Tuesday, August 25, 2009

Perempuan Berbisik 46: SIAPA [YANG] MALING

SIAPA MALING

Siapa yang maling, malingnya siapa, maling apa, mana malingnya, apa itu maling?
"Jangan pura-pura, deh, kamu maling, maling-sial!"

Gue inget nih ye, waktu itu gue masih kecil, kali SD gitu, kelas 1 deh, kecil bener kan? Masih tahun sembilan-belasan dan tujuh-puluh lebih dikit gitu deh...
Di kota kecil, kabupaten gitu, di Sulawesi Tengah deh...

Waktu itu, di tempat itu, kali jauh bener dari ibukota ya, jadi baru masuk tuh barang lucu buat anak sekolahan. Barangnya tuh "setip" alias karet penghapus, yang warnanya dominan putih, tapi di atasnya ada setrip hijo (hijau), yang kalo dipake nyetip tuh yang hijo bisa lebih bersihin bekas warna pinsil di kertas, daripada yang putih. Padahal yang putihnya besaaaaarrr, yang hijo cuma keciiiilll banget. Tapi, yang putih punya kelebihan dan bikin kita nih, yang punya setip merasa banggaaaa banget deh. Karena di atas satu permukaan bagian putih itu ada inisial nama kita. Misalnya punya gue waktu itu ada huruf "R" besar warna merah dan ada bunga kecil di tengah-tengah lobangnya si-R itu.

Singkat ceritanya nih, setip baru itu gue bawa dong ke sekolah, dimasukin kotak pinsil yang ada magnetnya buat nutup. Waktu bel masuk berbunyi, gue dan temen-2 sekelas udah pada duduk di bangku masing-2 yang berdua-berdua gitu duduknya, kan bangknya gandeng dengan mejanya dan untuk berdua memang. Mejanya miring dari depan menurun ke arah kita. Trusss di bagian depan meja ada bidang yang rata dan ada lubang buat naruh pinsil atau botol tinta gitu kali deh. Nah... gue langsung dong ngeluarin kotak pinsil plastik yang ada magnetnya itu, gue keluarin dari sana deh "setip" baru gue, lalu ditaruh di bidang rata meja.

Pancingan gue kena! Teman sebangku gue (duh namanya ngga bakal inget deh biar kata udah memeras bawah sadar sampai pingsan, udah deh...) langsung bereaksi.
"Ah... setip baru ya? Beli dimana? Bagus, ada R nya ya..."
Mata dia dan mata gue tentu aja dong sama-sama berbinar; yang satu bangga dan pamer abis, yang satunya mupeng alias muka kepengin banget punya setip kayak gitu.
Hati gue jatuh kesian deh sama temen sebangku gue itu. Jadi waktu dia minjem setip baru gue, langsung gue kasih dengan sukacita tanpa mikir macem-2.

Baru gue nyadar sesampenya gue di rumah, ternyata setip baru gue ngga ada di kotak pinsil plastik bermagnet. Aduuuuuhhhh maaaaaakkkk... Gue langsung lemes deh. Waktu adik gue sedang menggambar dan memakai setip dia yang ada huruf "D" namanya, gue iri dan gemes, karena ngga bisa ngeluarin punya gue sendiri. Ah, paling-2 ketinggalan di meja kelas, besok pasti udah ada lagi, gitu cara gue menghibur diri.

Berhari-hari setip gue hilang, akhirnya gue ngga mikirin lagi. Sampai suatu hari, teman sebangku gue ngeluarin setip dari kotak pinsilnya, setip berinisial "R". Wwwaaaaa.... hati gue menjerit, tapi gue ngga berani nanya dia. Jelas banget setip itu bukan setip baru, udah dipake, udah banyak wilayah-wilayah yang gundul gitu.
Eeeehhh malah temen gue itu yang pamer,"eh setip gue baru ni... mau pinjam? boleh kok,"
Duuuuhhhh panas dingin hati gue. Tiba-tiba gue malah nanya,"baru ya? beli dimana? kok udah dipake sih?"
Dengan ringannya dia menjawab,"iya, ini punya gue, beli di toko tomini dong, kan lagi musim setip kayak gini, tapi emang belinya sih udah kayak gini,"

Hhhaaaahhhhh???? Gue harus bilang apa? Jelas banget nama dia tuh bukan "R", nama dia "G" (sebut aja gitu ya, karena gue lupa, tapi yang pasti bukan R). Untuk ini dia punya alasan lho, katanya,"ini gue beli yang R karena mama gue kan namanya R,"
Mallliiiiiinnnngggg.... (ini cuma teriakan dalam hati lho...). Gue yakin banget setip itu punya gue yang hilang beberapa minggu lalu, yakiiiiinnn banget. Gue masih inget ada bunga di tengah lubang R yang gue iseng kasih daun kecil pake spidol hijo bokap gue di rumah sebelum gue bawa ke sekolah tuh setip.

