Saturday, April 18, 2015

#229 - RENJANA

Beberapa waktu lalu, saat menjadi fasilitator untuk program rutin Konrad Adenauer Stiftung dan Kementerian Dalam Negeri pada 'Pelatihan Penguatan Peran, Kapasitas dan Kompetensi Anggota Parlemen Perempuan' yang kali ini bertempat di Novotel Bandung diikuti 30 partisipan dari anggota DPRD Prov dan Kab/Kota Jawa Barat, selama 2 hari penuh (13-14 April 2015), saya mendengar kembali suatu istilah yang jarang dipergunakan oleh kita masyarakat Indonesia.

Dalam paparan dan makalah Prof Johana E Prawitasari, Psikolog, yang bertema 'PENGELOLAAN EMOSI DAN PENGUASAAN DIRI' [Johana E Prawitasari, Pensiunan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta (LPPM, UKRIDA)], saya kutip sebagai berikut:

Emosi dalam Kehidupan
Emosi adalah keadaan rasa yang banyak berpengaruh terhadap perilaku. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri manusia. Emosi biasanya disertai perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Misalnya, ketika beberapa kali saya menelepon teman lama, dia selalu mengakhiri pembicaraan dengan tergesa-gesa. Kalau itu hanya terjadi satu kali, mungkin karena memang ada yang akan dikerjakannya. Akan tetapi bila itu dilakukan sampai tiga kali, dan meskipun saya minta menelepon, dia tidak menelepon kembali, muncullah bermacam-macam pikiran. Muncul pertanyaan "Mengapa dia tidak mau bicara dengan saya?" Kemudian saya jawab, "Apa saya tidak berharga untuk ditemui?" Dari pikiran-pikiran itu timbul rasa ditolak. Ini menyakitkan dan menimbulkan rasa kesal, kecewa, dan marah. Muka saya merah, dada saya berdebar-debar dan terlompat umpatan sebagai reaksi rasa ditolak. Untuk mengakhiri rasa marah ini saya mengingat-ingat dan membayangkan saat-saat manis bersamanya. Saya lalu dapat tersenyum kembali.
Dalam kehidupan sehari-hari dinamika seperti contoh tersebut pasti terjadi terutama dalam hubungan kita dengan orang lain. Inilah yang memberikan warna dalam kehidupan manusia. Anehnya emosi sering dianggap negatif. Sering terdengar kata-kata "Mbok jangan emosi"; "Dia sedang emosi" ketika orang bersuara keras. Terlihat di sini seakan-akan emosi hanya marah saja dan orang takut menghadapi atau mengalaminya. Padahal emosi akan bernilai positif bila orang mau belajar dari pengalaman emosinya. Dia akan lebih mengenal diri dan orang lain. Ini akan memperkaya batin dan hubungannya dengan orang lain. Tanpa adanya emosi kehidupan manusia akan sangat kering dan hambar. Bayangkan kalau banyak orang menjadi robot yang tidak mampu bereaksi terhadap tawa dan tangis orang lain, semua akan terasa dingin, kaku, formal, rasional tanpa sentuhan kehangatan manusiawi.
Keterdekatan antara dua orang atau lebih akan menimbulkan keterdekatan emosi. (Kutipan langsung dari makalah JEPrawitasari, 2015)

Selanjutnya dalam paparannya, Bu Menuk (demikian sapaan akrab beliau) mengatakan kata 'emosi' bukan asli kata dalam Bahasa Indonesia, itu istilah bahasa Inggris yang di-indonesiakan. Sebenarnya, lanjutnya, bahasa Indonesia memiliki kosa kata yang berpadan dengan 'emosi', yakni RENJANA. Hanya saja masyarakat kita jarang menggunakan istilah tersebut, bahkan akhir-akhir ini sudah hampir tak pernah terdengar.

Saya menelusuri Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan secara singkat di sana, sbb:

renjana/ren·ja·na/ n rasa hati yg kuat (rindu, cinta kasih, berahi, dsb) - KBBI

Menurut saya, kata renjana terdengar indah dan puitis. Menggambarkan sesuatu yang lebih dari makna emosi.
Teringat puluhan tahun lalu, Grace Simon (penyanyi lawas) membawakan lagu berjudul 'Renjana' ciptaan Guruh Soekarno Putra. Lagu itu sungguh puitis, dan memang agak sulit dinyanyikan.
Saya lalu mencoba menyanyikannya.... :)

RENJANA
Composer & Arr: Guruh Soekarno Putra
Singer: Grace Simon
Dirilis tahun 1976

Di malam hening
Tertegun kumerenung
Menanti fajar tak kunjung datang
Sukmaku bergetar
Digenggam halimun dingin
Terkungkung langit nan kelam

Pagi pun datang
Meremang cahaya rawan
Seakan enggan menyongsong siang
Hatiku merintih ditindih derita
Beku merana berkawan sunyi

Tetesan embun mengusik mimpi
Kuterjaga kumeronta
Kutinggalkan mimpi hampa
Angin kembara menebar wangi bunga
Menepis mendung mengusap embun
Hasratku menderu
Menuju dataran hijau
Tempat bersemi hayatku

---renjana---

.
http://RinnySoegiyoharto.com/
.

