Friday, December 31, 2010

Perempuan Berbisik 87: Poetryleidoscope/Puisileidoskop 2010

*by RinnyS*
*** *** ***
Poetryleidoscope/Puisileidoskop 2010

*tak perlu hiraukan, ini istilah semata, yang sekonyong-konyong hadir di ambang pra-sadar*
-Rinny La Princesa-

***
Menikmati geletar waktu,
Ia hampir sampai,
Lalu mengulangi awal,
Menapak, merayap,
Berlari lambat dan cepat,
Tapi tak pernah berhenti,
Setidaknya sepanjang ini.

***
Garis-garis masa berbekas di belakang,
Terbenam tinggalkan jejak-jejak.

Tak terasa garis batas segera dipinta,
Semacam garis Pauli yang takhluk pada sang masa,
Namun tetap ada harap pada sang pena,
Ada harap jua pada sang tabula,

Cepatlah selesaikan,
dan segera tambah lembar baru,
Atau tak habis lembar lama,
Lalu masa mengambil alih,
Segalanya dapat jua berakhir,
sebelum ada sempat membalik lembar.

Tiada yang 'kan sungguh mengeluhkan,
selain diri kita,
selain aku selain kamu,

***
Jejak-jejak itu mampukah kuhitung?
Jejak-jejak itu dapatkah kuhapus?
Jejak-jejak itu mungkinkah kutukar?

Sedangkan tebalnya rupa-rupa,
Bahkan juga berbercak warna,
Warna dasar, warna kedua, warna komplementer,
Ada merah tertumpah basah,
Mengaliri sukma bagai nila tak berpenawar,

Tigaratus enampuluh lima,
Sudahkah semua?
Setiapnya terisikah penuh?
Dengan warna dan dengan jejak tebal?
Atau dengan pinsil keras abu-abu,
yang tak mampu torehkan jejak,
tanpa peras peluh keras,
tanpa pegas nafas lepas,
tanpa getas luka pedas?

***
Ada keindahan bahagia,
ukir senyum dan tawa,
Ada kepiluan derita,
ukir ngilu dan tangis,

Ada keberhasilan bangga,
ukir puas dan semangat,
Ada kegagalan prahara,
ukir sesal dan jatuh,

Ada cinta ada benci,
Ada suka ada duka,
Ada kasih ada marah,
Ada tangguh ada jatuh,

Ada janji ada harapan,
Ada ingkar ada kecewa,
Ada cembung ada datar,
Ada sunyi ada eforia,

***
Yang tetap,
Ada yakin kuat sangat,
Tak goyah tak berubah,
Bahkan kian mantap,
hingga akhir dari awal,
dan awal dari akhir,
jujur dalam aksi,
jelas tegas dengan bukti,
Rasa yakin pun terpateri erat,
tiada yang dapat memungkiri,
sekalipun dalam hati yang tak diketahui.

Yang tetap,
Ada roh ada jiwa,
Ada akal ada pikir,
Ada hati ada rasa,
Ada jejak-jejak,
untuk dikenang,
untuk diteladan,
untuk dipelajari,
untuk dicintai,
sebab ia bagian dari hidup dan kehidupan kita...

***
Dengan pikiranku,
kembaraku tak kan pernah berujung,
Ciptaku pasti selalu hadir,
dalam irama permainan alam,
dalam musik kebebasan lepas,
Tiada sekat di ruang imajinasi,
Yang ada hanya benih,
Yang tak henti disemai dengan cinta Illahi.

Datanglah datanglah warsa berikut,
Sebab kau datang tak kuundang,
Kau pulang tak kuantar,
*Kok kayak tagline-nya Paman Jae-(langkung), ya? Ha ha ha...*

"Selamat ulang tahun, mengulang tahun, yang sama-sama punya senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu, yang sama-sama punya januari februari maret april mei juni juli agustus september oktober november desember. Sudahkah punya kalender baru? :-)))))..."
___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Monday, December 27, 2010

Perempuan Berbisik 86: Anak, Boneka dan Bola

*by RinnyS*
*** *** ***
Anak, Boneka dan Bola

Messy-ku yang cantik,

Sejak sore Mama sudah sibuk di depan meja riasnya, setelah pagi hingga siang 'nguplek' di dapur dengan Si Mbok. Padahal aku tahu Mama ngga akan kemana-mana. Sebentar lagi Papa pulang dengan serombongan teman-temannya, begitu kata Mama.

Selepas Mahgrib rumah ini gegap-gempita. Kulihat raut wajah Mama bersemu merah jambu, tersipu-sipu dengar pujian sana-sini pada hasil karyanya seharian ini. Memang betul sih, makaroni panggang, pastel tutup, salad mangga, sup jagung krim, rolade ayam, steak tuna, kentang pure, puding caramel, punch buah, yang dibuat Mama bersama Si Mbok, luaaarrr biasa lezatnya. Sayang sekali perut mungilku ini ngga sanggup menyantap semua jenis makanan itu.

Messy-ku yang cantik,

Apakah kamu mau makan juga? Tapi hati-hati ya, rambutmu kan baru kusikat rapi, jangan sampai kecipratan saus steak, terlalu coklat dan lengket, he he he...

(Messy, adalah boneka besar milikku. Dia cantik sekali. Warna rambutnya pirang, panjang dan mengkilap. Aku rajin menyikat rambutnya yang ikal itu, lalu mengikatnya dengan pita berwarna emas. Duh, makin cantik dia. Messy sudah 17 tahun, aku sendiri masih 5 tahun, tapi rasanya aku sudah seumuran dengan Messy-ku.)

Messy-ku yang cantik,

Kamu dengar ngga itu, sorak-sorai, gerutuan, teriakan, komentar-komentar, di ruang tengah? Mama, Papa, dan teman-teman mereka riuh banget ya, lebih riuh dari aku dan teman-teman sekolahku saat kami menyoraki Bu Guru yang cantik dan menyenangkan itu.

Mereka semua di ruang tengah cuma nonton televisi, lho... Di layar TV ada 22 orang rebutan bola kuning. Tapi ribuan orang bersorak-sorai ramai di sekelilingnya. Lalu, ada suara yang cerewet betul ngga berhenti-berhenti. Kok bisa ya Messy, suara cerewet itu tahu persis siapa yang kakinya sedang menempel di bola kuning. Nanti aku tanya ke Papa deh, mudah-mudahan Papa mau menjelaskannya padaku.

Messy-ku yang cantik,

Bola kuningnya mirip banget dengan bola kita, ya. Itu yang di dalam kotak hijau. Tapi kalau kita yang bermain dengan bola kuning itu, pasti Mama ngga akan masak heboh, ngga akan dandan cantik kayak malam ini. Papa juga ngga akan pulang ke rumah dengan serombongan teman-temannya. Mungkin Papa malah pulang seperti biasa, waktu aku sudah tidur pules, pasti sudah di atas jam 10 malam tuh.

Messy-ku yang cantik,

Mereka di ruang tengah makin heboh saja ya. Coba dengar tuh, suara Oom dan Tante yang sangat keras, seperti sedang ngomel-ngomel. Ooooo... Mereka kayaknya kesal, karena jagoannya ngga main bagus. Mungkin mereka memang pintar bermain bola, ya, jadi bisa ngomel-ngomelin pemain jagoannya yang kurang pintar menurut mereka. Sssstttt... Aku dengar juga, mereka bilang wasitnya curang. Wah, kalau curang mestinya dikeluarkan saja dari lapangan, ya. Kayak waktu Bu Guru menyetrap teman kita di sekolah, karena curang bermain. Kata Bu Guru, yang curang berarti berbohong, berbuat salah. Itu sangat tidak baik buat banyak orang.

Lho? Aku dengar juga, mereka bilang penontonnya curang. Aduh, gawat ya kalau penonton saja bisa curang. Tapi bagaimana caranya? Penonton kan ngga main. Mestinya pemain ngga usah peduli sama penonton. Kata Bu Guru, kalau kita sedang bermain, apalagi sedang belajar, kita harus konsentrasi, jangan boleh terganggu macam-macam.

Hhhhmmmm, aku dengar juga ada suara Oom yang bilang pemain jagoan mereka 'keblinger'. Apa ya maksudnya? Oooo... Itu coba dengar, katanya pemain ngga usah jadi selebritis, apalagi sering diwawancara dan dipuji-puji, sampai keluarganya pun diwawancarai. Aduh, kok ruwet banget ya permainan bola itu!

Messy-ku yang cantik,

Bu Guru bilang, dalam pertandingan, dalam perlombaan, pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Jadi kita harus selalu gembira, kalau menang gembira, kalau kalah jangan sedih. Aduh, kalau aku kalah lomba menggambar, terus dimarahin Mama Papa, aku pasti sedih dan menangis. Kata Bu Guru, yang penting kita harus semangat terus, berusaha terus, harus berbuat yang paling baik. Bu Guru bilang, kalau kita berbuat yang paling baik dan terus semangat berusaha, itu pasti berhasil. Menang atau kalah kan ada di pertandingan. Kalau berhasil, itu ada dimana-mana.

Mereka di ruang tengah makin ramai saja. Sampai-sampai Papa Mama lupa padaku. Untung ada kamu, Messy-ku. Yuk kita cari bola kuning, kita main di ranjangku ya. Mumpung Mama ngga lihat, karena biasanya Mama melarang bola kuning kita ada di tempat tidur. Ayo, kamu jadi lawanku ya Messy. Goooolll... Kamu menang Messy, tapi aku ngga sedih, aku pasti bisa memasukkan bola ke gawangmu.... Naaahhh betul kan??? Horrreeee... Satu sama...!

Messy-ku yang cantik,

Aku sudah lelah, kamu pasti lelah juga. Sekarang kita istirahat saja ya. Ayo cuci kaki dan tangan dulu, terus ganti baju, lalu kita bobok. Biar saja deh Papa Mama dan teman-teman mereka masih riuh di ruang tengah. Biarkan mereka puas teriak-teriak dan sibuk jadi komentator.
Asalkan besok pagi Papa Mama tetap cium aku seperti biasa. Malam ini mungkin mereka akan cium aku larut malam, setelah teman-temannya pulang. Bola kuning hebat betul. Semoga jagoan mereka menang dan terus semangat.

Selamat bobok, Messy. Selamat malam. Sini aku cium pipi kamu. Mmmmuuaaahhh buat Messy.

:-)))))))


___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Monday, December 13, 2010

Perempuan Berbisik 85: Komunikasi Politik

*by RinnyS*
*** *** ***
Komunikasi Politik

Beberapa tahun lampau, saya pernah mengajar di sebuah perguruan tinggi, untuk satu mata kuliah 'unik' di PT tersebut, yakni: MK Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication). Unik, sebab ini satu-satunya mata kuliah di luar ilmu-ilmu teknik dan komputer. Berbeda dari apa yang mahasiswa di sana pelajari sehari-hari. Saya pun menggunakan metode yang berbeda dari sistem pengajaran yang ada. Lebih banyak praktik dan berlatih, jadi seperti training atau workshop. Sekali waktu saya sakit dan harus dirawat di rumah sakit, hingga terpaksa bolos mengajar. Mahasiswa 'memarahi' saya saat saya masuk lagi. Rupanya mata kuliah ini jadi favorit yang mereka tunggu-tunggu. Harus saya akui, kendala melaksanakan isi mata kuliah ini jauh lebih besar daripada mengajarkannya.

Well, inti dari mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi, sesungguhnya adalah membahas komunikasi yang merupakan bagian dari perilaku (behavior) dan informasi (information). Mencakup pengertian dan pemahaman, aspek-aspek, dinamika, keterlibatan, sikap, intensi, motif, kognitif, afektif, konatif, persepsi, self concept, self awareness, self image, ability, dan sebagainya. Terpenting dari semua teori itu, adalah praktik. Bagaimana berlatih dan luwes, menjadi kebiasaan yang mengendap di bawah sadar sebagai bagian dari diri seseorang. Sekali lagi, harus saya akui, mengajarkannya (bahkan dalam latihan-latihan) jauh lebih mudah daripada mempraktikkan. Namun saya rasa masih lebih baik ada yang mengajarkannya dan bersedia mengubah diri bersama-sama di dalam proses tersebut, daripada tidak sama sekali, bukan? 