Maling! Kamu maling deh... Tapi gimana gue bisa ambil lagi ya? Apa gue ambil aja diem-2 di kotak pinsil dia? Aaaahhh jadinya entar gue yang dituduh maling... Uuuuhhh. Atau, gue bilang aja sama dia bahwa setip gue hilang, dan setip dia kan "R" maka lebih baik dikasih gue aja biar cocok sama orangnya. Tapi aaaahhhh masa gue ngemis gitu sih??? Pussssiiinnng deh gue...

Suatu hari nyokap beliin lagi setip yang sama buat gue, dengan huruf "R" juga, tanpa bertanya-tanya nasib setip lama gue yang tiba-2 udah ngga keliatan lagi itu. Trus nyokap gue bilang,"kasih nama setipnya, sekarang banyak yang sama..."
Hehehehe... bijak ya nyokap gue. Maka dengan segala daya imajinasi dan kreativitas gue waktu itu, gue ukir seluruh sisi setip yang berjumlah 6 itu dengan nama gue, pake tinta warna-warni, padahal luas permukaannya ngga sama kan, jadi ukirannya pun beda-2, hehehe... Biarin deh. Malah perasaan gue tambah cakep tuh setip.

Di Sekolah, temen gue keliatan ngiri, hahahaha... Trus dia bilang,"bagus ya, ada nama kamu, jelas banget, banyak lagi..."
Dengan senyum-2 gue bilang,"daripada nanti ilang trus kamu ngakuin punya kamu kan gue bisa sakit ati teruzzzz..."

Tapi... ASLI! Gue masih kesaaalll banget sama maling itu. Udah maling, ngga ngaku, malah ngarang cerita lagi kalo huruf "R" nama mamanya... Huuuhhh! MALING DASAR MALING!!!
Tapi... thanks deh ya maling, gara-2 kamu maka gue jadi lebih ati-2 jagain barang gue niii... hehehehe....

salam [RS - di sini ingin ucap - *hai maling, harap hati-2, budaya kami jauh lebih cerdas dari anda!*]

No comments:

Posts Archive


PEREMPUAN = SRIKANDI ?

Kenapa PEREMPUAN PEJUANG sering disebut SRIKANDI.
APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?
Kutelusuri WIKIPEDIA, kutemukan entri SRIKANDI ini

Srikandi (Sanskerta: Śikhaṇḍī) atau Sikandin adalah salah satu putera Raja Drupada dengan Dewi Gandawati dari Kerajaan Panchala yang muncul dalam kisah wiracarita dari India, yaitu Mahabharata. Ia merupakan penitisan Dewi Amba yang tewas karena panah Bisma. Dalam kitab Mahabharata ia diceritakan lahir sebagai seorang wanita, namun karena sabda dewata, ia diasuh sebagai seorang pria, atau kadangkala berjenis kelamin netral (waria). Dalam versi pewayangan Jawa terjadi hal yang hampir sama, namun dalam pewayangan jawa ia dikisahkan menikahi Arjuna dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah Mahabharata vrsi India.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, Srikandi dieja Śikhaṇḍin, bentuk feminimnya adalah Śikhaṇḍinī. Secara harfiah, kata Śikhandin atau Śikhandini berarti "memiliki rumbai-rumbai" atau "yang memiliki jambul".
Srikandi dalam Mahabharata
Di kehidupan sebelumnya, Srikandi terlahir sebagai wanita bernama Amba, yang ditolak oleh Bisma untuk menikah. Karena merasa terhina dan ingin membalas dendam, Amba berdoa dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Keinginannya terpenuhi sehingga akhirnya Amba bereinkarnasi menjadi Srikandi.
Pada saat lahir, suara dewata menyuruh ayahnya agar mengasuh Srikandi sebagai putera. Maka Srikandi hidup seperti pria, belajar ilmu perang dan kemudian menikah. Pada malam perkawinan, istrinya sendiri menghina dirinya setelah mengetahui hal yang sebenarnya. Setelah memikirkan usaha bunuh diri, ia kabur dari Panchala, namun diselamatkan oleh seorang Yaksa yang kemudian menukar jenis kelaminnya kepada Srikandi. Srikandi pulang sebagai pria dan hidup bahagia bersama istrinya dan memiliki anak pula. Setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kembali kepada Yaksa.
Perang di Kurukshetra
Saat perang di Kurukshetra, Bisma sadar bahwa Srikandi adalah reinkarnasi Amba, dan karena ia tidak ingin menyerang "seorang wanita", ia menjatuhkan senjatanya. Tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, Arjuna bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma dengan tembakan panah penghancur. Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, Arjuna dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir. Akhirnya Srikandi dibunuh oleh Aswatama pada hari ke-18 Bharatayuddha.
Srikandi dalam Pewayangan Jawa
Srikandi dikisahkan lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada dan Dewi Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.
Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya ketika ia berguru pada Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putera.
Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, kesatria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Korawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, puteri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang mati terbunuh oleh Bisma.
Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Hastinapura setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.

