231 - BERITA: Peluncuran Buku "Revolusi Mental" oleh Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI Pusat & HIMPSI Jaya)
Jakarta - Kamis 4 Juni 2015, bertempat di Auditorium Universitas Paramadina, Gedung Energy lantai 22, jalan Jenderal Sudirman Jakarta, Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI Pusat dan HIMPSI Jaya) menghelat Peluncuran Buku berisi kumpulan 33 tulisan yang dikemas dengan tajuk "Revolusi Mental: Makna dan Realisasi".
Sebagai upaya pembangunan kualitas manusia Indonesia dalam Seri Sumbangan Pemikiran Psikologi Untuk Bangsa, acara ini menghadirkan sejumlah pembahas ahli dan hebat.
Hadirin adalah para undangan, dari Majelis HIMPSI Pusat dan HIMPSI Jaya, Pengurus HIMPSI, Ikatan-ikatan dan Asosiasi, Perguruan Tinggi, serta tamu undangan yakni dari unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi-instansi terkait, Jejaring HIMPSI, Media, dan beberapa yang lain.
Acara diawali dengan konferensi pers di ruang terpisah, diliput tak kurang dari sepuluh wartawan berbagai media nasional dan ibukota. Tak heran jika acara ini menarik minat media karena judul dan isi buku mengangkat tema yang juga jargon yang dipopulerkan kembali oleh Presiden Indonesia saat ini, Joko Widodo.
Rangkaian acara dibuka dengan doa, kemudian seluruh hadirin menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan diikuti Himne Psikologi Indonesia.
Setelah itu kata sambutan berturut-turut, sebagai berikut:
Kata sambutan Ketua HIMPSI, DR Seger Handoyo, Psikolog,
Kata sambutan Ketua HIMPSI Jaya, DR JAA Rumeser, MPsi, Psikolog,
Kata sambutan Asisten Deputi Kebudayaan KEMENKO Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Herbin Manihuruk, SE, MKes, mewakili Deputi DR Haswan Yunaz yang pada kesempatan ini tidak dapat hadir,
Kata sambutan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Drs Djarot Saiful Hidayat, MSi.
Dalam sambutannya Wakil Gubernur DKI Jakarta antara lain mengungkapkan sebelum menjadi wakil gubernur provinsi khusus ini, yakni ketika menjabat Walikota Blitar Jawa Timur, Djarot sudah bekerjasama dengan psikolog, melakukan perombakan susunan pejabat-pejabat daerah dan menginisiasi perubahan perilaku. Lanjutnya, di wilayah pemerintahan yang sekecil itu dia sudah menurunkan dan mengganti lebih dari seratus pejabat korup.
Atas bantuan psikolog dengan proses asesmen dan pengembangan berbasis Psikologi, Djarot dapat melaksanakan perombakan yang berlangsung 'smooth' dan tersistem, hingga tidak perlu menghadapi gejolak yang kurang baik. Ia berharap di provinsi DKI Jakarta pun psikolog-psikolog yang tergabung dalam Himpunan Psikologi Indonesia dapat membantu pemerintah secara kontinu melakukan revolusi mental mencapai perubahan perilaku manusia secara signifikan dan progresif menjadi lebih baik.
Setelah sambutan-sambutan, peluncuran buku "Revolusi Mental: Makna dan Realisasi" dilakukan secara simbolik dengan pelepasan simpul pita emas 2 (dua) buku. Berlanjut dengan penyerahan buku kepada unsur pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang diwakili Asisten Deputi Kebudayaan, Herbin Manihuruk, SE, MKes; dan kepada unsur pemerintah daerah yang diterima oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Drs Djarot Saiful Hidayat, MSi. Masing-masing buku diserahkan oleh Ketua HIMPSI Pusat DR Seger Handoyo, Psikolog,
dan Ketua HIMPSI Jaya, DR JAA Rumeser, MPsi, Psikolog, diiringi penyerahan tanda kenang-kenangan.
Seremonial selesai. Acara berlanjut dengan fokus buku, yang dibagi dalam 2 (dua) sesi, yakni:
Paparan Buku dan Diskusi Buku.
Dalam Paparan Buku bertindak sebagai Moderator DR Nani Nurrachman, Psikolog, menghadirkan dua Narasumber, yakni Prof DR Hana Panggabean, Psikolog, selaku Ketua Tim Editor buku, dan DR Ichsan Malik, sebagai wakil penulis.
DR Nani mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tajam, hingga kedua Narasumber langsung memaparkan secara gamblang latar-belakang dan proses penyusunan buku.
Sebagai Ketua Tim Editor, Prof Hana memaparkan kerangka penyuntingan dengan sangat sistematik, sesistematik proses penyuntingannya sendiri yang dilatari niat sederhana insan Psikologi dalam berkarya untuk bangsa. Tak lupa dia memperkenalkan anggota Tim Editor yang tak dapat hadir di acara ini, yakni Prof A Supratiknya, PhD, Psikolog, dan J Seno Aditya Utama, MSi.