Berbicara soal komunikasi, suatu istilah yang kerap diangkat adalah Komunikasi Politik. Kini, Komunikasi Politik menjadi penting dalam perubahan-perubahan negara dan bangsa yang luar biasa, juga penyelenggaraannya. Secara kasat mata perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi oleh komunikasi, antara lain diwakili oleh ungkapan-ungkapan verbal lisan tokok-tokoh politik bangsa ini.

Apakah Komunikasi Politik?

Dari situs shvoong.com, ASMRomli (2010) dalam ringkasannya tentang Pengertian Komunikasi Politik, menulis:
Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”.

Selanjutnya:
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang konkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.

Dalam praktiknya, komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.
Mengutip Gabriel Almond (1960), ASMRamli 2010) juga menulis: komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik.

Selanjutnya dituliskan bahwa kegiatan komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensinya, baik aktual maupun potensial, yakni yang mengatur perbuatan manusia dalam kondisi konflik, mencakup: komunikator (politisi, profesional, aktivis), pesan, persuasi, media, khalayak dan akibat-akibatnya.

Latihan dan Media

Keberhasilan dan kegagalan aktor politik menyampaikan pesan kepada masyarakat, akhirnya menjadi penilaian tersendiri soal kepiawaian mereka melancarkan komunikasi politik. Masyarakat, yang dalam hal ini menempati posisi sebagai ”yang diperintah” makin kritis menerima pesan dari ”yang memerintah”. Oleh sebab itu, rasa-rasanya format komunikasi politik sendiri perlu diperkuat dengan berbagai pelatihan, lokakarya dan pengukuhan diri.

Terlibat dalam program penguatan politik bagi perempuan, yang antara lain juga merealisasikan lokakarya Komunikasi Politik, sedikit banyak mulai membimbing saya pada pemahaman yang lebih nyata dan implementatif. Antara lain dengan mengizinkan emosi saya terlibat dalam penyusunan nilai-nilai (value), agar komunikasi politik tidak berhenti sebagai sebuah neologisme. Setidaknya, penetapan nilai-nilai yang kemudian dikembangkan dalam silabus dan kompetensi yang terukur, lokakarya yang digelar mampu mewariskan jejak-jejak ilmu dan rasa pada partisipan, yang diharapkan benar-benar dapat diimplementasikan dalam percaturan politik negeri ini. Partisipan adalah aktor, baik yang sudah duduk di posisi ”yang memerintah” maupun yang sedang dalam perjalanan ke sana.

Hanya nilai-nilai sederhana yang akhirnya diputuskan untuk diangkat dalam pengembangan modul, kemudian menjadi bahan evaluasi setelah program terselenggara. Dari pergumulan pikiran dan rasa dalam kelompok kecil yang memiliki visi dan misi yang sama, ketika itu kami mengangkat nilai-nilai lokal negeri ini, yakni ”asih, asah, asuh”. Selanjutnya dibangun dalam 15 (lima belas) kompetensi yang menjadi bahan ajar dan latihan dalam 15 sesi pertemuan. Meski tampaknya belum bagus benar, tapi hasil evaluasi cukup membuktikan bahwa program tersebut efektif. Dan hingga saat ini masih terus digali dan dikembangkan, dievaluasi dan direvisi, dan terbuka untuk terus berkembang mengikuti perubahan yang mengiringi zaman, situasi dan kondisi. Namun, nilai-nilai yang berpijak pada kekuatan kearifan lokal negeri ini, terus dipertahankan, karena dari sana lah semua berangkat, dan akan kembali ke sana saat implementasiyang dilakukan oleh para aktor sudah nyata dan teruji.

Sebagai elemen masyarakat yang tak lepas dari jebakan analisis dan kajian komunikasi politik, suguhan media (cetak dan elektronik) merupakan paparan sehari-hari yang tak terhindarkan. Debat politik sebagai sebuah tontonan di media televisi misalnya, menggerakkan pemirsa hanyut dalam analisis dan gejolak emosi. Saya tidak berbicara soal benar atau salah. Justru media merupakan suatu alat yang menjembatani komunikasi politik terjadi. Berbicara tentang media, berarti mencakup seluruh sumber daya yang menjadi kekuatan media itu sendiri. Seorang atau sekelompok aktor politik mestinya memiliki kemampuan media handling.

Seorang sahabat terbaik saya, Almarhum Yuniawan Wahyu Nugroho, insan pers/media yang memiliki komitmen dan dedikasi tinggi terhadap profesi hingga akhir hayatnya, pernah berbagi tips dalam suatu event yang saya selenggarakan. Menurutnya, saat menjalin hubungan dengan media, aktor politik, kelompok/partai, bahkan perusahaan, sesungguhnya bertujuan untuk membangun citra (image building) dan menggaet jubir alias juru bicara dari pihak indipenden (media, yang diwakili oleh wartawan).

Ia juga menyatakan bahwa setiap aktor (politik) harus mau dan mampu memahami media dan kinerja wartawan, serta berhubungan dengan wartawan. Sebab wartawan menyukai relationship dan eksklusivitas, maka para aktor perlu memfasilitasi hal-hal tersebut. Selanjutnya ia juga secara terbuka dan dengan semangat berbaginya yang tinggi, memaparkan soal aktivitas media handling. Dikatakannya ada 2 (dua) jenis aktivitas, yakni: Media Direct dan Media Indirect.

Media Direct meliputi: Press Conference, Media Gathering, Press Release, Product Launching, Test Drive.
Media Indirect meliputi: Jurubicara tidak resmi, Penulisan artikel opini, Penulisan artikel features, Feeding information, Focus Group Discussion (FGD), Seminar pihak ketiga, Event pihak ketiga.

Selain itu ditekankannya pula mengenai pentingnya memanfaatkan media online, dengan mengoptimalkan keunggulan press release online, e-mail yang efektif dan komunitas maya. Hal ini mengingatkan saya pada aktivitas tim sukses Presiden Barrack Obama pada masa-masa kampanyenya, bahkan sebelum itu, dalam memanfaatkan media online dan internet untuk berkomunikasi dengan khalayak, hingga harus diakui keberhasilan yang luar biasa menjaring pendukung dari berbagai penjuru negara bagian.

Jelas-jelas saya bukan ahli dalam bidang ini, sesungguhnya saya tertarik saja dan mencoba memahami dengan berbagai cara, termasuk melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas yang dapat memberikan jawaban terhadap keingin-tahuan saya mengenai politik secara umum. Pelibatan diri artinya membuka pintu pikiran, perasaan dan dorongan bertindak, hingga dapat mengakses seluas-luasnya sumber yang ada. Apabila saya menulis (seperti ini), artinya saya sedang belajar dari sumber-sumber yang pernah saya serap dan dituangkan kembali dengan cara tutur saya. Latar belakang pendidikan saya sendiri Psikologi, barangkali itu salah satu sebabnya saya tertarik pada banyak hal, bahkan saya sadar umur hidup saya tidak akan cukup untuk menjawab dorongan-dorongan saya.
Semoga bermanfaat. Kalau bagi diri saya ’sih pasti bermanfaat .

Rinny Soegiyoharto
___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Thursday, November 18, 2010

Perempuan Berbisik 84: Kepada Pasir dan Kepada Padas (Puisi)

*by RinnyS*
*** *** ***

Kepada Pasir dan Kepada Padas

Kepada pasir,
Kutitipkan senandungku,
Biarlah dihantarnya nada-nada abadi,
Irama lembut, alunan lirik,
Ke penjuru-penjuru yang dicapainya,
Ke pori-pori tanah dan serat-serat tetanam,
Hingga mereka pun turut bersenandung

Kepada pasir,
Kusampaikan bait puisiku,
Biarlah ia bersama bayu berhembus
Menyiarkan larik-larik, sapa-sapa,
Ke sela-sela bebatu yang dilewatinya,
Ke gorong-gorong belukar dan parit-parit muara,
Agar mereka bersajak dalam musikalisasi alam

Kepada pasir,
Kubisikkan janji sungguhku,
Sambil kudengarkan bisik rayunya,
Lamat-lamat, sendat-sendat, sepoi-sepoi,
Mengkreasi dialog dalam bisik-bisik,
Saling berjanji dan bersepaham,
Saling tersenyum dalam pengertian,
Sebab ia tahu persis tugasnya saat kuhadir di padangnya

(di atasnya menjulang padas, di bawahnya pun menghadang)

Kepada padas,
Kusentuhkan sumpahku pada alam,
Tak kutoreh sedikit pun tinta, tak juga belati,
Karena ia pasti ’kan menangis, memohon belas kasih,
Ku tak mau melukainya setitik pun tidak,
Ku tahu ia tegar, kukuh, perkasa,
Tapi juga rentan pada torehan nakal yang tak berujung,
Apa sumpahku?

Kepada padas,
Sumpahku hanya kata, sungguh-sungguh kata,
Ia adalah pondasi, yang padanya tiang-tiang terpancang,
Ia adalah dasar, yang kokoh menahan apapun gempur,
Kupercaya penuh padanya, hingga kusentuhkan sumpahku,
Sumpahku pada pencipta, pada alam, pada harmoni,
Sumpahku pada rasa, pada amanah, pada lestari,
Sumpahku pada derita, pada bahagia, pada ikhlas,
Sumpahku pada Yang Rahman, Yang Rahim, Yang Maha Kasih

Kepada pasir dan kepada padas,
Bukan kamu saja, tapi kamu cukuplah,
Karena berhargalah apapun kamu,
Karena tak ada yang sia-sia apapun kamu,
Setiamu kugenggam, kubawa dalam kehidupan hidup,
Iramamu kutangkup, kubawa dalam kehidupan mati,
Abadimu kusemat, sampai ke keabadian kekal.


RS 18/11/2010 03:20

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Monday, November 15, 2010

Perempuan Berbisik 83: Misuh Lan Sambat

*by RinnyS*
*** *** ***

In NGOKO and CAMPURS

Bajiguuurrr!!!
(Iki dudu misuh janne, lah wong wedang enak)

Assseeeemmm!!!
(Iki yo dudu misuh, lah wong roso jeruk)

Kowe asuuuu!!!
(Lah malah mbingungi, ujude koyo opo yo hasil kawinan munyuk mbe' asu?)

Mati kowe!!!
(Belosungkowo to yo, ning kuwi mesthi munyuke nakal)

So'-so' wong kepengin misuh-misuh. Tapi ne' wis ditoto, dipikir sik, malah ora sida misuh. Wong misuh ki kedadenne sepontan, ma'jegagig (jare Nunung OVJ, sing mbiyen Sri Mulat). Batal misuh to yo ne' wis dipikir suwe-suwe, opo meneh ne' wis diomong koyo, "duh, aku pengin misuh..."

Mbiyen ono sing crito, atine loro tenan mergo dipisuhi bojone, nju' ujug-ujug njaluk cere wis 'ra tahan ngrungo'ke bojone misuh ben dina. Pas ditakoni misuhi koyo opo, de'nen 'ra iso crito, 'ra iso niro'ke pisuhan bojone. Yen dipikir, yo mungkin wae pancen ono wong sing cangkeme ringan nggo misuh, lan ono wong sing niro'ke wae 'ra iso.

Aku ki nulis 'misuh' lan 'sambat', sa'jane aku dhewe ora patiyo ngerti artine. Ajar boso Jowo yo wis gedhi, langsung ngundang guru nggo mulang neng omahku. Jaaaannn, isin ki sa'jane. Mergone aku nduwe getih Jowo separoh, moso' 'ra iso Jowo. Ajar Kromo Hinggil, duh Gusti angel tenan. Aku mending ajar lan nulis 'ha na ca ra ka', nggo aku kuwi luwih gampang timbang boso Jowo sing alus royo-royo.

Aku dhewe tau ngomong sing jare koncoku kuwi jenenge 'sambat' (ne' sambit malah aku ngerti :-) )
Koyo nyumpahke wong liyo, ngono bener 'ra yo artine? Mergo sing ta'omong kedaden tenan, nju' jare koncoku aku kudu ati-ati ne' arep sambat.

Piye yo, arep ati-ati, ning wis banjur diomong. Trus aku ngomong mbe' koncoku, "yo wis, ne'arep sambat ta'kandani sampeyan sik, yo."
Lha mulo ne' kepengin sambat, aku nju' so' laporan: "aku kepengin sambat ki."

Ning ora saben arep sambat aku laporan, mergo so' so' lali wis keceplos 'sambat'. Yo wis, ben ta' enengke wae ora kondo-kondo. Paling sing ngerti yo wong sing ngrungo'ke lan Gusti Allah. Angger piturut sing wis ditulis, ming Gusti piamba' ingkang paling nduwe kuwoso dateng sekaliyan kedaden neng donya kene. Dadi ne' awak e dhewe percoyo sambat iso kedaden, mungkin kuwi mergo sambate dhewe dadi donga sing dirungo'ke Piamba'ipun.

Wis ah, aku kepengin misuh lan sambat tenan kiyi...

Gubrrraaaagggg!!!

Limolas sasi sewelas taun Masehi rongewu sepuluh.

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Saturday, November 13, 2010

Perempuan Berbisik 82: UNDANGAN

*by RinnyS*
*** *** ***
♡ ♡ ♡ ♡ ♡

You are cordially invite to our small party, which would be held on, December, 26, 2026. 18:30 pm.
...........................

Sincerely yours,
Prince and Princess

♡ ♡ ♡ ♡ ♡

Saat menerima sebuah undangan, tak sadar beragam reaksi emosi muncul di dalam diri kita.
Mula-mula sesuatu yang dirasa biasa. Membuka sampul sambil mencari nama pengirim, memeriksa event dan keistimewaan dari thema-nya (apakah sekadar undangan makan, atau ulang tahun, pernikahan, perayaan perak, emas, dsb).

Tak lupa kita juga memeriksa waktu penyelenggaraan dan tempat. Setelah itu undangan disimpan, atau dicatat dalam agenda, lalu dilupakan sejenak.
Demikian halnya pada undangan yang dikirim secara digital ataupun elektronik.

Pada saat itu, mungkin kita merasa senang. Atau bisa saja sedih, terharu, bahkan iri dan cemburu. Lalu kita pun mulai bermain-main dengan kata-kata dan perasaan. Apabila undangan itu berasosiasi dengan perasaan senang, baik pada acara maupun pengundangnya, kita segera berkata di dalam batin, seperti misalnya, "aku pasti datang". Sambil tersenyum.

Jarang sekali orang membaca undangan berkali-kali saat undangan baru saja diterima. Oleh sebab itu, mencatatnya segera di dalam agenda, yang di era sekarang ditambahkan aplikasi pengingat, menjadi sebuah pilihan yang cukup aman. Suatu saat mesin pengingat akan memberi tanda sesuai dengan setelan yang sudah diatur.

Undangan, karena dilengkapi dengan hari, tanggal, bulan, tahun dan waktu pelaksanaannya, cukup simpel bagi kita untuk memenuhinya ketika saat acara hampir tiba.

Sadar atau tidak, undangan verbal (lisan ataupun tulisan) telah menjadi bagian dari input program di otak kita. Oleh sebab itu, meski mesin pengingat kurang berfungsi, mesin alami otak kita mampu memberikan signal.

Dalam pengaturan mandiri, manusia sebagai mikrokosmik, dan alam semesta sebagai makrokosmik, sesungguhnya selalu berkelindan dengan undangan-undangan yang saling memenuhi satu sama lain. Hanya saja sebagian besar tanpa dilengkapi waktu yang tepat mengenai tempat dan kejadian.

Kepekaan yang diperoleh sebagai anugerah (given) dan melalui pengasahan (rajin mengolah rasa spiritual), dapat memberikan tanda-tanda saat undangan diterima dan hampir terlaksana, seperti halnya memrogram pada mesin pengingat.

Kepekaan yang super-peka jarang dimiliki manusia, sebab manusia mempunyai kehendak bebas (independent will) yang menggodanya membuat tanda-tanda lain di luar undangan-undangan yang dikirimkan kepadanya.

Kendati demikian, undangan dan pemenuhannya tetap berlangsung. Antar manusia sendiri, dan manusia dengan alam (satu paket dengan Sang Pencipta).
Terjadi pengaturan mandiri (self-organizing) yang memenuhi hukum keteraturan.

Pencipta menata manusia dan alam dalam suatu keteraturan yang sangat baik. Pola-pola yang jelas, keterhubungan (connectivity) yang indah, dalam jarak-jarak yang terukur.

Tapi kita kerap tidak mampu menyadarinya secara penuh, kendati bawah sadar kita terus berproses mengolah undangan-undangan, yang satu melengkapi yang lain, terjadi pemenuhan sempurna pada akhirnya.
Kita tak menyadari. Bahkan sesudah terjadi pemenuhan pun, masih banyak yang tidak peka pada tanda-tandanya.

Pernahkah Anda berpikir tentang sesuatu yang tadinya adalah pikiran atau gagasan orang lain? Itu adalah undangan. Ketika kita mulai memikirkannya, otak kita beserta gelombang-gelombang energi semesta berproses mengatur secara mandiri. Mewujudkannya sampai pada titik akhir yang sempurna.

Undangan yang ditolak, pun meresap di alam bawah sadar kita. Berproses bersama ke-tak-sadaran, lalu tiba-tiba kita terbangun dan menyadari bahwa undangan tersebut telah kita penuhi. Menyakitkan ketika undangan itu berisi keputus-asaan, keinginan untuk mati, kesakitan dan penderitaan. Sesungguhnya sangat membahagiakan apabila kita bisa menyadari bahwa ada undangan yang telah didesain secara khusus untuk kita, dikirimkan untuk kita penuhi. Dan undangan itu pun berlaku bagi kita yang akan merayakannya bersama-sama sang pengundang, berbaur dan menyatu.

Seperti bisikan-bisikan indah dalam kesenyapan, yang hanya kita sendiri yang tahu.

Terimakasih telah mengundangku.

Salam, RS (12 November 2010)
___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Tuesday, November 9, 2010

Perempuan Berbisik 81: Inner Voice

*by RinnyS*
*** *** ***
"Inner Voice"


Time does not have to wait,
we are the one who often want to wait.

Hard and happy, we always interpret,
despite all part of the life process.

There be and been gone, as if the most important thing in our lives,
which makes us thoughtfully to both.

We laugh, and feel that was normal,
when still exists.
We cry and scream,
when there was no.

We say, all beautiful in its time,
when its most beautiful in our perception.
But there is no longer beautiful,
when we do not like.

We cite the verses of God for our benefit.
Have we ever think that all it really just for the sake of God?

Will we receive when we are suffering throughout life because of God's design?

Maybe we say,
God designed the peace and joy,
suffering is not in the design for us.
And then we also forget,
the draft peace and joy of God
is not of human design.

Then we continue to ask for welfare on the basis of our size.
When suffering comes,
we reject it,
we blaspheme our Creator did not listen to our requests.

And God is good,
only when every thing looks good for us.
Thanksgiving rose to look good as we want.

Thus we are human.
We created as image as our Creator,
but often ignoring the imaging of Supreme God.

Despite the time creating man,
God said, indeed all of these very, very good.
And when creating woman,
God said to man,
I created a helper for you is commensurate with you.

Then people are denied all for the sake of worldly lust.
And see the suffering afterwards
as a consequence of choice.
It is not fair to the Lord.

Joy and sorrow,
all under the supervision of God.
Even if we violate, even a blind eye to the will of God,
HE still loves us.

Blessed are those whose hearts cry out in submission,
and in silence,
because God is always with them.

Cry only with God,
do not let anyone pity.
Attentive, and caring by human being,
not eternal.
Love, and only love of God,
eternal forever.

May God always be with us.
Now and forever.

Written with love,
from an impulse,
and power of Almighty Lord.
(RS - Nov, 8, 2010)

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Monday, November 1, 2010

Perempuan Berbisik 80: HACK

*by RinnyS*
*** *** ***


Beberapa teman di situs jejaring sosial mengabarkan: "Tolong saya di-remove ya, akun saya di-hack orang".
Ada pula yang menulis: "Mohon abaikan pesan-pesan yang datang dari akun saya (situs jejaring sosial ataupun surat elektronik), itu bukan dari saya".

Masih ada pesan-pesan lain yang bernada serupa.

Pernah saya tanyakan: "Bagaimana Anda bisa tahu bahwa akun Anda disabotase orang lain? Apakah ada semacam notifikasi di akun?" (Mohon maaf, ini pertanyaan yang mungkin sangat awam).

Jawaban yang hampir sama dari beberapa teman mengatakan: "Saya tidak akan pernah tahu jika saja tidak ada teman yang menyampaikan ataupun menanyakan soal posting-posting 'aneh' yang keluar atas nama akun saya".

Saya belum bisa sepenuhnya memahami motivasi pelaku. Rata-rata memang ada yang memanfaatkan jaringan pemilik akun (yang mungkin tampak cukup luas) untuk 'berjualan' atau promosi (barang dan jasa). Tapi ternyata ada juga yang hanya 'iseng' menggunakan akun orang lain untuk 'mengganggu' jaringan yang ada.

Kisah mengenai 'hacking' dan para hacker di dunia maya memang sudah marak sejak bertahun-tahun lalu. Bahkan sampai membocorkan rahasia badan intelijen. Pada satu sisi, mereka tentu cukup pintar (mengenai teknologi dan internet). Sisi lain, mereka telah (dengan sengaja) menciptakan kerugian bagi pihak lain.

Saya sadari, terlalu sederhana apabila saya hanya mengangkat fenomena ini sebagai wacana tulis. Akan tetapi saya bisa jelaskan motivasi saya.

Pertama,
Saya telah banyak mendapatkan notifikasi dari teman-teman, sehingga saya gusar.

Kedua,
Saya punya banyak pertanyaan mengenai hal ini. Antara lain kriteria apa yang para hacker pakai saat menentukan akun mana yang hendak di-hacked. Ataukah sekadar coba-coba yang mana bisa? Tentu saja untuk hal-hal yang berhubungan dengan 'pembocoran rahasia' intelijen bahkan suatu negara, (hampir 100% mungkin) objek sasaran hacker dilandasi suatu tujuan, niat, rencana dan perhitungan-perhitungan.

Ketiga,
Pertanyaan untuk saya dan Anda: andaikan kita piawai dan mampu melakukannya, apakah kita juga akan menindak-lanjutinya? (Meng-hack akun orang lain?). Hal ini tentu saja berhubungan dengan hati nurani kita. Bahkan andaipun hanya ingin iseng-iseng. Secara tegas, saya menjawab: tidak akan mau saya lakukan.

Keempat,
Saya ingin kenalan dan bincang-bincang dengan hacker (yang sudah pernah melakukan tindakan tersebut dengan evidence yang konkret dan kuat). Kalau bisa sih yang perempuan :-)

Itu saja.
Jika saya dianggap iseng menulis seperti ini, silakan. Saya terima apapun penilaian orang lain.


___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Friday, October 29, 2010

Perempuan Berbisik 79: Suaramu Kudengar Dan Senantiasa Terngiang

*by RinnyS*
*** *** ***

Jakarta, 26 Oktober 2010, 18:28 (historical called)

HP bergetar. Di layar tertulis nama: Yuniawan Wahyu Nugroho (YWN)
Saya angkat...

YWN: Halooo...
Saya: Haaiiii...

YWN: Aku sudah di atas Merapi niiihh... Di depan rumah Mbah Maridjan...
Saya: Ohya, emangnya Mbah Maridjan dimana?

YWN: Aku dan Mas Tutur mau jemput Mbah Maridjan, tadi kami sudah turun, Mbah Maridjan mengevakuasi keluarganya. Lalu dia naik lagi, mau sholat dulu... Jadi kami berdua putuskan menjemput aja...

Saya: Naik apa?

YWN: Aku dan Mas Tutur naik mobil

Saya: Mbah Maridjan naik apa?

YWN: Jalan dia, 'kan pemilik gunung, he he he...

Saya: Walah walah. Umur berapa toh Simbah itu?

YWN: 83... Hebat sekali fisiknya... Dia tadi bilang mau turun lagi dan kita akan bersama-sama. Biar cepat maka aku dan mas Tutur nyusul aja naik mobil...

(Sementara itu suara latar cukup bising dengan bunyi sirine)

Saya: Berisik banget belakangmu ya...

YWN: Dengar ngga? Dengarkan itu... Suara sirine...

Saya: lha? Kok belum turun? Bukannya itu peringatan? Hati-hati... Aduh... Hati-hati yaaa...

YWN: Iya ini nunggu Mbah sholat, kami di depan rumahnya kok... Ini banyak debu, mataku pedih...

Saya: Pake masker 'kan? Pake kacamata?

YWN: Iya, banyak masker... Aku juga bawa... Banyak orang harus ditolong niiihhh...

Saya: Hati-hati... Tuhan berkati...

YWN: Lho? Kok itu ada api? Aduh ada api... Api...api...
........(Bunyi kemeresek)...

Aduh aduuuhhh....
........(Kemeresek lagi)...

Aaaahh aawww... Aaawww...

(Sambungan telepon terputus...)

---------
Berkali-kali mencoba, saya tidak bisa terhubung.
Jantung saya berdegup, airmata saya mengalir...
Saya hanya dapat berbisik: "Tuhan, Engkau ada di sana, bukan?"

Suaramu kudengar, Sobat...

Saat ini engkau pasti sudah mengawasi dari sana dengan senyummu yang penuh kasih... Saya yakin DIA ada bersamamu ketika itu, seperti kesaksian banyak orang mengenai sosok yang berjalan bersamamu... Karena engkau senantiasa rindu hadiratNYA. Engkau sangat mengasihi Tuhan, amat sangat. DIA terlebih sangat mengasihimu.

"Sudah selesai"


___________RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Thursday, October 21, 2010

Perempuan Berbisik 78: WAKTUKU

*by RinnyS*
*** *** ***

WAKTUKU
By RS

Keras bunyi kipas,
Getas sunyi nafas,

Belum lepas dentam cemas,
Derum belas cekam pedas,

Waktu, mencari ruang dalam iramanya tetap,
Waktu, menari riang dengan aromanya sedap,

Waktu, menalu redup menatap dalam gelap,
Waktu, merayu degup merayap dalam senyap,

Boleh kuminta tunggu sejenak?
Boleh kupinta tangguh sehenyak?

Kutahu iramamu tetap,
Kutahu aromamu sedap,
Kutahu ruangmu siap,
Kutahu riangmu tiap,

Ah ah ah...
Meski tetap, kurasa percepatanmu kuat...

Ah ah ah...
Meski sedap, kurasa percampuranmu pekat...

Ah ah ah...
Kian dekat...
Kian cepat...
Kian kuat...
Kian pekat...

Ya ya ya yaaa...
Aku siap ucap terimakasih,
Padamu waktuku salam kasih,
PEMBERImu yang tak ternilai limpah kasih,
Sekian puluh sekian kali boleh kuulang kini pun masih,

Maturnuwun Gusti,
Kulo ndherek Tuwan slaminyo,

Jum'at, 22 Oktober 2010, 00:01

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Sunday, August 8, 2010

Perempuan Berbisik 77: (Perempuan) Berperspektif Gender?

*by RinnyS*
*** *** ***

Perempuan Indonesia dewasa ini (cukup) marak mewarnai percaturan aneka ranah yang terpapar. Mestinya membanggakan. Dan memang (cukup) membanggakan. Peran androgini tampak jadi pilihan, setidaknya di permukaan, yang artinya konflik internal terhadap pilihan tersebut belum terselami dengan parameter yang jelas dan terukur, belum juga tersedia data statistik yang reliabel.

Sekadar mencuplik salah satu arena, sebut saja politik. Pelaku di lapangan legislatif, eksekutif, yudikatif, memperlihatkan perjuangan perempuan dalam kiprah masing-masing, baik yang sudah, sedang, maupun hendak merambah ke sana. Selain menggelar keunggulan pribadi, "berjuang untuk perempuan dan nasib perempuan" tampak menjadi "komoditi" yang difavoritkan. Hingga perempuan yang berjuang untuk dirinya, pun mengusung tema sensitif gender bagi kaumnya.



Pertanyaan mendasar yang perlu, bahkan sangat perlu direnungkan oleh perempuan:
Sudahkah perempuan sungguh-sungguh memiliki perspektif gender mendalam, sebagaimana yang didengung-dengungkannya? Bukan sekadar jembatan yang dapat ditinggalkan begitu saja setelah dilewati sampai ke seberang? Tanpa pernah memahami struktur sejati, problematika dan penguatan-penguatan yang dibutuhkan untuk dan agar lebih memiliki makna bagi semua...?

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Saturday, August 7, 2010

Perempuan Berbisik 76: Dari Seorang Perempuan

*by RinnyS*
*** *** ***

Saya mengamati langkah-langkah ringannya saat menghampiriku. Seolah-olah tiada berbekas sesak hati dan ayunan berat kaki beberapa waktu silam. Sesungging senyuman jiwa mengukir wajah putihnya; lengkungan yang tak berubah mengiring lambaian anak-anak rambut di dahi. Hingga agak mengejutkanku ketika ia sudah menempelkan pipinya yang lembut dan hangat, ke pipiku.

"Kuharap Mbak ngga sedang ngelamun... Ha ha ha..." Renyah suara tawanya pecah membuyarkan pendengaranku yang sedang mengikuti irama pikiranku sendiri.

"Ngga dong, sayang... Paling-paling aku berimajinasi... Kupikir aromamu yang makin kuat cuma halusinasi.... Ha ha ha..."

Upayaku mengimbangi tawa riangnya, tampak cukup berhasil. Ha ha ha... Dia makin larut terbahak keras, terlihat dahi, mata, hidung, pipi, bibir dan akselerasi tawanya, selaras berpadu.

"Senang banget melihatmu seperti ini," ujarku, mengubah suasana.

"Ah! Justru aku sedang melupakan diri, Mbak. Betapa bodoh, tolol dan palsunya aku waktu itu. Huh!"

Saya tidak sependapat. Menurutku, dia sungguh luar biasa. Betapa hebatnya dia mendobrak kungkungan mental yang begitu kuat mencengkeramnya, hingga kini dia mampu tampil menawan penuh daya hidup. Diam-diam saya mengaguminya, yang lalu saya sampaikan segera kepadanya.

"Kamu hebat dan luar biasa. Aku mengasihimu... Kamu bisa menjadi guruku sekarang." Kata-kata terakhir sengaja kutekan dengan intonasi berbeda; lebih kuat dan bertenaga.

Ia tersenyum, getir dan cemas berbaur... Tapi kata-kata yang diucapkannya saat ini keluar dari pikirannya.

"Mbak, kamulah guru sejatiku, yang telah mengangkat harkatku sampai setinggi ini. I love you..."

Didekapnya tubuhku erat, sambil berisak di balik punggungku. Kami berpelukan dalam berbagai rasa.

Yakinlah, saya sungguh-sungguh menganggap dia guruku. Banyak sekali yang telah kupelajari melalui hidupnya. Seorang perempuan pintar, sukses, cantik dan sehat secara fisik; yang suatu waktu dahulu berniat mengakhiri hidupnya sendiri.

Semua yang dianggapnya "pertolongan besar" atas apa yang kulakukan terhadapnya, sungguh tak berasal dariku semata. Saya hanyalah sebuah cermin, tempat ia mematut dan mendapatkan gambar-gambar dirinya. Bahwa kemudian terjadi revolusi pola pikir, pembongkaran penjara bawah sadar, pembangunan struktur kepribadian yang baru, semua itu karena dirinya sendiri.

Bayangan di cermin mengikuti bangunan yang disusun dengan materi-materi pikir dan rasa yang berenergi. Diterangi cahaya cinta hakiki terberi, yang selama ini tak dihiraukannya. Maka ia adalah sesuatu yang baru, yang lahir dan hadir dari sebuah kedalaman. Kekuatan tersebut hampir-hampir tak terbendung dengan kedahsyatan luar biasa.

Tinggallah saya memutar ulang. Menatap pantulan hidup dan kehidupan yang mengagumkan pada dirinya. Hampir-hampir saya tersandung tonggak-tonggak usang yang masih bercokol dalam bangunan saya sendiri. Karena saya sudah mulai kerap berbisik dengan kata-kata yang tak kukenali:
"...saya siap saat ini, kendati sesungguhnya saya tidak siap untuk apa-apa..."

*ditulis dalam kedalaman, di bawah lapisan-lapisan*

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Sunday, July 25, 2010

Perempuan Berbisik 75: PEREMPUAN adalah CINTA

*by RinnyS*
*** *** ***
PEREMPUAN...

Bukan laki-laki...
Jadi, jangan pernah berusaha jadi laki-laki...

Bukan dewa api...
Jadi, jangan pernah membara berapi-api...

Bukan halilintar...
Jadi, jangan pernah bergemuruh membakar-bakar...

Bukan alas kaki...
Jadi, jangan pernah berdiam jika digagahi...

Bukan obyek seksual...
Jadi, berperanlah selalu sebagai subyek seksual...

Bukan hanya wanita...
Jadi, selain utama wujudkan diri senantiasa terutama...

PEREMPUAN...

Adalah penolong...
Tanpanya banyak yang melolong...

Adalah kekuatan...
Yang menimbang pikir, rasa dan perbuatan...

Adalah keselarasan...
Pemilik air, makanan dan kehidupan...

Adalah jiwa kehidupan...
Dalam nafasnya tersimpan niat nan menawan...

Adalah kristal gelas...
Mengasihi, mengasah, mengasuh, tiada berbatas...

Adalah ruang dan waktu...
Senantiasa semerbak dalam pesona dan mahkota ratu...

Adalah cahaya...
Yang dalam berkas-berkasnya memancar cinta...

Terimakasih Tuhan, KAU jadikan perempuan tonggak dan pondasi kehidupan manusia...
Yang tak lekang oleh apapun, bahkan gempuran isu gender yang tiada habis-habisnya...

Dengan penuh CINTA kasih, kepada seluruh perempuan yang penuh CINTA kasih...
(24Jul10)

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Thursday, July 8, 2010

Perempuan Berbisik 74: Indahnya Kepak Flamingo

*by RinnyS*
*** *** ***

Oh hay yay yay... cantik nian kepak Flamingo melalui tubuh-tubuh Xavi, Puyol, Villa, dan lain-lain, bahkan Torres dan Silva yang baru muncul setelah menit ke 80.

Meski Podolski, Klose, Boateng, dan anggota tim Panzer lainnya, tetap berkeringat dan menawan, namun mereka tak kuat menahan sihir tarian Espana yang cantiiiiikkk...

Sudah kusebarkan sebelumnya di beberapa ruang obrol: "hatiku dukung Spanyol, pikiranku dukung German"... Hatiku lebih bergetar, ternyata. Apalagi saat terpuaskan tontonan indah dari balutan seragam merah di lapangan. Match semifinal yang menghibuuurrrrr.

Sebagai sesama komentator sok tahu, terpaksa tak segan kukutip teriakan saudaraku: "skill individu tiap pemain Spanyol teknik tinggi!"

Kembali ke hatiku. Bisiknya bilang: "mereka menari bersama alam... tiada yang ditentang selain mengikuti irama musik alam dengan liuk-liuk tubuh mereka... bahkan jabulani menempel kuat meski ujung sepatu saja yang menyentuh... bahkan vuvuzela yang melebah seolah-olah mengalahkan voodoo"...

Hatiku bilang bisik-bisik: "menarilah senantiasa bersama alam, dalam serahmu pada Sang Empunya...".

Ck ck ck... Flamingo berkepak indah bersama tarian alam... meriangkan hatiku... thank you tim Spanyol...

Deeper in love with soccer, because of my Samba team, and you... Flamingo... (Even not mine :-))

*lagi-lagi ini aku, komentator sok tahu, penonton paling berisik, yang selalu terpesona pada football dance, bahkan ikutan menari di kursi goyang...ha ha ha ha ha...*

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Tuesday, July 6, 2010

Perempuan Berbisik 73: Samba Tetap Cantik :-)

*by RinnyS*
*** *** ***

Meski harus pulang sebelum final, tim Brazil tetap saya puji.
Meski tiada Samba kasat mata yang saya tunggu-tunggu selalu, namun soul mereka menari di laga tetap bisa saya rasakan.

Menurut hati saya, ada tarian indah dalam jiwa Kaka, Lucio, Robinho, dan yang lainnya. Meski di paruh waktu kedua menghadapi Netherlands yang tiba-tiba mengubah gaya kembali ke Total Football, tim Samba tetap punya tarian. Lebih gemulai, memang. Seolah-olah mencoba kembali pada gaya asal seperti yang diperbuat lawannya, tapi agak lupa pada hitungan-hitungan step; berapa ke depan berapa ke belakang, step ke berapa berputar, dan seterusnya. Hingga keselarasan teknik dan soul Samba belum cukup waktu untuk mereka capai (saat itu).

Tak apalah. Dunga memang mengubah strategi, tapi tak mampu mengubah jiwa. Sehingga tampaknya ada semacam internal conflict, antara mind dan soul pemain. Strategi Dunga menyasar goal untuk harus menang, menguasai tataran mind, mempermainkan "keinginan" (wanting) mereka begitu kuatnya. Sementara "kebutuhan" (needs) mereka pada keindahan Samba yang menempati ruang soul, sulit dibenamkan dalam-dalam tanpa menuntut pemenuhan. Yang terakhir itu yang tetap dapat saya rasakan. Thanks God, syukurlah masih tersisa jiwanya.

Jadi, bagi saya, tim Samba tetap tim Samba, tetap cantik dan punya jiwa.
Lebih dari cukup mengisi sisi indah tontonan, kecuali bagian yang terlalu gemulai di akhir :-D

*sekadar catatan occasional dari saya: penonton yang berisik, pengamat amatiran (banget), yang amat sok tahu... teriak-teriak dan menari-nari waktu nobar... ha ha ha ha... norbangs (noraks bangets deee...)*

___________

RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Monday, June 14, 2010

Perempuan Berbisik 72: Sepak Bola Oh Oh...

*by RinnyS*
*** *** ***
Ajang Piala Dunia Sepak Bola sekali dalam empat tahun, yang tahun 2010 ini berlangsung di Afrika Selatan, termasuk peristiwa yang saya tunggu-tunggu.
Aktivitas tiap anggota di keluarga saya turut gempita, terasa bergairah. Ada yang mengetik ulang jadwal, mencatat skor, menebak-nebak pemenang, mencatat nama dan men-tolis pencetak gol, sampai dengan komentar-komentar saat menonton pertandingan di layar kaca (tentu saja).

Saya sendiri, selain menikmati permainan (dan berkomentar dengan sotoy alias 'sok tahu' dan lebay alias 'berlebihan', ha.ha.ha.), juga suka betul mengamati ekspresi, tingkah laku, termasuk kostum-kostum. Tayangan close up menyenangkan buat saya, sebab sudut amatan saya makin jelas dan detail.
Tidak hanya para pemain yang saya suka amati, juga pelatih, wasit dan penonton di stadion. Orisinalitas dan spontanitas gagasan manusia, baik pada yel-yel, atribut pendukung yang beraneka, sampai pada kostum dan rias wajah/tubuh, merepresentasikan pikiran dan perasaan yang berbaur. Situasi massa yang cerdas, antusias, sukacita, kompak, tapi juga tertib, damai dan serasi, berperan di posisi panggung masing-masing.

Dan kenapa saya suka, serta menikmati betul saat tim Brazil berlaga? Tari-tarian samba mereka yang meningkahi guliran si kulit belang bundar itu, meriangkan hati dan tubuh saya, rasanya diajak ikut bergoyang menikmati penuh irama alam mikro dalam situasi tersebut. Efek psikologis yang luar biasa, meski tidak hanya karena itu.

Banyak sekali yang bisa saya kisahkan soal sepak bola, utamanya pada musim Piala Dunia seperti ini. Strategi pelatih dalam menata komposisi penyerang, gelandang, pemain belakang, dan juga geregetannya di tepi lapangan, adalah suatu amatan dan kajian yang sangat menarik.
Sayang sekali, saya (dan mungkin juga banyak peminat dan penikmat yang lain) perlu menukar antena televisi. Pelanggan TV berbayar di negeri ini tak bisa menikmati tontonan ajang Piala Dunia tanpa mengubah penerima siaran.

Tidak lagi semudah dahulu saat larangan-larangan penyiarannya hampir-hampir tidak terdengar seperti yang ada sekarang. Bahkan tagline dijaga ketat tak boleh digunakan (tanpa membelinya). Betul-betul bisnis tontotan yang menciut kepemilikannya, sulit diakses oleh sembarang orang. Pertandingan tersebut memang sudah jadi milik pribadi tertentu yang mampu membeli, kemudian 'dijual eceran' kepada publik yang ingin menikmati. Sampai-sampai sekelompok masyarakat di salah satu wilayah berdemo demi dapat menikmatinya, seperti yang saya kutip di bawah ini:

-----
Diancam Warga, TV Kabel Terpaksa Siarkan

GORONTALO, KOMPAS.com - Salah satu TV kabel di Gorontalo, Mimoza Multimedia didemo ratusan warga, Minggu (13/6/2010) malam, karena tak menyiarkan pertandingan sepakbola Piala Dunia 2010. Warga yang juga pelanggan televisi kabel tersebut mengancam akan merusak kantor Mimoza jika keinginan mereka tak dipenuhi.

"Kami rakyat kecil sungguh menderita, untuk nonton bola saja susah. Tiap malam harus pergi ke tempat lain untuk nonton bareng," tukas Ismail, salah seorang warga yang ikut aksi tersebut.
Pasalnya, kata dia, stok receiver resmi Piala Dunia 2010, Matrix, di Gorontalo habis sehingga sebagian calon pembeli tak berhasil mendapatkannya. Keadaan tersebut membuat warga kecewa dan akhirnya berunjuk rasa di kantor TV kabel terbesar di Gorontalo itu.

Menanggapi hal itu, Branch Manager Mimoza Multimedia, Arifin Wahab mengungkapkan pihaknya terpaksa menyiarkan pertandingan bola yang diambil dari stasiun televisi dari luar negeri.
"Kami kewalahan menghadapi masyarakat yang datang sejak hari pertama Piala Dunia digelar," katanya.

Pihaknya juga telah menyiapkan pengacara khusus, seandainya Mimoza digugat oleh sejumlah pihak yang berkompeten. "Kami takut karena warga mengancam akan merusak kantor. Jadi, sekarang ya pasrah saja dan menuruti kemauan mereka," tambahnya.
⁠Penulis: WAH ⁠ ⁠Editor: wah
-----

Begiulah.... Sepak Bola Oh Oh... Tapi tetap kusuka :-)
___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Tuesday, June 8, 2010

Perempuan Berbisik 71: Passion and Love

*by RinnyS*
*** *** ***
PASSION AND LOVE

Saya sedang terhenyak saat menyadari cukup lama tidak melakukan "pencarian dan pemantapan ke dalam". Beberapa tahun silam, utamanya sebelum saya memutuskan tidak bekerja penuh waktu dan tidak terikat dengan perusahaan apapun sebagai karyawan, waktu-waktu saya cukup tersedia untuk melakukan "pendalaman" tersebut.

Jika dalam bahasa agama mungkin orang menyebutnya berdoa, istilah lainnya saya sebut sebagai meditasi. Bukan melakukan ritual tertentu yang memposisikan diri saya sedemikian rupa seolah-olah terpekur dan merenung-renung. Justru yang saya maksud di sini yakni mengaktifkan seluruh level kesadaran saya hingga dapat "melihat jernih".

Obyek bisa apa saja. Namun yang saya ingat ketika itu saya menelusuri dalam-dalam soal "panggilan diri" atau passion saya. Berbagai pertanyaan menjadi stimulus untuk "masuk ke dalam diri". Misalnya, apakah saya sungguh-sungguh mencintai yang saya lakukan saat itu? Apakah pekerjaan itu telah menjawab kebutuhan saya yang paling dalam? Ataukah saya hanya sekadar bekerja?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut pun merujuk pada kebutuhan saya yang lain, yakni mendampingi kekasih-kekasih jiwa saya dengan sepenuh perhatian. Hal itu saya yakini jauh memberikan kebermaknaan bagi jiwa saya dan menjawab passion saya.

Hingga pada akhirnya yang saya temukan adalah kebutuhan besar akan keleluasaan, baik waktu, pengembangan kreativitas diri, makin sering tersedia di tengah-tengah kehidupan kekasih-kekasih saya, memberi makna bagi kehidupan yang lebih luas, dan sebagainya.

Saat ini, saat saya terhenyak dan teringat kembali, betapa passion di kedalaman jiwa saya meluapkan perasaan cinta yang luar biasa. Juga betapa pembuatan keputusan menjadi mudah dan mengalir lancar. Saya mulai menelusuri lagi. Setelah waktu-waktu berlalu, adakah perubahan-perubahan situasi dapat terlampaui semudah awal bermulanya?

Saya makin terhenyak saat saya menemukan, bahwa melakukan "pemantapan di dalam" bukan sebuah kesalahan. Bahkan wajib dilakukan. Bukan pula hanya oleh saya seorang, maka sebab itu saya harus membagikan temuan ini. Meskipun tidak lagi terlalu baru buat orang-orang yang sudah biasa melakukannya, namun sangat penting untuk orang-orang yang belum menyadarinya.

Banyak bisa dilihat, orang-orang yang katanya mantap berkarier di "ladang" politik, semisal menjadi anggota parlemen, hingga bertarung luar biasa (bahkan sampai habis-habisan) agar dapat menduduki salah satu kursi itu. Tampak-tampaknya bukan passion yang jadi pendorong. Bagaimana mungkin dapat mewakili aspirasi orang banyak (baca: masyarakat) apabila kiprah mereka lebih terlihat sebagai mendapatkan pekerjaan dan bekerja di sana?

Udara juang dengan jargon-jargon yang bergetar, stop sampai memiliki job dan penghasilan, posisi aman dan kursi nyaman. Kebutuhan orang banyak yang diwakili dan telah mendukung dengan penuh harap akan masa depan bangsa lebih sejahtera, terlepaskan dari prioritas. Produk-produk regulasi yang seharusnya sungguh-sungguh diproduksi dengan perasaan cinta, malah konon menjadi komoditi hangat yang diperjual-belikan.
Kenapa?
Karena semata-mata "desire" yang mengantarkannya, dan bukan "needs" yang dipenuhi kehangatan cinta atas passion.

Mungkin (semoga saja) hanya karena lupa melakukan "pencarian dan pemantapan ke dalam" untuk mencapai "kedalaman diri" tiada henti. Maafkan saya, terimakasih. Because I love you. -rs-

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Sunday, May 30, 2010

Perempuan Berbisik 70: Alang-alang Asaku

*by RinnyS*
*** *** ***
Alang-alang Asaku

‎​Andai saja aku bisa keluar dari kesesakan ini...
Andai saja aku tidak perlu ada lagi di sini...
Andai saja tak ada hati yang harus kusentuh...
Andai saja aku ini burung yang memiliki cakrawala penuh...

‎​Bagiku hanya tinggal waktu...
Bagiku hanya tinggal waktu...
Kuhitung detik dalam diamku jengah...
Kuhitung kerjapku sendiri hingga kulelah...

*Suatu waktu akan tiba, kau tak kan lagi berjumpa diriku...*

‎​Kurebah dalam nelangsaku...
Kelam ini tak jua sirna...
Kuraba dengan tabahku...
Kusam ini kan selalu ada...

*Hingga saatku tiba...
Ku kan sambut dengan senyumku rekah...*

‎​Tinggal sebentar lagi...
Gesekan daun mengurai...
Sepoi bayu meniupku hangat...
Senandung syahdu mengulumku pekat...

‎​Sepiku yang panjang kan kuukir pada batuku...
Sendiriku yang lengang kan kupahat pada kalamku...
Gaunku hijau pupus berkilau tetes embun...
Pipiku merah jingga semburatkan santun...

‎​Kuhitung akhir hitunganku...
Satu satu satu dan satu...
Kuratapi mahkota ratuku...
Kuselimuti selepas jiwaku...
Dalam gerai urai mayangku...

Andai masih kumampu ungkap pintaku...
Andai tersisa asa seujung kuku...
Kubutakan seluruh pencecapku...
Kurasuki sekujur gegap naluriahku...

‎​Akhirnya harus kuucap...
Tiada ada apapun sebab...
Kuhela tuntas nafasku lembab...
Kuluruh luluh leleh sembab...

*Tinggal sebentar lagi... Tapi tetap masih ada asa...*

-RS- 30Mei2010/21:35


___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Perempuan Berbisik 69: Politics and Personal

*by RinnyS*
*** *** ***

*Tulisan nyantai sambil leyeh-leyeh*

Dalam beberapa pertemuan seminar bertajuk politik yang dihela dan digelar perempuan Indonesia, bergulir ragam terminologi yang mengundang diskusi.

Politik sendiri kerap dimaknai rancu, hingga beberapa kalangan menganggapnya "wajib dijauhi". Kalau benar demikian, kenapa politik tetap begitu populer, hingga tak habis-habisnya jadi primadona?

Bagaimana jika ternyata setiap pribadi adalah politik? Atau bagian dari politik? Apakah kelahiran bayi bukan politik, sebab jelas-jelas setiap bayi yang terlahir hidup (bahkan terlahir mati) harus dicatatkan. Demi suatu penataan yang berkelindan dengan kepentingan birokrasi negara (politik).

Bagaimana pula apabila rahim perempuan adalah politik? Meski sudah mampu bertelur dan siap dibuahi, Undang-undang yang notabene produk politik melalui parlemen, belum mengizinkannya sebelum pemilik rahim mencapai usia tertentu.

Setiap pribadi adalah politik?

*namanya saja tulisan nyantai leyeh-leyeh, ya gini deh... tanya-tanya iseng, bukan analisis yang menyimpulkan, jadi ngga usah diambil hati dalam-dalam... 'toh yang 'nulis teteeeppp sambil mikir-mikir (men)dalam kok... :-)))))*

___________RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Wednesday, May 19, 2010

Perempuan Berbisik 68: Tanya Saatku Lepas (poem)

*by RinnyS*
*** *** ***
Tanya Saatku Lepas

betapa nian sungguh kuingin,
segera lepas saratku mendingin,

supaya segera saja kujangkau,
hingga asa tak lagi menghalau,

kiniku jadi nanti nun hilir akhir,
saratku jadi kinanthi ilir nan tahir,

hingga rengkuh kita padu saling,
menggah gitaku merdu paling,

'kan selaras berorbit
tiada ada waktu,
tiada ada ruang,

rongga tak berdinding, langit pun bahkan

syahduku meraung,
senduku meradang,
rinduku melanglang,
pujaku menggaung...

19mei2010/01:01/rs
___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Thursday, May 6, 2010

Perempuan Berbisik 67: Jejaring

*by RinnyS**** *** ***
JEJARING yang saya maksud yakni media komunikasi kelompok via perangkat elektronik. Tepatnya, saya ingin bercerita mengenai mailing list atau milis, dan blackberry group messanger atau BBG.

Dewasa ini tampaknya semua orang yang dapat mengakses internet dipastikan memiliki alamat e-mail atau alamat surat elektronik. Bahkan sebagian besar memiliki lebih dari satu alamat e-mail dengan berbagai alasan dan tujuan. Termasuk saya, sedikitnya 3 (tiga) alamat e-mail saya cukup aktif. Atas dorongan menjalin jejaring sosial dengan berbagai komunitas minat, perhatian, pekerjaan, profesi, pendidikan, budaya, nostalgia, dan sebagainya, maka alamat-alamat e-mail saya terdaftar di sejumlah milis, atau mailing list. Bergabung dengan milis-milis memberikan pencerahan yang terbarui hampir setiap saat.

Demikian pula, karena terdorong menggenggam informasi seluas-luasnya di setiap waktu dan kesempatan, saya juga memanfaatkan device atau perangkat blackberry. Pada akhirnya terpaksa harus saya akui, pengguna blackberry menjadi seperti BB, alias hewan babi, yang gaya khas dan perilaku terfavoritnya adalah "menunduk" sambil berjalan, alih-alih beraktivitas dengan sering menunduk. He he he...
Dengan blackberry, saya juga bisa aktif 'chatting' atau 'ngobrol secara berjejaring melalui BBG. Saya pun terdaftar sebagai anggota dari beberapa grup, bahkan mengkreasi beberapa grup atas inisiatif sendiri. He he he... (Lagi).
Belum termasuk situs jejaring sosial yang juga saya ikuti atas akses internet dan bb, misalnya facebook.

Fenomena dan pengalaman saya itu menunjukkan bahwa manusia hakikatnya makhluk sosial, selain sebagai makhluk individual. Perbedaan mendasarnya, pertemanan dan interaksi sosial melalui media teknologi elektronik bersifat semu, atau disebut-sebut 'dunia maya' (untungnya bukan 'dunia lain' ho ho ho). Sedangkan interaksi sosial yang sesungguhnya lebih bersifat pertemuan fisik, silaturahmi, berbicara langsung, dengan menghadirkan bahasa tutur lisan dengan ekspresi dan bahasa tubuh.

Apakah hakikat makhluk sosial yang diakomodasi melalui dunia maya kini telah menggantikan posisi kebutuhan manusia terhadap kontak sosial yang sesungguhnya? Yang konkret dan fisik?
Lalu orang menjadi lebih tumpul menilai respons orang lain dari bahasa tulisnya?

Pertama, saya cenderung menjawab tidak. Sebab ruang publik, venue, dan sebagainya, masih tersedia cukup banyak. Selain tempat kerja, ada venue seminar, forum diskusi, cafe-cafe, warung, restoran, dsb. Artinya, meski mudah mengakses dunia maya dan berjejaring di sana, manusia tetap mencari ruang pemenuhan hasratnya sebagai makhluk sosial yang butuh berkumpul. Bahkan meski memanfaatkan jalan raya umum untuk berdemonstrasi... (Ck ck ck kasihan ya, saking ingin kumpul-kumpul dengan orang lain, berdemo di jalan pun dilakoni, melakukan pengrusakan dan tindakan anarkis pun dijabanin...).

Kedua, tidak juga lebih tumpul menilai karakter dan ragam emosi orang lain. Variasi emoticon yang makin berkembang, memberikan kesempatan orang menampilkan simbol mewakili perasaannya. Mungkin memang tidak sepenuhnya terungkapkan, namun setidaknya atas kesepakatan bersama dalam memaknai simbol-simbol tersebut, satu sama lain dapat saling menilai dan memberi respons.

Contoh lain yang cukup terlihat sekaligus mencerahkan, ada milis tertentu yang isi percakapan atau diskusi antar anggota di dalamnya sering sekali 'bertegangan tinggi' alias penuh emosi negatif, misalnya menyalahkan orang lain yang tidak ada di dalam list tersebut, bahkan menghujat pihak lain yang notabene tidak membaca langsung yang dituliskannya. Lalu antar anggota saling mendukung dengan menambah 'tegangan & tekanan emosi'.

Adapula milis atau BBG yang penuh keceriaan, saling berbagi, saling menilai antar anggota, menuliskan ha ha ha ha dengan berbagai versi dan simbol, menunjukkan kecerian dan sukacita. Tak terkecuali, ada yang berbudaya serius, diisi dengan berbagai informasi & analisis mendalam, dibahas secara serius & tampak dipenuhi suasana berpikir keras. Bercanda ceria tidak diterima & tidak dilayuani di sana.

Banyak tipe milis dan grup, yang dapat direspons berdasarkan 'rasa' tiap anggota terhadap atmosfir 'ruangan' itu.

Betapa bersyukurnya saya dapat menjadi anggota dari rupa-rupa jejaring, hingga mencerahkan dan memperkaya kognitif, mengasah emosi dan mempertajam intuisi.

Saya rasa bukan hanya saya seorang yang memiliki keberuntungan itu.
Anda juga, kan? He he he :-)))))

Salam cinta... :-¤


___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Thursday, April 15, 2010

Perempuan Berbisik 66: DOA


*by RinnyS*
*** *** ***

DOA
(Inspiring by Chairil Anwar, “Doa” as well)

Tuhanku,

Dalam renungku kurasakan lembutMU,
tersungkur penuh seluruh jiwaku,

cahayaMU hangat terang berkilau,
menatapMU hingga mataku silau,
menggapai jubahMU jiwaku terpukau,

dukaku KAU ubah sukacita,
sedihku KAU ganti gembira,
sepiku KAU selipi ceria,

kulihat jalanMU indah benderang!
kapankah dapat kumelintas ke seberang?

ratapku KAU dengar, bukan?
rinduku sungguh tak tertahan!

Tuhanku,

panasMU menyelusup di relung hati,
tinggalkan kerlip lilin di kelam sunyi,
hingga denting waktu merambah ke tepi,

pintuMU kuketuk bersegera,
meski hatiku malu tak terkira,
tanpa kuketuk pun selalu terbuka.

Tuhanku,
KAU kurindu betapa,
KAU kugapai penuh asa,
Dan....KAU sambutku berjuta makna.

(di atas garis-garis biru-putih-kelabu, 14 April 2010)

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Tuesday, March 30, 2010

Perempuan Berbisik 65: Musim Sekolah


*by RinnyS*
*** *** ***

Musim sekolah yang saya maksud yakni suasana, situasi dan kondisi saat-saat ini yang terkait dengan aktivitas per-sekolahan dan pendidikan. Istilah ini semata-mata pendapat dan pandangan pribadi berdasarkan pindaian dan tengaraian peristiwa-peristiwa actual yang tengah berlangsung. Artinya, difinisi praktis dari istilah ini dalam konteks di sini, berlaku dalam lingkup terbatas dan seketika muncul (‘on the spot’), atas spontanitas ide saja.

Musim-musim itu seperti Ujian Nasional (UN), Ujian Akhir Sekolah (UAS), pendaftaran siswa dan mahasiswa baru, persiapan dana pendidikan yang dilakukan para orangtua, pengisian dan pengembalian formulir, tes-tes saringan masuk sekolah, dan sebagainya.

Suasana dan situasi demikian meningkatkan aktivitas dan keterlibatan sebagian besar orangtua terhadap pendidikan dan sekolah anak-anaknya. Mulai dari pendampingan belajar yang lebih intens, pengaturan jadwal belajar anak, membuat soal-soal tambahan, mengantar les, mengundang guru ke rumah, mengantarkan anak ke setiap tempat pendaftaran sekolah dan tes saringan masuk, menyediakan makanan yang lebih padat gizi, hingga membatalkan acara-acara pribadi demi anak-anak.

Alangkah baiknya apabila musim sekolah juga disikapi dan diisi dengan upaya-upaya memberikan aspek pendidikan lain yang tak kalah penting terhadap anak-anak. Aspek-aspek yang justru sangat bermanfaat bagi perkembangan mental dan psikologis mereka. Misalnya kemandirian dan tanggung jawab.

Aspek tersebut sudah tentu menuntut harga yang mahal dari orangtua. Sungguh mahal, karena buah dari harga tersebut baru dapat dipetik setelah waktu-waktu berlalu, yang bisa sangat jadi menghadirkan gejolak dan konflik emosi yang dalam. Mula-mula hanya perlu rasa percaya dan berserah.

Mungkin kisah di bawah ini dapat mewakili ide dan memberi warna pada musim sekolah kita....

SUDAH waktunya untuk mendaftar dan mengikuti tes masuk Perguruan Tinggi di sebuah kota yang sama sekali belum pernah dikenalnya, selain nama kota dan sesekali pernah lewat dalam perjalanan liburan bersama keluarga ke kota lain.
Gadis belia 17 tahun ini mulai bersiap-siap. Mengemasi koper, memilih-milih beberapa buku kumpulan soal dan text book yang mungkin diperlukan nanti, menulis beberapa surat untuk sahabat sekadar menyampaikan informasi tentang aktivitasnya pada hari-hari ke depan nanti.

Ibunya datang, memberikan secarik kertas berisi daftar barang yang perlu dibawa, mengingat si gadis akan menginap sekitar satu minggu di kota itu. Gadis belia berdecak membaca daftar tersebut, ternyata banyak barang penting yang belum ia persiapkan dari tadi. Ah, ibu memang selalu tahu. Tapi ibu hanya menyodorkan daftar, si gadis menyiapkannya sendiri. (POINT 1: KEMANDIRIAN DAN TANGGUNG JAWAB)
Tanpa setahu anak gadisnya, diam-diam ibu memeriksa ulang seluruh isi koper dan bawaan yang telah dipersiapkan sang anak, pada saat si gadis telah terlelap kelelahan. Barang-barang yang belum ada dalam koper segera ditambahkan oleh ibu, seperti setengah lusin celana dalam dan beberapa bra baru, kaus kaki, minyak gosok, obat-obatan dan vitamin, seperangkat stationary, dan lain-lain.

Keesokan pagi, sebelum berangkat dengan mobil, sepintas ibu menginformasikan kepada si gadis mengenai beberapa barang yang telah diselipkannya ke dalam koper. Anak gadis yang ceria itu pun mengangguk. (Belakangan si gadis sungguh bersyukur bahwa barang-barang yang diselipkan oleh ibunya hampir semua terpakai dan sangat bermanfaat selama di kota itu).