JADI, APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?

*********

PEREMPUAN DAN PENDIDIKAN
Rinny Soegiyoharto (catatan tak selesai pada april 2006)

Ragam aktivitas ke-Kartini-an sebagai simbol emansipasi kaum perempuan seperti sebuah rutinitas lebih bergaung pada bulan April mendekati hari keduapuluhsatu. Ditandai aneka lomba dan berbagai atribut keperempuanan yang adakalanya malah tampak sekadar wujud lahiriah dan kasat mata. Sebut saja lomba berkebaya, lomba masak, lomba pasang dasi, lomba merias wajah, dan sebagainya.

*** *** *** *** ***

-DRAFT--Wanita. Meski berpadan dengan perempuan, namun kata dasar “empu” pada perempuan terasa lebih nyaman dan membanggakan, oleh sebab itu saya suka menggunakan kata “perempuan”, termasuk dalam menamai blog saya.-
Perempuan, sadar soal pentingnya pendidikan terhadap anak-anak, karena di "dalam" perempuan terdapat beban psikologis memperjuangkan dirinya sendiri, terus-menerus. Utamanya dalam hal pendidikan (sudah diterobos Kartini). Guru TK-SD bahkan SMP kebanyakan perempuan. Bapak-bapak lebih banyak muncul dan berperan pada tingkat pendidikan lanjutan atas (SMA), dimana pendidikan dasar telah ditanamkan lebih dahulu oleh ibu-ibu guru. Mengapa? Sekali lagi karena perempuan secara lahiriah dan kodrati justru memikul tanggung jawab pendidikan itu sendiri yang dimulai pada dirinya sendiri. Maka, bapak-bapak guru lebih kepada transfer of knowledge, ketimbang hal-hal mendasar yang lebih berhubungan dengan pembangunan karakter, penanaman proses belajar dan pengertian-pengertian dasar untuk dan selama manusia menempuh proses pendidikan.- Pendidikan: mencakup attitude/sikap, yakni kognitif, afektif dan perilaku. Pengembangan kepribadian, pembiasaan good character, kesadaran dan tanggung jawab akan masa depan pribadi/diri sendiri yang mempengaruhi masa depan keluarga dan kontribusinya bagi pembangunan bangsa dan negara, dll.- Bukan diskriminasi yang mengarah pada gerakan feminisme.- Perbedaan sesuatu yang dirayakan bersama sebagai unsur2 yg saling bersinergi mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan bersama: orangtua, pendidik, bangsa dan negara.- Berkaitan erat dengan UU Anti-KDRT. Jika perempuan terus ditindas, bahkan di dalam rumah tangganya sendiri, bagaimana mungkin perempuan dapat bertugas/ berkiprah/ bertindak optimal untuk mendidik anak-anak, baik anak sendiri maupun anak-anak didik apabila ia seorang guru? Kendati lagi, waktu terus merambah, persaingan global semakin cepat dan menantang, anak tidak berhenti tumbuh dan berkembang, suatu waktu akan tiba ketika anak mulai lebih banyak mencurahkan porsi proses pendidikannya pada pemenuhan kognitif, belajar ilmu2 tinggi, yg bisa jadi sebagian besar diberikan oleh laki-laki, bapak2 yg menitikberatkan pada perkembangan kognitif.- Perempuan & laki2 lebih kepada pembagian peran, baik dalam pendidikan di dalam rumah tangga, maupun pendidikan secara luas, formal & informal. Karena baik dari segi struktur fisiologis dan psikologis serta kultural dan sejarah di dalam masyarakat kita, telah membentuk sebuah perbedaan laki2 dan perempuan, yang harus kita rayakan bersama-sama membentuk manusia-manusia berkualitas dlm diri anak2 kita sebagai proses pendidikan menuju masa depan cerah mengikuti kecerahan janji bangsa ini. Amin.-

Pendidikan dimulai dari rumah. Peran ibu sebagai objek kelekatan anak yang pertama terhadap proses pendidikan anak tentulah tidak kecil. Sebagai perempuan, tentunya ibu harus tidak hanya memberikan pelajaran, namun pendidikan kasih sayang, penanaman afeksi, unsur penting bagi rasa nyaman dan aman bagi anak, karena merasa dicintai. Bagaimana mungkin ibu dapat menanam benih cinta pada anak apabila dia sendiri mengalami kekerasan dalam rumah tangga.***