Thursday, April 16, 2015

#228 - Pelangi Alangkah Indah

Adalah minat, ketertarikan, perhatian, mimpi-mimpi, kegiatan, partisipasi, kebersamaan, kenikmatan...
Juga,
Keprihatinan, kepedihan, ketak-mengertian, kelonggaran, ketak-berdayaan, bahkan kebodohan...

Dan semua itu adalah kehidupan, yang penuh warna, yang sebaik-baiknya dijalani dengan tanpa alasan untuk tidak bersukacita.

Rapat-rapat, seminar-seminar, pelatihan-pelatihan, bincang-bincang, reuni-reuni, tawa-tawa, foto-foto...
Meski tidak seluruhnya diunggah, namun sebagian yang mewakili ini adalah pengingat bagiku bahwa kehidupanku penuh warna, bagai pelangi di ufuk cakrawala.
Sekaligus menandai keindahan itu selalu hadir bersama kenikmatan rasa syukur.

Pada setiap tempat, setiap waktu, bertemu dengan orang-orang baik, bersama sahabat-sahabat yang saling peduli, saling mengisi, saling memuji dan saling memberi teguran.
Itulah harta.
Keindahan pelangi yang membingkai semesta penuh warna.

.
best regards
#RinnySoegiyoharto
NamaNuansaCarita [NNC®]
sabtubuka@gmail.com
rinny.soegiyoharto@gmail.com


PEREMPUAN = SRIKANDI ?

Kenapa PEREMPUAN PEJUANG sering disebut SRIKANDI.
APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?
Kutelusuri WIKIPEDIA, kutemukan entri SRIKANDI ini

Srikandi (Sanskerta: Śikhaṇḍī) atau Sikandin adalah salah satu putera Raja Drupada dengan Dewi Gandawati dari Kerajaan Panchala yang muncul dalam kisah wiracarita dari India, yaitu Mahabharata. Ia merupakan penitisan Dewi Amba yang tewas karena panah Bisma. Dalam kitab Mahabharata ia diceritakan lahir sebagai seorang wanita, namun karena sabda dewata, ia diasuh sebagai seorang pria, atau kadangkala berjenis kelamin netral (waria). Dalam versi pewayangan Jawa terjadi hal yang hampir sama, namun dalam pewayangan jawa ia dikisahkan menikahi Arjuna dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah Mahabharata vrsi India.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, Srikandi dieja Śikhaṇḍin, bentuk feminimnya adalah Śikhaṇḍinī. Secara harfiah, kata Śikhandin atau Śikhandini berarti "memiliki rumbai-rumbai" atau "yang memiliki jambul".
Srikandi dalam Mahabharata
Di kehidupan sebelumnya, Srikandi terlahir sebagai wanita bernama Amba, yang ditolak oleh Bisma untuk menikah. Karena merasa terhina dan ingin membalas dendam, Amba berdoa dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Keinginannya terpenuhi sehingga akhirnya Amba bereinkarnasi menjadi Srikandi.
Pada saat lahir, suara dewata menyuruh ayahnya agar mengasuh Srikandi sebagai putera. Maka Srikandi hidup seperti pria, belajar ilmu perang dan kemudian menikah. Pada malam perkawinan, istrinya sendiri menghina dirinya setelah mengetahui hal yang sebenarnya. Setelah memikirkan usaha bunuh diri, ia kabur dari Panchala, namun diselamatkan oleh seorang Yaksa yang kemudian menukar jenis kelaminnya kepada Srikandi. Srikandi pulang sebagai pria dan hidup bahagia bersama istrinya dan memiliki anak pula. Setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kembali kepada Yaksa.
Perang di Kurukshetra
Saat perang di Kurukshetra, Bisma sadar bahwa Srikandi adalah reinkarnasi Amba, dan karena ia tidak ingin menyerang "seorang wanita", ia menjatuhkan senjatanya. Tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, Arjuna bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma dengan tembakan panah penghancur. Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, Arjuna dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir. Akhirnya Srikandi dibunuh oleh Aswatama pada hari ke-18 Bharatayuddha.
Srikandi dalam Pewayangan Jawa
Srikandi dikisahkan lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada dan Dewi Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.
Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya ketika ia berguru pada Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putera.
Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, kesatria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Korawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, puteri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang mati terbunuh oleh Bisma.
Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Hastinapura setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.

JADI, APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?

*********

PEREMPUAN DAN PENDIDIKAN
Rinny Soegiyoharto (catatan tak selesai pada april 2006)

Ragam aktivitas ke-Kartini-an sebagai simbol emansipasi kaum perempuan seperti sebuah rutinitas lebih bergaung pada bulan April mendekati hari keduapuluhsatu. Ditandai aneka lomba dan berbagai atribut keperempuanan yang adakalanya malah tampak sekadar wujud lahiriah dan kasat mata. Sebut saja lomba berkebaya, lomba masak, lomba pasang dasi, lomba merias wajah, dan sebagainya.

*** *** *** *** ***

-DRAFT--Wanita. Meski berpadan dengan perempuan, namun kata dasar “empu” pada perempuan terasa lebih nyaman dan membanggakan, oleh sebab itu saya suka menggunakan kata “perempuan”, termasuk dalam menamai blog saya.-
Perempuan, sadar soal pentingnya pendidikan terhadap anak-anak, karena di "dalam" perempuan terdapat beban psikologis memperjuangkan dirinya sendiri, terus-menerus. Utamanya dalam hal pendidikan (sudah diterobos Kartini). Guru TK-SD bahkan SMP kebanyakan perempuan. Bapak-bapak lebih banyak muncul dan berperan pada tingkat pendidikan lanjutan atas (SMA), dimana pendidikan dasar telah ditanamkan lebih dahulu oleh ibu-ibu guru. Mengapa? Sekali lagi karena perempuan secara lahiriah dan kodrati justru memikul tanggung jawab pendidikan itu sendiri yang dimulai pada dirinya sendiri. Maka, bapak-bapak guru lebih kepada transfer of knowledge, ketimbang hal-hal mendasar yang lebih berhubungan dengan pembangunan karakter, penanaman proses belajar dan pengertian-pengertian dasar untuk dan selama manusia menempuh proses pendidikan.- Pendidikan: mencakup attitude/sikap, yakni kognitif, afektif dan perilaku. Pengembangan kepribadian, pembiasaan good character, kesadaran dan tanggung jawab akan masa depan pribadi/diri sendiri yang mempengaruhi masa depan keluarga dan kontribusinya bagi pembangunan bangsa dan negara, dll.- Bukan diskriminasi yang mengarah pada gerakan feminisme.- Perbedaan sesuatu yang dirayakan bersama sebagai unsur2 yg saling bersinergi mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan bersama: orangtua, pendidik, bangsa dan negara.- Berkaitan erat dengan UU Anti-KDRT. Jika perempuan terus ditindas, bahkan di dalam rumah tangganya sendiri, bagaimana mungkin perempuan dapat bertugas/ berkiprah/ bertindak optimal untuk mendidik anak-anak, baik anak sendiri maupun anak-anak didik apabila ia seorang guru? Kendati lagi, waktu terus merambah, persaingan global semakin cepat dan menantang, anak tidak berhenti tumbuh dan berkembang, suatu waktu akan tiba ketika anak mulai lebih banyak mencurahkan porsi proses pendidikannya pada pemenuhan kognitif, belajar ilmu2 tinggi, yg bisa jadi sebagian besar diberikan oleh laki-laki, bapak2 yg menitikberatkan pada perkembangan kognitif.- Perempuan & laki2 lebih kepada pembagian peran, baik dalam pendidikan di dalam rumah tangga, maupun pendidikan secara luas, formal & informal. Karena baik dari segi struktur fisiologis dan psikologis serta kultural dan sejarah di dalam masyarakat kita, telah membentuk sebuah perbedaan laki2 dan perempuan, yang harus kita rayakan bersama-sama membentuk manusia-manusia berkualitas dlm diri anak2 kita sebagai proses pendidikan menuju masa depan cerah mengikuti kecerahan janji bangsa ini. Amin.-

Pendidikan dimulai dari rumah. Peran ibu sebagai objek kelekatan anak yang pertama terhadap proses pendidikan anak tentulah tidak kecil. Sebagai perempuan, tentunya ibu harus tidak hanya memberikan pelajaran, namun pendidikan kasih sayang, penanaman afeksi, unsur penting bagi rasa nyaman dan aman bagi anak, karena merasa dicintai. Bagaimana mungkin ibu dapat menanam benih cinta pada anak apabila dia sendiri mengalami kekerasan dalam rumah tangga.***