*** *** ***
PASSION AND LOVE
Saya sedang terhenyak saat menyadari cukup lama tidak melakukan "pencarian dan pemantapan ke dalam". Beberapa tahun silam, utamanya sebelum saya memutuskan tidak bekerja penuh waktu dan tidak terikat dengan perusahaan apapun sebagai karyawan, waktu-waktu saya cukup tersedia untuk melakukan "pendalaman" tersebut.
Jika dalam bahasa agama mungkin orang menyebutnya berdoa, istilah lainnya saya sebut sebagai meditasi. Bukan melakukan ritual tertentu yang memposisikan diri saya sedemikian rupa seolah-olah terpekur dan merenung-renung. Justru yang saya maksud di sini yakni mengaktifkan seluruh level kesadaran saya hingga dapat "melihat jernih".
Obyek bisa apa saja. Namun yang saya ingat ketika itu saya menelusuri dalam-dalam soal "panggilan diri" atau passion saya. Berbagai pertanyaan menjadi stimulus untuk "masuk ke dalam diri". Misalnya, apakah saya sungguh-sungguh mencintai yang saya lakukan saat itu? Apakah pekerjaan itu telah menjawab kebutuhan saya yang paling dalam? Ataukah saya hanya sekadar bekerja?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut pun merujuk pada kebutuhan saya yang lain, yakni mendampingi kekasih-kekasih jiwa saya dengan sepenuh perhatian. Hal itu saya yakini jauh memberikan kebermaknaan bagi jiwa saya dan menjawab passion saya.
Hingga pada akhirnya yang saya temukan adalah kebutuhan besar akan keleluasaan, baik waktu, pengembangan kreativitas diri, makin sering tersedia di tengah-tengah kehidupan kekasih-kekasih saya, memberi makna bagi kehidupan yang lebih luas, dan sebagainya.
Saat ini, saat saya terhenyak dan teringat kembali, betapa passion di kedalaman jiwa saya meluapkan perasaan cinta yang luar biasa. Juga betapa pembuatan keputusan menjadi mudah dan mengalir lancar. Saya mulai menelusuri lagi. Setelah waktu-waktu berlalu, adakah perubahan-perubahan situasi dapat terlampaui semudah awal bermulanya?
Saya makin terhenyak saat saya menemukan, bahwa melakukan "pemantapan di dalam" bukan sebuah kesalahan. Bahkan wajib dilakukan. Bukan pula hanya oleh saya seorang, maka sebab itu saya harus membagikan temuan ini. Meskipun tidak lagi terlalu baru buat orang-orang yang sudah biasa melakukannya, namun sangat penting untuk orang-orang yang belum menyadarinya.
Banyak bisa dilihat, orang-orang yang katanya mantap berkarier di "ladang" politik, semisal menjadi anggota parlemen, hingga bertarung luar biasa (bahkan sampai habis-habisan) agar dapat menduduki salah satu kursi itu. Tampak-tampaknya bukan passion yang jadi pendorong. Bagaimana mungkin dapat mewakili aspirasi orang banyak (baca: masyarakat) apabila kiprah mereka lebih terlihat sebagai mendapatkan pekerjaan dan bekerja di sana?
Udara juang dengan jargon-jargon yang bergetar, stop sampai memiliki job dan penghasilan, posisi aman dan kursi nyaman. Kebutuhan orang banyak yang diwakili dan telah mendukung dengan penuh harap akan masa depan bangsa lebih sejahtera, terlepaskan dari prioritas. Produk-produk regulasi yang seharusnya sungguh-sungguh diproduksi dengan perasaan cinta, malah konon menjadi komoditi hangat yang diperjual-belikan.
Kenapa?
Karena semata-mata "desire" yang mengantarkannya, dan bukan "needs" yang dipenuhi kehangatan cinta atas passion.
Mungkin (semoga saja) hanya karena lupa melakukan "pencarian dan pemantapan ke dalam" untuk mencapai "kedalaman diri" tiada henti. Maafkan saya, terimakasih. Because I love you. -rs-
___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment