¤¤¤ ¤¤¤ ¤¤¤ ¤¤¤ ¤¤¤
Jum'at 15 Juli 2011.
19:00
Dia memanggil-manggilku. Saat kudekati, matanya bersinar cerah, wajahnya tersenyum lega. Ya ampuuuunnn, dia masih bergayut di tiang itu...dengan kalungnya yang gemerincing.
"Aku sudah lama di sini," seolah-olah dia membisikkan kata-kata itu. Sambil tetap menatapku dengan sinar matanya yang indah. Dia ganteng betul.
Saat gemerincing kalungnya berayun bebas, yakni ketika bandul di tiang kulepaskan, dia tertawa bahagia. Diciumnya kakiku dan merapatkan tubuhnya yang hangat di betisku. Betapa manja dia.
Aku tertawa. Ah! Kusangka dia akan ke 'toilet'nya di sudut taman. Ternyata dia hanya berlari-lari kecil mengelilingiku. Kibasan keemasan di ujung tubuhnya memberi isyarat bahwa dia sangat bahagia.
Aku meninggalkannya bermain sendiri. Ada yang harus kuselesaikan di ruanganku.
23:30
Suaranya lirih. Aku menghampirinya, mengajaknya bicara.
"Ada apa, Bon? Kamu sudah selesai makan?"
Dia hanya menatapku tajam, sambil tetap tersenyum.
Kali ini dia tidak mendekatiku seperti biasa. Seolah-olah menjaga tetap berjarak satu meter antara dia dan aku. Dia duduk, tersenyum, terus menatapku. Penuh pengertian dan kasih sayang tersirat dalam tatapannya. Juga kesetiaan yang luar biasa. Kesetiaannya terbukti selama empat tahun ini. Menemani hari-hari kami, menjaga kami setiap waktu. Betapa aku menyayangimu, Bona.
Satu hal, dia tampak sehat dan bugar saat itu. Seperti biasanya. Hanya saja dia tidak merapat ke betis dan kakiku, hingga aku tidak merasakan kehangatan tubuhnya menempel padaku.
Sabtu, 16 Juli 2011.
07:20
Dia ada di tempatnya berjaga-jaga. Berbaring siaga di atas alas paving, menikmati berkas sinar matahari. Dia sangat menyukai bermandikan hangat mentari pagi sambil tetap berjaga-jaga di sisi gerbang. Adakalanya bermain-main dengan Caprut, kucing belang putih-hitam, sahabat karibnya di rumah ini.
Tapi.....
Ada yang berbeda pagi ini....
Dia tidak menyahut ketika namanya disapa. Dia diam saja dalam posisinya menjaga gerbang. Padahal dia sangat suka disapa. Ketika namanya disebut, kepalanya pasti terangkat, dan senyum gantengnya mengambang di wajahnya.
Banyak sekali kata yang dipahaminya dengan cerdas.
"Sini", "duduk", "naik", "lompat", "lari", "berdiri", "tangkap", "tunggu", "makan", "minum", "susu", "coklat", "roti", "caprut", "masuk", dan masih banyaaaaakkkk lagi....
Bonaaaaaa...
Ketika didekati, dia sudah kaku, meski tubuhnya masih hangat.
Bona mati!
Sahabatku mati!
Golden ganteng dan cerdas bernama Bona itu, mati!
Airmataku tak terbendung. Sahabatku sudah pergi. Saat ajal menjemputnya, lagi-lagi dia tetap setia menjaga kami. Bahkan di akhir hidupnya, kesetiaannya yang luar biasa tetap nyata diperlihatkan dengan kasih sayang terhadap kami.
Aku sangat kehilangan, aku menangisi kematiannya. Betapa singkat waktumu bersama kami, Bona.
Kau bukan sekadar hewan peliharaan, kau adalah anggota keluarga kami. Kita semua saling menyayangi. Sikap dan perilakumu yang baik juga dirasakan oleh tetangga dan setiap tamu yang datang ke sini.
Aku masih sedih.
Tapi dia memang harus pergi, daripada tersiksa dengan rasa yang tak mampu dia ungkapkan.
Penyebab kematian: serangan jantung.
Maafkan aku, Bona. Coklat memang tidak baik untuk jantungmu. Tapi karena kulihat kau sangat menyukainya, aku suka membagikan potongan-potongan coklatku buatmu.
Selamat jalan sahabat setia...
»
best regards,
Rinny Soegiyoharto
http://suara-hati-rinny.blogspot.com/
«
No comments:
Post a Comment