Tuesday, April 10, 2012

#145 - Penguatan Peran Perempuan Dalam Politik & Masyarakat :: Rekomendasi Bali ::

by Rinny Soegiyoharto

Bertujuan untuk:
- meningkatkan kesadaran politik perempuan & mendorong voice, access & control terhadap penyelenggaraan pemilu, representasi di parlemen & dalam penyelenggaraan pemerintah di Indonesia;
- mendorong penguatan strategi kebijakan & rekrutmen partai politik demi terjadinya peningkatan representasi perempuan dalam parlemen & pemerintahan;
- membangun kepekaan elektabilitas perempuan atas hak-hak politiknya agar dapat merespons persoalan-persoalan yang mendiskriminasi perempuan dalam sistem politik nasional, dengan cara melakukan pendidikan politik yang sistematik & berkelanjutan;
- memperkuat aksesibilitas, partisipasi & respons perempuan dalam berhubungan dengan pemilihan umum, parlemen & pemerintahan di Indonesia;
Konrad Adenauer Stiftung, lembaga politik Jerman di Indonesia & Timor Leste (bekerjasama dengan mitra-mitra lokal yang dipilih), melaksanakan rangkaian seminar Penguatan Peran Perempuan Dalam Politik & Masyarakat, di berbagai kota di Indonesia.

Selain berperan sebagai moderator & pengarah diskusi dalam program tersebut, saya diberi kepercayaan oleh Representatif Konrad Adenauer Stiftung (KAS) yang mula-mula mencetuskan gagasan program ini, Dr Winfried Weck, untuk menjadi PIC program yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu proses demokrasi.
Setelah Dr Winfried Weck meninggalkan Indonesia menuju Equador sebagai representatif di negara itu, representatif KAS saat ini yang menggantikan pendahulunya, Dr Jan Woischnik, tetap melanjutkan 'women program' yang dirasakan manfaatnya signifikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Selain menata rangkaian acara, saya & tim 'women program' juga menentukan pembagian sesi, judul-judul materi, narasumber, unsur partisipan, termasuk mitra lokal & kelanjutan program. Rapat-rapat & evaluasi dilakukan untuk terus mengembangkan program perempuan ini.
Sejak 2008 hingga Maret 2012, program ini telah terselenggara di 12 (duabelas) kota di Indonesia. Yakni Banda Aceh, Kupang, Jayapura, Malang, Pangkal Pinang, Kendari, Manokwari, Manado, Ambon, Padang, Balikpapan, & yang terakhir Sanur-Bali.

Seminar yang terkini di Provinsi Bali diselenggarakan pada hari Jum'at tanggal 30 Maret 2012, pukul 09:00 hingga berakhir pukul 17:00, dengan venue Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali.
Antusiasme & kontribusi aktif partisipan terlihat kuat, sama halnya yang terjadi di kota-kota sebelumnya. Format seminar ditekankan pada diskusi, seluruh partisipan (120 perempuan dari berbagai unsur se-provinsi Bali) memiliki hak yang sama dengan para narasumber.

Topik-topik & narasumber kali ini, yakni,
1. Perempuan Dalam Konstelasi Pemerintahan RI, oleh Dr Roosmalawati Rusman (Pasca Sarjana FISIP UI, peneliti di LIPI, kementerian Ristek, DRN).
2. Perempuan Dalam Konstelasi Parlemen Daerah, oleh Dra Utami Dwi Suryadi (anggota DPRD Prov Bali dari Partai Demokrat, sekretaris Komisi IV).
3. Peluang Perempuan Dalam Konstelasi Politik RI, oleh Dra Sri Yanuarti (Center for Political Studies - LIPI, tim Kajian Bidang Keamanan & Politik - Dewan Pertimbangan Presiden, tim Kajian Strategis Kementerian Hankam).
4. Kesadaran Perempuan Akan Potensi & Pengaruhnya Dalam Masyarakat & Perpolitikan, oleh Dewa Ayu Putu Sri Wigunawati, SSos, SH, MSi (Ketua KPPI Prov Bali, Partai GOLKAR).
5. Dampak Psikologis, Kesiapan Mental Perempuan Dalam Berpolitik Praktis & Berkiprah Di Masyarakat, oleh Profesor Johana Endang Prawitasari, Phd, Psikolog (Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, emeritus).

Pada akhirnya, penyelenggaraan seminar di Sanur Bali yang bermitra dengan Koran Tokoh - Bali ini, serta dihadiri oleh 120 perempuan partisipan aktif yang datang dari unsur-unsur: partai politik, anggota DPRD, lembaga pemerintah, polri & TNI, NGO & swasta, akademisi perguruan tinggi, ormas-ormas, melahirkan 14 (empatbelas) poin rekomendasi.
Berikut poin-poin Rekomendasi tersebut:

SEMINAR
PENGUATAN PERAN PEREMPUAN DALAM POLITIK DAN MASYARAKAT
KONRAD-ADENAUER-STIFTUNG & KORAN TOKOH
30 MARET 2012, INNA GRAND BALI BEACH HOTEL

REKOMENDASI

1. Perempuan yang siap terjun ke politik tetap harus tangguh, cerdas, dan terus berjuang, karena kegagalan bukan harga mati. Tidak ada keluhan untuk perempuan yang berpolitik.

2. Melakukan edukasi politik untuk penguatan secara rutin.

3. Partai politik yang baik tidak melihat kandidat dari gender tapi kemampuan dan keberaniannya yang berpihak pada masyarakat. Karena itu, kita bisa melihat mana partai yang mengakomodir hal ini.

4. Partai politik harus mampu menghapuskan diskriminasi. Parpol harus menyadari dan menggandeng perempuan turut dalam proses mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memberi porsi yang tepat bagi perempuan, tidak sekadar formalitas, tetapi mengakui potensi perempuan, serta membuang paradigma lama yang cenderung berpihak pada laki-laki.

5. Hasil seminar ini segera disosialisasikan kepada pihak yang lebih luas agar dapat diakses oleh perempuan di grass root.

6. Segera didata perempuan yang ikut pemilu 2014 dan diorganisir untuk berkiprah nyata di kancah pemilu nanti.

7. Sistem pemilu diubah sehingga perempuan bisa 30% duduk di legislatif, dimulai dengan duduk di struktural partai, penomoran pencalegan dengan nomor urut, dan nomor satu harus perempuan.

8. KPPI Bali mulai merating dan menyeleksi perempuan dari seluruh partai untuk maju dalam pencalegan 2014, jangan asal comot.

9. Sistem pemilu gunakan proporsional tertutup dengan metode zipper.

10. UU dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan peran perempuan dalam politik maupun masyarakat tidak mendiskriminasi perempuan.

11. Ada sanksi yang jelas bagi parpol yang melanggar aturan.

12. Adanya pembekalan/pendidikan politik/pengkaderan di tingkat parpol untuk perempuan sehingga parpol sudah punya calon perempuan yang terdidik sebelum pemilu.

13. KPPI Bali diharapkan memiliki strategi yang bisa menempatkan kuota 30% perempuan dalam kepengurusan parpol.

14. Adanya tindak lanjut dari seminar ini.

Catatan akhir::
Tim 'women program' Konrad Adenauer Stiftung memiliki satu bentuk program yang lain, yang diberi judul: Lokakarya Peningkatan Komunikasi Politik Perempuan. Bentuk program ini telah diselenggarakan di 4 (empat) kota yang sebelumnya telah dilaksanakan program seminar, yakni: Banda Aceh, Malang, Manokwari & Kendari. Program ini merupakan 'penajaman' dari seminar, karena hanya dipilih 18-20 partisipan yang siap terjun dalam politik praktis & mengabdi pada kepentingan masyarakat.
Kami membangun modul yang komunikatif, dengan fasilitator yang tepat & interaktif, berpijak pada 3 (tiga) pilar, yakni: Asih, Asah, Asuh.

Hidup Perempuan Indonesia!

Rinny Soegiyoharto, April 2012
@RinnyLaPrincesa

Monday, April 9, 2012

#144 - Dampak Psikologis, Kesiapan Mental Perempuan Dalam Berpolitik Praktis & Berkiprah Di Masyarakat

Judul tulisan ini adalah paparan materi Prof Johana Endang Prawitasari, Phd, Psikolog, dalam "Seminar Penguatan Peran Perempuan Dalam Politik & Masyarakat", program berkelanjutan yang dimiliki & dikemas oleh Konrad Adenauer Stiftung.
Kali ini program seminar ke-12 (setelah 11 kota sebelumnya) berlangsung di Ruang Rama Sita, Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali, pada Jum'at, 30 Maret 2012 lalu. Konrad Adenauer Stiftung bekerjasama dengan Koran Tokoh Bali, dalam seminar kali ini menghadirkan 5 (lima) narasumber, dalam 2 (dua) sesi.

Sesi pertama diisi 3 (tiga) narasumber, yakni:
Dr Roosmalawati Rusman (Pasca Sarjana FISIP UI, peneliti di LIPI, kementerian Ristek, DRN),
Dra Utami Dwi Suryadi (anggota DPRD Prov Bali dari Partai Demokrat, sekretaris Komisi IV),
Dra Sri Yanuarti (Center for Political Studies - LIPI, tim Kajian Bidang Keamanan & Politik - Dewan Pertimbangan Presiden, tim Kajian Strategis Kementerian Hankam).

Sesi kedua distimulasi 2 (dua) narasumber, yakni:
Dewa Ayu Putu Sri Wigunawati, SSos, SH, MSi (Ketua KPPI Prov Bali)
Prof Johana Endang Prawitasari, Phd, Psikolog (Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, emeritus)

Dalam seluruh rangkaian seminar yang dihadiri 120 lebih perempuan dari berbagai unsur se-provinsi Bali, saya (Rinny Soegiyoharto, Psikolog) bertindak sebagai moderator & pengarah diskusi. Forum melahirkan 14 (empatbelas) poin rekomendasi yang cukup padat. Poin-poin tersebut, beserta rangkaian materi & diskusi, dimuat oleh koran Tokoh (Ratna Hidayati) dalam 2 (dua) edisi terbitan.

Saya akan mengirimkan poin-poin tersebut ke halaman-halaman Perempuan di jejaring sosial.

*dalam foto (ki-ka): DAP Sri Wigunawati, Rinny Soegiyoharto, Johana Endang Prawitasari.

Tulisan ini bersifat deskripsi singkat.

Friday, April 6, 2012

#143 - Hey Yesus..! (Jum'at Agung, Dan Seterusnya..)

By RinnySoegiyoharto

Hey Yesus..
Andai saja.. TIDAK ADA:
Peristiwa kematianMU (Jum'at Agung),
KebangkitanMU (Paska),
KenaikanMU ke Surga (Kenaikan),
Keturunan Roh Kudus (Pentakosta),
Dan..
Tinggal tetapMU dalam diriku,
penyertaanMU dalam penyataan karya Roh Kudus,
Mungkin sekali..
Aku tidak akan pernah mempercayaiMU..

Apa boleh buat..
Karena begitu besar kasih Allah Bapa terhadapku & umat manusia,
Melalui karya kasih penyelamatan di dalamMU,
Mengangkat aku yang tak berdaya ini,
Yang berlumur kedagingan & keduniawian semu,
Mematriku terpukau & terpaku hanya kepada wajahMU..

Apa boleh buat..
Seruan "telah selesai" di akhir hidup anak manusia,
Sebagai tanda segalaku lunas KAU bayar,
Lalu apakah jawabku?
Masakan dosaku KAU tebus,
sedangkan aku hanya mencandai hidup?

Hey Yesus..
Bahkan seluruh yang ada padaku,
Tak mungkin cukup membayar kasihMU YANG MAHA DAHSYAT itu,
Sedangkan yang ada padaku pun bukan milikku juga..

*tersungkur..tertunduk..terpaku..*

Sudah kusaksikan dengan seluruh inderaku,
Mudahnya yang ada hilang,
Semudah yang tak ada datang tiba-tiba..

Hey Yesus..
Apalagi kata-kata pujangga yang bisa kucuri untukMU?
Selain senantiasa mengulang bait sederhana,
yang bahkan terkadang malu kusebutkan ini..
(Layakkan jiwaku memujiMU..)
"Aku mengasihiMU.."

#peringatan Jum'at Agung 2012, jatuh pada tanggal enam bulan keempat tahun ini, ditulis_olehrinny_untukblogrinny_dan_untuksiapasaja_

Monday, April 2, 2012

#142 - Back To Campus

By RinnySoegiyoharto @RinnyLaPrincesa

Serasa baru kemarin,
Kendati seperempat abad lewat sudah,
Ketika langkah pertamaku,
Dengan jejak yang tak yakin,
Ada rasa takut, ada gentar,
Di geletar otot-otot tungkai,
Meski baur bersama buncah bangga,
Sebagai satu dari tak banyak,
Yang terpilih dari berjuta,
Murid tertinggi yang mereguk subsidi,
(memang demikian seyogyanya 'public school' bagi anak-anak negeri, bukan? Subsidi negara bagi percepatan kualitas pendidikan.)
Kumasuki gerbang kampus ini...

Duapuluhlima tahun sebelum ini,
Ya! Aku & 122 lainnya,
merajut benang-benang ilmu,
Dari guru-guru yang tak lelah,
Kendati masa itu pe-en-es
tak populer sebagai ladang garapan...

Sssstttt... Hanya satu-dua yang tahu,
Sekolah adalah phobiaku,
lembaga pendidikan adalah
makanan lengket sangat tak sedap...
Tertatih kubertahan, berjuang,
Bergantung harap pada sosok sosok,
master-master pahlawan tanpa tanda jasa..
Hingga formula pas penawar phobia berangsur tersenyawa..
Horrreee aku wis-udah...

Dan...
23-24 Maret, setelah duapuluh lima tahun sejak satu langkah awal itu,
Terlupa semua rasa yang sempat hadir
pada masa-masa kegentaran kegetiran,
Yang tersisa hanya haru, gembira, bahagia, tawa lepas, bangga,
dorongan membangun
semoga aku bisa turut menguatkan dinding-dinding lunak,
mengokohkan jalinan kasih alumni,
mengokohkan pijakan-pijakan...
Tuhan bersama kita!

*refleksi selepas MUNAS KAPSIGAMA & Seminar Nasional. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada - Yogyakarta, 23-24 Maret 2012. (Foto-foto sedang proses editing - menyusul)*

Posts Archive


PEREMPUAN = SRIKANDI ?

Kenapa PEREMPUAN PEJUANG sering disebut SRIKANDI.
APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?
Kutelusuri WIKIPEDIA, kutemukan entri SRIKANDI ini

Srikandi (Sanskerta: Śikhaṇḍī) atau Sikandin adalah salah satu putera Raja Drupada dengan Dewi Gandawati dari Kerajaan Panchala yang muncul dalam kisah wiracarita dari India, yaitu Mahabharata. Ia merupakan penitisan Dewi Amba yang tewas karena panah Bisma. Dalam kitab Mahabharata ia diceritakan lahir sebagai seorang wanita, namun karena sabda dewata, ia diasuh sebagai seorang pria, atau kadangkala berjenis kelamin netral (waria). Dalam versi pewayangan Jawa terjadi hal yang hampir sama, namun dalam pewayangan jawa ia dikisahkan menikahi Arjuna dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah Mahabharata vrsi India.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, Srikandi dieja Śikhaṇḍin, bentuk feminimnya adalah Śikhaṇḍinī. Secara harfiah, kata Śikhandin atau Śikhandini berarti "memiliki rumbai-rumbai" atau "yang memiliki jambul".
Srikandi dalam Mahabharata
Di kehidupan sebelumnya, Srikandi terlahir sebagai wanita bernama Amba, yang ditolak oleh Bisma untuk menikah. Karena merasa terhina dan ingin membalas dendam, Amba berdoa dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Keinginannya terpenuhi sehingga akhirnya Amba bereinkarnasi menjadi Srikandi.
Pada saat lahir, suara dewata menyuruh ayahnya agar mengasuh Srikandi sebagai putera. Maka Srikandi hidup seperti pria, belajar ilmu perang dan kemudian menikah. Pada malam perkawinan, istrinya sendiri menghina dirinya setelah mengetahui hal yang sebenarnya. Setelah memikirkan usaha bunuh diri, ia kabur dari Panchala, namun diselamatkan oleh seorang Yaksa yang kemudian menukar jenis kelaminnya kepada Srikandi. Srikandi pulang sebagai pria dan hidup bahagia bersama istrinya dan memiliki anak pula. Setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kembali kepada Yaksa.
Perang di Kurukshetra
Saat perang di Kurukshetra, Bisma sadar bahwa Srikandi adalah reinkarnasi Amba, dan karena ia tidak ingin menyerang "seorang wanita", ia menjatuhkan senjatanya. Tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, Arjuna bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma dengan tembakan panah penghancur. Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, Arjuna dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir. Akhirnya Srikandi dibunuh oleh Aswatama pada hari ke-18 Bharatayuddha.
Srikandi dalam Pewayangan Jawa
Srikandi dikisahkan lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada dan Dewi Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.
Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya ketika ia berguru pada Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putera.
Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, kesatria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Korawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, puteri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang mati terbunuh oleh Bisma.
Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Hastinapura setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.

