KIsah & ROMantika (KIROM) -alih-alih CERBUNG (cerita bersambung)-.
Penulis: LaPrincesa
Elegi#1: Pernyataan
Peranti yang orang-orang bilang pintar ini, tidak cukup pintar ketika aku mulai bosan menjelajah aplikasi terpilih.
Puluhan lagu dan musik berbagai genre yang telah terunduh, seolah-olah bergaung sendirian dari gramapon tua. Mulai terdengar usang dan sumbang. Lagu-lagu, irama musik, lirik, bahkan melodinya, hanya menghadirkan nuansa sendu yang tak lagi mampu membuai sukma.
Penat. Tinggal olahan media sosial yang masih cukup cerdas membantu koneksiku dengan beberapa jaringan. Sengaja kujaga. Meski sebagian besar bahkan hanya pekerjaan rutin.
Ketika mataku tertumbuk profil sesosok kenalan lama yang tak terlalu jelas. Sepintas ingatan-ingatan kabur mengawang, dengan sedikit usaha kucoba memutar ulang film lama dari penggalan hidupku. Samar-samar. Lalu kuabaikan, dan dengan keengganan beralih pada rutinitas. Fokus dan konsentrasi. Waktuku pun bergulir.
Saat tak terduga, peranti pintar menampilkan pesan singkat dari seseorang. Pesan biasa. Kujawab dengan cara yang biasa juga.
Hingga...
Pesan demi pesan yang tak lagi singkat, masuk dan terkirim.
Hal-hal umum, kisah lalu, kisah pedih, kisah kocak, canda-canda, juga ekspresi-ekspresi yang diwakili emotikon pun bergulir.
Kali ini sangat lancar, dan terus-menerus.
Peranti pintarku tergenggam tiada lepas. Kerinduan berlontar kisah mulai terbangun. Kecuali satu hal yang tak pernah disinggung. Saat-saat awal penuh emosi, keasyikan, kedekatan, keterikatan yang mulai menguat, tak mampu berbuat apa-apa pada kalbu kami; aku dan dia. Tiada satu pun pada dua hati yang bergegas memerintah jari untuk menyampaikan suatu informasi. Keterikatan itu terbangun, sekaligus membangun kekhawatiran akan kehilangannya.
Tidak hanya pesan tulisan. Obrolan verbal yang bersahut, masih tetap menjaga suasana.
Sampai...
Suatu saat ia menulis,
"Sudah punya pacar?"
Kujawab,
"Belum."
Ia melanjutkan, dan seterusnya,
"Kenapa? Masih teringat yang dulu?"
"Tidak juga. Belum saja."
---banyak obrolan setelahnya---
Lalu...
Seolah-olah aku mendengar suaranya yang lirih, sarat emosi, kendati yang kutatap pada layar peranti adalah kata-kata ketikannya,
"Maukah kamu jadi kekasihku?"
Aku menghela nafas berat. Sungguh berat. Karena emosi dan pikiran berkecamuk dalam monolog demi monolog.
Agak lama, waktu berlalu seiring detak jam dinding berdentang nyaring, meski tak ada satu pun jam tergantung pada sisi-sisi dinding ruangan itu.
Lampu kecil berkedip mengiringi panggilan. Layar itu bertambah baris,
"PING!"
Ah! Ia tak sabar menanti bungkamku.
Tapi hatiku pun tak sabar memerintahkan huruf-huruf tertulis di baris terbawah. Hanya tiga huruf,
"Iya."
End of Elegi#1
For next Elegi#2: Pengakuan
sincerelly yours,
rinny soegiyoharto
Powered by Telkomsel BlackBerry®