi/diri sendiri yang mempengaruhi masa depan keluarga dan kontribusinya bagi pembangunan bangsa dan negara, dll.- Bukan diskriminasi yang mengarah pada gerakan feminisme.- Perbedaan sesuatu yang dirayakan bersama sebagai unsur2 yg saling bersinergi mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan bersama: orangtua, pendidik, bangsa dan negara.- Berkaitan erat dengan UU Anti-KDRT. Jika perempuan terus ditindas, bahkan di dalam rumah tangganya sendiri, bagaimana mungkin perempuan dapat bertugas/ berkiprah/ bertindak optimal untuk mendidik anak-anak, baik anak sendiri maupun anak-anak didik apabila ia seorang guru? Kendati lagi, waktu terus merambah, persaingan global semakin cepat dan menantang, anak tidak berhenti tumbuh dan berkembang, suatu waktu akan tiba ketika anak mulai lebih banyak mencurahkan porsi proses pendidikannya pada pemenuhan kognitif, belajar ilmu2 tinggi, yg bisa jadi sebagian besar diberikan oleh laki-laki, bapak2 yg menitikberatkan pada perkembangan kognitif.- Perempuan & laki2 lebih kepada pembagian peran, baik dalam pendidikan di dalam rumah tangga, maupun pendidikan secara luas, formal & informal. Karena baik dari segi struktur fisiologis dan psikologis serta kultural dan sejarah di dalam masyarakat kita, telah membentuk sebuah perbedaan laki2 dan perempuan, yang harus kita rayakan bersama-sama membentuk manusia-manusia berkualitas dlm diri anak2 kita sebagai proses pendidikan menuju masa depan cerah mengikuti kecerahan janji bangsa ini. Amin.-

Pendidikan dimulai dari rumah. Peran ibu sebagai objek kelekatan anak yang pertama terhadap proses pendidikan anak tentulah tidak kecil. Sebagai perempuan, tentunya ibu harus tidak hanya memberikan pelajaran, namun pendidikan kasih sayang, penanaman afeksi, unsur penting bagi rasa nyaman dan aman bagi anak, karena merasa dicintai. Bagaimana mungkin ibu dapat menanam benih cinta pada anak apabila dia sendiri mengalami kekerasan dalam rumah tangga.***