Ibu mengantarkan anak gadisnya ke kota tersebut, dengan kendaraan pribadi yang dikemudikan supir pribadi sang ayah. Setiba di sana, mereka mencari tempat kos, berdasarkan insting seorang ibu, dipilihlah tempat kos yang aman dan ditunggui sepasang suami-istri. Hanya semalam ibu ikut menginap di tempat itu bersama anaknya yang hendak berjuang di musim sekolah ini. Sebelum pulang ke kota asal, diam-diam ibu menitipkan anak terkasih kepada suami-istri penjaga rumah kos.

Mulailah hari-hari yang menegangkan, melelahkan, mencemaskan, dan berbagai emosi lainnya, dilalui anak gadis yang kini seorang diri di kota yang baru saja dikenalnya. Tinggal bersama orang-orang lain yang masih asing baginya. Ia kebingungan, sedikit takut, dan tentu saja merasa sedih. Mula-mula memberanikan diri berkenalan dengan penghuni lain di rumah itu, yang rata-rata sudah cukup lama bermukim di sana. Mereka ramah, namun punya kesibukan masing-masing hingga tak mungkin menemani hari-hari dan perjuangannya selama di kota itu.

Beberapa jadwal tes saringan masuk ada dalam genggamannya, yang letak antar tempat cukup berjauhan satu sama lain, termasuk dari tempat kosnya. Ia mulai mencari informasi mengenai kendaraan apa yang bisa ditumpangi untuk sampai ke tempat-tempat tersebut. Hari pertama terjadi kesalahan memilih jasa angkutan, akibatnya ia harus menumpang kendaraan umum lain yang memungkinkannya tiba di tempat tujuan. Dalam waktu yang sangat terbatas, ia bisa juga sampai di tempat tes berlangsung, dengan peluh bercucuran akibat perjalanan panjang yang telah dialami pagi itu.

Hari kedua, ketiga dan seterusnya, ia mulai dapat memilih kendaraan umum yang tepat, juga menghitung waktu tempuh ke tempat-tempat yang hendak dituju termasuk jauh perjalanan berjalan kaki. Uang yang diberikan orangtuanya tidak berlebihan, namun tentu saja tidak kurang. Ia harus pandai-pandai mengaturnya agar cukup sampai waktu ia pulang ke kota asal nanti.

Belum lagi, saat menemui pihak perguruan tinggi yang mewawancarai calon mahasiswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang tajam. Lalu pembicaraan-pembicaraan orang di sekitarnya yang lebih banyak tak dipahami. Ditambah lagi dengan berbagai kesalahannya saat mengajukan pertanyaan yang mengundang tawa sekeliling, ia merasa malu dan agak stres. Perasaannya makin tidak menentu. Cemas, sedih, marah, kecewa, kesal, semua jadi satu dan sungguh menyesakkan.

Betapa hatinya makin sedih dan teriris saat menyaksikan beberapa peserta tes lain yang diantar oleh orangtua mereka. Orangtua menemani saat wawancara, saat membayar di loket, juga memberikan minuman dalam kemasan dan makanan yang semerbak harumnya berbungkus kertas dari toko-toko makanan terkenal. Orangtua membelikan buku-buku yang dijajakan di sekitar kampus-kampus untuk membantu anak-anaknya lebih siap menghadapi tes saringan nanti. Sementara dirinya harus menahan diri tidak membeli terlalu banyak buku, agar tidak kehabisan uang sampai waktu pulang tiba.

Ia sedih, kecewa, marah:”Kenapa ibu dan ayah membiarkan diriku terlunta-lunta di kota ini? Sama sekali tidak membantuku mengatasi masalah-masalah yang berat dan membuat stres ini?”

Namun ada saatnya ia merasa bangga, ketika seorang ibu yang mengantarkan anak gadisnya yang sebaya dengan dirinya, bertanya soal beberapa hal yang sudah ia pelajari secara mandiri beberapa hari ini. Ibu itu menatap kagum dan tercengang saat mengetahui ia sendirian saja tanpa ditemani. Sampai kemudian ibu tersebut memutuskan meninggalkan anak gadisnya di situ bersamanya, hingga kemudian mereka bersahabat.

Tiba saat untuk pulang ke kota asal. Seluruh proses telah ia lalui, secara bertahap melewati dan mempelajari banyak hal selama sepuluh hari berjuang di kota ini. Ia juga sudah memiliki teman-teman baru, bahkan sahabat yang belajar beberapa hal dari pengalamannya. Pulang menumpang kendaraan umum dalam jarak tempuh yang cukup jauh, bukan lagi hal yang terlalu menakutkan. Ia tetap waspada. Namun juga masih menyimpan rasa sedih karena merasa ”ditinggalkan” oleh orangtuanya yang sebenarnya sanggup menemaninya sepanjang waktu, bahkan mampu memberikan uang lebih banyak.

Sesampai di kota asal, ibu, ayah beserta seluruh anggota keluarga menyambutnya dengan senyum dan pelukan. Ia masih juga menyimpan kesal atas perasaan ”ditinggalkan”. Sampai kemudian, setelah tahun-tahun berlalu, masa berganti, yang dalam perjalanannya ia menyadari kemandirian dan ketabahan yang dimilikinya menghadapi berbagai tantangan hidup, saat itu hanya satu yang ingin dibisikinya ke telinga lembut orangtuanya: TERIMAKASIH, AKU SANGAT MENGASIHIMU.

Hal lain yang juga disadarinya kemudian, betapa besar harga yang dibayar ibunya dahulu, berpisah meninggalkan anak perempuannya di kota asing, berjuang seorang diri melewati berbagai tantangan dan gempuran hidup. Ia yakin, sangat amat yakin, betapa sedihnya hati sang ibu menahan diri, menahan air mata dan rasa tertekan pada saat meninggalkan dirinya dahulu. Hal-hal yang kemudian ia ketahui, ibu dan ayah yang diam-diam menelepon ke rumah kos, menayakan dirinya dan kondisinya (belum ada telepon genggam sebagai sarana komunikasi jarak jauh sewaktu-waktu).

Satu hal utama yang ia tahu saat memergoki tanpa sengaja dan membuat hatinya menangis tiada henti dalam sesak keharuan, yakni ketika mendengar doa-doa yang dipanjatkan kedua orangtuanya di dalam ruang tertutup mereka. Doa-doa luar biasa yang ia yakin merupakan tonggak kekuatan tak terkira, yang telah mengantarkan dirinya menjadi pribadi yang (setidaknya) matang dan mandiri. Semua itu tidak ada sekolahnya. Tidak bermusim, karena mengalir sepanjang waktu sepanjang musim.

Musim sekolah tiba, selamat menghayatinya.[RS]

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Tuesday, March 23, 2010

Perempuan Berbisik 64: Nyanyian Malam Lagu Alam


*by RinnyS*
*** *** ***
Kelahiran sebuah puisi dari tangan hati seseorang bukan pujangga, cenderung mengundang hasrat khalayak di sekitarnya untuk tak tahan mengumpan celetuk.
"Ciiieeeee.... puitis niyeeee..."
"Lagi kasmaran ya...?"
"Duh, melankolis amaaaatttt,"
"Heehh!! Kesambet apaan luuu???"

Begitu.

Hasil 'ngintip di ruangnya Mbak Wiki, yang ternyata hasil translasi agak miring-miring (terpaksa saya edit demi keperluan saya :-) ): Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah tulisan bernilai seni, dengan penggunaan bahasa yang sarat estetik, selain makna semantiknya.

Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai pewujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.

Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis(nya) untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis(nya) selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.

Kata-kata kunci yang saya cuplik-sari yakni: "PEWUJUDAN IMAJINASI MANUSIA, SUMBER SEGALA KREATIVITAS" dan "CARA(PENULISNYA)MENUNJUKKAN PEMIKIRAN" dan (lagi) "TAK MEMBATASI, MESKI PENUH KEANEHAN". Ssssttt, yang terakhir itu sedikit saya modifikasi, tentu. :-)

Jadi sesungguhnya, tidak juga keliru hasrat-hasrat khalayak menggelegak tak tahan untuk melempar komen manakala seseorang yang tak pernah dikenal sebagai pujangga, melahirkan puisi pada suatu waktu.
Tapi.... seaneh apapun puisi itu, selalu tetap puisi, selalu tetap tak terbatas bagi setiap siapa saja berkreasi mewujudkan keindahan seni dari hati murninya.

Ini puisi yang saya tulis:
"Nyanyian Malam Lagu Alam"

Senja hari ini,kemarin, tahun lalu,
Bahkan sejak puluhan tahun lampau,
Terjahit tegas di mahkota hati,
di dasar memori di alam theta,

Hampir selalu sama,
Gumpalan asap dari lobang di tanah,
Aroma harum lembar-lembar jatuh,
Coklat, coklat, kering, rapuh, harum,
Sisa kilau lembayung di ujung lembar
yang masih bergayut berayun lembut,

Sisa-sisa aroma turut menari
bersama lagu alam jelang gelap turun,

Nyanyian syahdu, merdu, gempita,
namun tetap senyap bagi yang tak tersentuh,

Dulu, ibuku bilang: masuklah
enggan tak enggan langkahku terseret,
Aroma nyanyian malam ibuku pada hatinya,
ternyata senyata seirama lagu alam itu,

Kuperdayai otakku kali ini,
dan kali lain sebelum ini,
juga kali esok sesudah ini,
bersama malam kubernyanyi lagu alam,
keindahannya hanya kumaknai bersama senyumku.

(Mengertikah kamu???)

Udddaaahhh, ngga usah dipikirin amat kaleee... :-)

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Saturday, March 13, 2010

Perempuan Berbisik 63: REUNI (bisikan terpendek)


*by RinnyS*
*** *** ***
"Ssssttttttt.... Katanya REUNI, 'kok malah jadi ajang unjuk jabatan, pekerjaan, prestasi, pamer kehebatan anak, 'ngobrol soal kepunyaan, soal jalan-jalan, jualan produk, member get member, dan lain-lain??? Pantas saja sekelompok orang enggan bergabung... daripada campur-aduk..."

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Tuesday, March 9, 2010

Perempuan Berbisik 62: EMPATI (Throughout IWD)


*by RinnyS*
*** *** ***

Kemarin, tepatnya 8 Maret, diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day (IWD). Masih banyak perempuan Indonesia yang belum familiar dengan hari khusus yang diperingati perempuan sedunia ini. Kita (di Indonesia) sudah terbiasa memperingati Hari Kartini setiap tanggal 21 April, sebagai simbol dan tonggak sejarah terangkatnya emansipasi perempuan. Tak ketinggalan, Hari Ibu setiap 22 Desember, yang sesungguhnya bermakna sama dengan Hari Kartini, bahkan dekat sekali dengan ide utama Hari Internasional Perempuan pada 8 Maret ini.

Sedikit mengutip hasil unduh soal Hari Perempuan Internasional, sebagai berikut:

International Women's Day (8 March) is a global day celebrating the economic, political and social achievements of women past, present and future.
International Women's Day has been observed since in the early 1900's, a time of great expansion and turbulence in the industrialized world that saw booming population growth and the rise of radical ideologies. (www.internationalwomensday.com)


Lalu,

The very first International Women's Day was launched the following year by Clara Zetkin on 19 March (not 8 March). The date was chosen because on 19 March in the year of the 1848 revolution, the Prussian king recognized for the first time the strength of the armed people and gave way before the threat of a proletarian uprising. Among the many promise he made, which he later failed to keep, was the introduction of votes for women.
……………………
In 1913 International Women's Day was transferred to 8 March and this day has remained the global date for International Women's Day ever since.
…………………
2000 and beyond
IWD is now an official holiday in China, Armenia, Russia, Azerbaijan, Belarus, Bulgaria, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Macedonia, Moldova, Mongolia, Tajikistan, Ukraine, Uzbekistan and Vietnam. The tradition sees men honouring their mothers, wives, girlfriends, colleagues, etc with flowers and small gifts. In some countries IWD has the equivalent status of Mother's Day where children give small presents to their mothers and grandmothers.
(www.internationalwomensday.com)


KENAPA “EMPATI”?

Oh!!! Ini sekadar judul hasil khayal-khayal saya. Tentu saja bukan khayal sembarang khayal! Berbagai peristiwa sehari-hari menjadi latar belakang terangkatnya judul sederhana ini.
Kaitannya dengan IWD? Yaaaahhhh, selain menikmati momen (alih-alih memanfaatkan ;-)), “empati” merupakan fenomena sehari-hari di dalam lingkup kehidupan perempuan. Perempuan mengalami dan mampu berempati, TAPI sekaligus sering juga gagal melakukannya. What’s up?!?

Saya pikir, kata dan makna empati tidak asing lagi di telinga semua orang. Beberapakali saya dengar bahkan anak-anak pun sering berseloroh dengan kata tersebut, meski belum tentu betul-betul tepat penggunaannya.
Bagi saya sendiri, empati tak sekadar membahas maknanya yang terlalu sederhana, seperti: turut merasakan apa yang dirasakan dan dialami orang lain, merasakan isi ‘sepatu’ orang lain, dan sebagainya.
Melakukan empati, ternyata cukup berbeda dari memahami empati.

Perempuan, terlepas dari kodrati emosional yang telanjur melekat (beberapa waktu lalu pernah saya tulis pada bagian lain), mudah menangis bersama orang yang menangis. Bahkan begitu tersentuh secara dramatis oleh tontonan ataupun pertunjukan, hingga dapat berurai air mata gara-gara cerita sinetron, film drama sedih, kisah pilu orang lain, berita-berita mengenai peristiwa menyakitkan, menyedihkan, menggetarkan, mencemaskan, menakutkan, baik berkisah tentang perempuan maupun bukan.

Tak sulit bukan? Perempuan mampu berempati, mengekspresikan perasaannya, menghibur yang pilu, duka dan nestapa, dengan penuh pengertian. Betapa dalamnya keterlibatan perasaan hingga benar-benar tampak turut merasakan yang tengah dirasakan orang lain. Demikianlah, perempuan pandai melakukan empati dengan begitu baik. Benarkah???

Suatu waktu dahulu, ketika sedang menelaah “empati”, seseorang bertanya pada kelompok diskusinya,
“Lebih mudah mana, turut merasakan kesedihan dan kegagalan orang lain? Ataukah turut merasakan kebahagiaan dan keberhasilan orang lain?”
Sebagian besar anggota kelompok menjawab: lebih mudah turut merasakan kebahagiaan dan keberhasilan orang lain.

Beberapa alasan dan argumen dilontarkan, semua benar dan masuk akal. Misalnya, bahwa ketika melakukan empati atas perasaan duka seseorang, kita tidak sekadar mengucapkan kata-kata saja, namun harus dapat menunjukkan ekspresi tulus saat menatap, menyentuh, bahkan memeluknya. Berbeda halnya ketika kita hadir ke sebuah pesta pernikahan, mengucapkan selamat dengan wajah sumringah, jauh lebih mudah dan spontan, sebagai ungkapan empati atas kebahagiaan mempelai.

Seseorang yang sama melontarkan pertanyaan berikutnya,
“Apakah orang yang diam-diam memiliki hasrat dan menyimpan rasa cinta kepada salah satu mempelai, juga mampu berbuat hal yang sama?”
Ramai-ramai kelompok menjawab: TIDAAAAAK.
Pertanyaan selanjutnya bersifat mengajak,
“Dapatkah kita turut merasa bahagia secara penuh, ketika rekan sekerja dengan level jabatan dan beban kerja yang sama, mendapatkan promosi jabatan dan kenaikan gaji jauh melebihi diri kita?”

Hanya ada satu dua jawaban spontan namun terkesan reaktif: “Ya, tentu saja dapat.”
Jawaban-jawaban tersebut pun perlahan-lahan melemah dan kehilangan makna kepastiannya. Situasi yang kemudian mengajak kelompok bersepakat, bahwa melakukan empati dalam suasana menyenangkan yang dialami orang lain, memiliki syarat-syarat tertentu. Bukan hal mudah menunjukkan empati yang selaras antara kata-kata dan ekspresi nonverbal, bahkan pada situasi turut merasakan kebahagiaan dan keberhasilan orang lain.

Latar belakang lahirnya International Women’s Day di tengah-tengah suasana politik dalam aroma revolusi industri awal abad 19, saya rasa tidak semata-mata menyoal pengakuan terhadap hak suara perempuan untuk menentukan arah politik kelompok, organisasi, negara dan bangsa, bahkan dunia. Tidak juga sekadar penghargaan kaum laki-laki terhadap eksistensi perempuan sebagai bukan warga masyarakat kelas dua.

Perjuangan perempuan di seluruh dunia, khususnya saat menuntut hak suara dan hak pilihnya mengarungi arus perpolitikan dan arah politik (dalam masyarakat, organisasi, pekerjaan, lembaga, parlemen, pemerintahan, dan sebagainya), tak lepas dari mengentaskan pemahaman antar sesama perempuan sendiri untuk saling mendukung satu sama lain.

Khayalan saya, di sinilah kendaraan “empati” mengambil peran, yakni pengejawantahan empati di setiap ranah perempuan berkiprah. Tentu saja pengejawantahan yang perlu dipikirkan mendalam oleh setiap perempuan pelaku, sesuai dengan posisinya saat ini dan tempatnya berada. Kontemplasi yang membutuhkan sedikitnya kejujuran hati nurani.

Mungkin begitu yaaaaaa….
Iya, ‘gitu aja dulu deh… ;-)

___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/

Posts Archive


PEREMPUAN = SRIKANDI ?

Kenapa PEREMPUAN PEJUANG sering disebut SRIKANDI.
APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?
Kutelusuri WIKIPEDIA, kutemukan entri SRIKANDI ini

Srikandi (Sanskerta: Śikhaṇḍī) atau Sikandin adalah salah satu putera Raja Drupada dengan Dewi Gandawati dari Kerajaan Panchala yang muncul dalam kisah wiracarita dari India, yaitu Mahabharata. Ia merupakan penitisan Dewi Amba yang tewas karena panah Bisma. Dalam kitab Mahabharata ia diceritakan lahir sebagai seorang wanita, namun karena sabda dewata, ia diasuh sebagai seorang pria, atau kadangkala berjenis kelamin netral (waria). Dalam versi pewayangan Jawa terjadi hal yang hampir sama, namun dalam pewayangan jawa ia dikisahkan menikahi Arjuna dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah Mahabharata vrsi India.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, Srikandi dieja Śikhaṇḍin, bentuk feminimnya adalah Śikhaṇḍinī. Secara harfiah, kata Śikhandin atau Śikhandini berarti "memiliki rumbai-rumbai" atau "yang memiliki jambul".
Srikandi dalam Mahabharata
Di kehidupan sebelumnya, Srikandi terlahir sebagai wanita bernama Amba, yang ditolak oleh Bisma untuk menikah. Karena merasa terhina dan ingin membalas dendam, Amba berdoa dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Keinginannya terpenuhi sehingga akhirnya Amba bereinkarnasi menjadi Srikandi.
Pada saat lahir, suara dewata menyuruh ayahnya agar mengasuh Srikandi sebagai putera. Maka Srikandi hidup seperti pria, belajar ilmu perang dan kemudian menikah. Pada malam perkawinan, istrinya sendiri menghina dirinya setelah mengetahui hal yang sebenarnya. Setelah memikirkan usaha bunuh diri, ia kabur dari Panchala, namun diselamatkan oleh seorang Yaksa yang kemudian menukar jenis kelaminnya kepada Srikandi. Srikandi pulang sebagai pria dan hidup bahagia bersama istrinya dan memiliki anak pula. Setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kembali kepada Yaksa.
Perang di Kurukshetra
Saat perang di Kurukshetra, Bisma sadar bahwa Srikandi adalah reinkarnasi Amba, dan karena ia tidak ingin menyerang "seorang wanita", ia menjatuhkan senjatanya. Tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, Arjuna bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma dengan tembakan panah penghancur. Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, Arjuna dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir. Akhirnya Srikandi dibunuh oleh Aswatama pada hari ke-18 Bharatayuddha.
Srikandi dalam Pewayangan Jawa
Srikandi dikisahkan lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada dan Dewi Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.
Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya ketika ia berguru pada Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putera.
Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, kesatria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Korawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, puteri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang mati terbunuh oleh Bisma.
Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Hastinapura setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.

JADI, APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?

*********

PEREMPUAN DAN PENDIDIKAN
Rinny Soegiyoharto (catatan tak selesai pada april 2006)

Ragam aktivitas ke-Kartini-an sebagai simbol emansipasi kaum perempuan seperti sebuah rutinitas lebih bergaung pada bulan April mendekati hari keduapuluhsatu. Ditandai aneka lomba dan berbagai atribut keperempuanan yang adakalanya malah tampak sekadar wujud lahiriah dan kasat mata. Sebut saja lomba berkebaya, lomba masak, lomba pasang dasi, lomba merias wajah, dan sebagainya.

*** *** *** *** ***

-DRAFT--Wanita. Meski berpadan dengan perempuan, namun kata dasar “empu” pada perempuan terasa lebih nyaman dan membanggakan, oleh sebab itu saya suka menggunakan kata “perempuan”, termasuk dalam menamai blog saya.-
Perempuan, sadar soal pentingnya pendidikan terhadap anak-anak, karena di "dalam" perempuan terdapat beban psikologis memperjuangkan dirinya sendiri, terus-menerus. Utamanya dalam hal pendidikan (sudah diterobos Kartini). Guru TK-SD bahkan SMP kebanyakan perempuan. Bapak-bapak lebih banyak muncul dan berperan pada tingkat pendidikan lanjutan atas (SMA), dimana pendidikan dasar telah ditanamkan lebih dahulu oleh ibu-ibu guru. Mengapa? Sekali lagi karena perempuan secara lahiriah dan kodrati justru memikul tanggung jawab pendidikan itu sendiri yang dimulai pada dirinya sendiri. Maka, bapak-bapak guru lebih kepada transfer of knowledge, ketimbang hal-hal mendasar yang lebih berhubungan dengan pembangunan karakter, penanaman proses belajar dan pengertian-pengertian dasar untuk dan selama manusia menempuh proses pendidikan.- Pendidikan: mencakup attitude/sikap, yakni kognitif, afektif dan perilaku. Pengembangan kepribadian, pembiasaan good character, kesadaran dan tanggung jawab akan masa depan pribadi/diri sendiri yang mempengaruhi masa depan keluarga dan kontribusinya bagi pembangunan bangsa dan negara, dll.- Bukan diskriminasi yang mengarah pada gerakan feminisme.- Perbedaan sesuatu yang dirayakan bersama sebagai unsur2 yg saling bersinergi mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan bersama: orangtua, pendidik, bangsa dan negara.- Berkaitan erat dengan UU Anti-KDRT. Jika perempuan terus ditindas, bahkan di dalam rumah tangganya sendiri, bagaimana mungkin perempuan dapat bertugas/ berkiprah/ bertindak optimal untuk mendidik anak-anak, baik anak sendiri maupun anak-anak didik apabila ia seorang guru? Kendati lagi, waktu terus merambah, persaingan global semakin cepat dan menantang, anak tidak berhenti tumbuh dan berkembang, suatu waktu akan tiba ketika anak mulai lebih banyak mencurahkan porsi proses pendidikannya pada pemenuhan kognitif, belajar ilmu2 tinggi, yg bisa jadi sebagian besar diberikan oleh laki-laki, bapak2 yg menitikberatkan pada perkembangan kognitif.- Perempuan & laki2 lebih kepada pembagian peran, baik dalam pendidikan di dalam rumah tangga, maupun pendidikan secara luas, formal & informal. Karena baik dari segi struktur fisiologis dan psikologis serta kultural dan sejarah di dalam masyarakat kita, telah membentuk sebuah perbedaan laki2 dan perempuan, yang harus kita rayakan bersama-sama membentuk manusia-manusia berkualitas dlm diri anak2 kita sebagai proses pendidikan menuju masa depan cerah mengikuti kecerahan janji bangsa ini. Amin.-

Pendidikan dimulai dari rumah. Peran ibu sebagai objek kelekatan anak yang pertama terhadap proses pendidikan anak tentulah tidak kecil. Sebagai perempuan, tentunya ibu harus tidak hanya memberikan pelajaran, namun pendidikan kasih sayang, penanaman afeksi, unsur penting bagi rasa nyaman dan aman bagi anak, karena merasa dicintai. Bagaimana mungkin ibu dapat menanam benih cinta pada anak apabila dia sendiri mengalami kekerasan dalam rumah tangga.***