JADI, APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?

*********

PEREMPUAN DAN PENDIDIKAN
Rinny Soegiyoharto (catatan tak selesai pada april 2006)

Ragam aktivitas ke-Kartini-an sebagai simbol emansipasi kaum perempuan seperti sebuah rutinitas lebih bergaung pada bulan April mendekati hari keduapuluhsatu. Ditandai aneka lomba dan berbagai atribut keperempuanan yang adakalanya malah tampak sekadar wujud lahiriah dan kasat mata. Sebut saja lomba berkebaya, lomba masak, lomba pasang dasi, lomba merias wajah, dan sebagainya.

*** *** *** *** ***

-DRAFT--Wanita. Meski berpadan dengan perempuan, namun kata dasar “empu” pada perempuan terasa lebih nyaman dan membanggakan, oleh sebab itu saya suka menggunakan kata “perempuan”, termasuk dalam menamai blog saya.-
Perempuan, sadar soal pentingnya pendidikan terhadap anak-anak, karena di "dalam" perempuan terdapat beban psikologis memperjuangkan dirinya sendiri, terus-menerus. Utamanya dalam hal pendidikan (sudah diterobos Kartini). Guru TK-SD bahkan SMP kebanyakan perempuan. Bapak-bapak lebih banyak muncul dan berperan pada tingkat pendidikan lanjutan atas (SMA), dimana pendidikan dasar telah ditanamkan lebih dahulu oleh ibu-ibu guru. Mengapa? Sekali lagi karena perempuan secara lahiriah dan kodrati justru memikul tanggung jawab pendidikan itu sendiri yang dimulai pada dirinya sendiri. Maka, bapak-bapak guru lebih kepada transfer of knowledge, ketimbang hal-hal mendasar yang lebih berhubungan dengan pembangunan karakter, penanaman proses belajar dan pengertian-pengertian dasar untuk dan selama manusia menempuh proses pendidikan.- Pendidikan: mencakup attitude/sikap, yakni kognitif, afektif dan perilaku. Pengembangan kepribadian, pembiasaan good character, kesadaran dan tanggung jawab akan masa depan pribadi/diri sendiri yang mempengaruhi masa depan keluarga dan kontribusinya bagi pembangunan bangsa dan negara, dll.- Bukan diskriminasi yang mengarah pada gerakan feminisme.- Perbedaan sesuatu yang dirayakan bersama sebagai unsur2 yg saling bersinergi mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan bersama: orangtua, pendidik, bangsa dan negara.- Berkaitan erat dengan UU Anti-KDRT. Jika perempuan terus ditindas, bahkan di dalam rumah tangganya sendiri, bagaimana mungkin perempuan dapat bertugas/ berkiprah/ bertindak optimal untuk mendidik anak-anak, baik anak sendiri maupun anak-anak didik apabila ia seorang guru? Kendati lagi, waktu terus merambah, persaingan global semakin cepat dan menantang, anak tidak berhenti tumbuh dan berkembang, suatu waktu akan tiba ketika anak mulai lebih banyak mencurahkan porsi proses pendidikannya pada pemenuhan kognitif, belajar ilmu2 tinggi, yg bisa jadi sebagian besar diberikan oleh laki-laki, bapak2 yg menitikberatkan pada perkembangan kognitif.- Perempuan & laki2 lebih kepada pembagian peran, baik dalam pendidikan di dalam rumah tangga, maupun pendidikan secara luas, formal & informal. Karena baik dari segi struktur fisiologis dan psikologis serta kultural dan sejarah di dalam masyarakat kita, telah membentuk sebuah perbedaan laki2 dan perempuan, yang harus kita rayakan bersama-sama membentuk manusia-manusia berkualitas dlm diri anak2 kita sebagai proses pendidikan menuju masa depan cerah mengikuti kecerahan janji bangsa ini. Amin.-

Pendidikan dimulai dari rumah. Peran ibu sebagai objek kelekatan anak yang pertama terhadap proses pendidikan anak tentulah tidak kecil. Sebagai perempuan, tentunya ibu harus tidak hanya memberikan pelajaran, namun pendidikan kasih sayang, penanaman afeksi, unsur penting bagi rasa nyaman dan aman bagi anak, karena merasa dicintai. Bagaimana mungkin ibu dapat menanam benih cinta pada anak apabila dia sendiri mengalami kekerasan dalam rumah tangga.***