DR Ichsan Malik selaku wakil penulis (dari 33 penulis dalam antologi ini) selain bertutur tentang proses penulisan berangkat dari pemahaman "revolusi mental" sendiri, memaparkan juga pengalamannya ketika rekonsiliasi perdamaian konflik Ambon (Maluku) beberapa tahun silam, dengan penguatan "Bakubae" yang merupakan proses perubahan perilaku mewujud-nyatakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Pada Diskusi Buku, pemandu acara Untung Subroto Dharmawan, MPsi, Psikolog, mengundang DR Andik Matulessy, Psikolog, naik ke podium dan selanjutnya memimpin acara sebagai Moderator Diskusi. Dengan gaya khasnya yang kocak-cerdas, DR Andik mengundang empat Narasumber ke atas podium. Keempat Narasumber yang luar biasa ini semua memiliki daftar riwayat hidup panjang kali lebar kali tinggi, alias sudah malang-melintang di bidang masing-masing. DR Andik sempat berkelakar, "Waktu diskusi kita sudah termasuk pembacaan CV para narsum..."
Kaliber para narasumber memang sudah tak dapat dipungkiri, mereka adalah:
Prof Sarlito W Sarwono, Psikolog, Guru Besar Psikologi yang tak asing lagi, juga termasuk pendiri HIMPSI (dahulu ISPSI),
Dra Okky Asokawati, MSi, Psikolog, anggota DPR RI yang juga psikolog dan anggota HIMPSI,
Drs. Budiarto Shambazy, MA, atau lebih dikenal dengan Budi Shambazy, kolumnis, wartawan senior di Kompas, pengamat politik, pengamat olahraga, dan
Abdul Malik Gismar, PhD, Penasehat Senior Pusat Pengetahuan dan Sumber Daya the Partnership for Governance Reform, Associated Director Paramadina.
Dengan Narasumber "kelas berat" begitu tentu saja diskusi bernas dan agak kurang waktu. Mas Budi Shambazy menganalogikan revolusi mental pada pemerintahan sekarang dengan situasi sehabis perhelatan Pemilu Pertama Indonesia tahun 1955. Bung Karno tidak hanya berkata-kata namun bertindak revolusioner antara lain dengan keluarnya Dekrit Presiden 1959. Prof Sarlito menggaungkan kembali semangat perjuangan dalam merombak (baca: merevolusi) tatanan pemerintahan dengan perubahan perilaku yang nyata. The Professors Band, dimana Prof Sarlito salah satu pembentuknya, telah merekam album lagu-lagu perjuangan yang di-rilis ulang. Mbak Okky mendorong insan Psikologi untuk giat dan langsung berhadapan dengan Parlemen (DPR) melalui Prolegnas agar dapat mengangkat segera UU Psikologi. Mas Malik menggaris-bawahi revolusi yang menyasar pada pemberantasan kemiskinan dan kurangnya pendidikan. Dia menunjukkan bukti angka mahasiswa miskin di Indonesia hanya sekitar 10%, artinya sebagian besar mahasiswa (rakyat yang mengenyam pendidikan tinggi) datang dari masyarakat menengah atas. Kemana orang miskin? Proses pendidikan formal orang miskin Indonesia terhenti di tingkat Sekolah Menengah Pertama. Artinya lagi, program wajib belajar 9 tahun belum berbuah.
Mas Andik telah mengantar diskusi dengan sangat menarik ditingkahi kelakar khasnya, sebagian kami menjuluki doktor Psikologi ini dengan "pakar moderator". :)
Sayangnya, pertanyaan-pertanyaan dari audience yang terlontar dalam sesi diskusi terkesan 'belum nyambung' secara substansi (Pssssttt...ini bisa saja penilaian subjektif saya yang 'nulis lhoo...he he..). Masih tertengarai individual needs para penanya. Tampaknya, dorongan dan semangat berdiskusi masih membutuhkan amunisi hasil revolusi (saya lebih suka menyebutnya: transformasi sikap dan perilaku). Artinya, diskusi itu mestinya sungguh-sungguh menyentuh kebutuhan bersama, dan lebih jauh mencapai satu tahap ke depan hingga dapat menjadi ancang-ancang penerbitan Antologi Buku Psikologi Berkarya Untuk Bangsa Seri-seri berikutnya.
Salam sukses Himpunan Psikologi Indonesia.
Thanks to Mrs Uti Rahardjo and team, the Host Event Organizer.
----------
Ditulis oleh Rinny Soegiyoharto, pada Kamis-Jum'at, 4-5 Juni 2015, di Jakarta.
Penulis adalah Psikolog dan Pengurus di HIMPSI Jaya Bidang Layanan Masyarakat.
^^
Best Regards,
#RinnySoegiyoharto
----------------------
http://RinnySoegiyoharto.com/
@rinnypsy
[NNC®]
----------------------