*by RinnyS*
*** *** ***
Kelahiran sebuah puisi dari tangan hati seseorang bukan pujangga, cenderung mengundang hasrat khalayak di sekitarnya untuk tak tahan mengumpan celetuk.
"Ciiieeeee.... puitis niyeeee..."
"Lagi kasmaran ya...?"
"Duh, melankolis amaaaatttt,"
"Heehh!! Kesambet apaan luuu???"
Begitu.
Hasil 'ngintip di ruangnya Mbak Wiki, yang ternyata hasil translasi agak miring-miring (terpaksa saya edit demi keperluan saya :-) ): Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah tulisan bernilai seni, dengan penggunaan bahasa yang sarat estetik, selain makna semantiknya.
Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai pewujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis(nya) untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis(nya) selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.
Kata-kata kunci yang saya cuplik-sari yakni: "PEWUJUDAN IMAJINASI MANUSIA, SUMBER SEGALA KREATIVITAS" dan "CARA(PENULISNYA)MENUNJUKKAN PEMIKIRAN" dan (lagi) "TAK MEMBATASI, MESKI PENUH KEANEHAN". Ssssttt, yang terakhir itu sedikit saya modifikasi, tentu. :-)
Jadi sesungguhnya, tidak juga keliru hasrat-hasrat khalayak menggelegak tak tahan untuk melempar komen manakala seseorang yang tak pernah dikenal sebagai pujangga, melahirkan puisi pada suatu waktu.
Tapi.... seaneh apapun puisi itu, selalu tetap puisi, selalu tetap tak terbatas bagi setiap siapa saja berkreasi mewujudkan keindahan seni dari hati murninya.
Ini puisi yang saya tulis:
"Nyanyian Malam Lagu Alam"
Senja hari ini,kemarin, tahun lalu,
Bahkan sejak puluhan tahun lampau,
Terjahit tegas di mahkota hati,
di dasar memori di alam theta,
Hampir selalu sama,
Gumpalan asap dari lobang di tanah,
Aroma harum lembar-lembar jatuh,
Coklat, coklat, kering, rapuh, harum,
Sisa kilau lembayung di ujung lembar
yang masih bergayut berayun lembut,
Sisa-sisa aroma turut menari
bersama lagu alam jelang gelap turun,
Nyanyian syahdu, merdu, gempita,
namun tetap senyap bagi yang tak tersentuh,
Dulu, ibuku bilang: masuklah
enggan tak enggan langkahku terseret,
Aroma nyanyian malam ibuku pada hatinya,
ternyata senyata seirama lagu alam itu,
Kuperdayai otakku kali ini,
dan kali lain sebelum ini,
juga kali esok sesudah ini,
bersama malam kubernyanyi lagu alam,
keindahannya hanya kumaknai bersama senyumku.
(Mengertikah kamu???)
Udddaaahhh, ngga usah dipikirin amat kaleee... :-)
___________
RS @ OwnBlog http://perempuan-berbisik.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment