namun tak teridentifikasi.
Ia menciptakan banyak gelombang,
lalu dibiarkan berarak tak tentu.
Misteri adalah teka-teki, yang
boleh diselami digerigiti dicari,
sampai ke ujung-ujung selasar,
tapi seringkali menawan masygul menyisakan gusar.
Suatu ketika, ada cahaya terang menyilaukan mataku,
dengan tubuh mungil terseok kuberanjak mengikutinya
setelah sempat membalas manis senyum sosok dalam cahaya itu.
Jasad terbujur berbalut setelan putih kaus kaki putih kaus tangan putih
yang bersidekap di atas dipan kayu di tengah-tengah ruangan penuh orang dewasa itu
ternyata tidak mampu tersenyum seperti tadi.
...Misteri...
Pada sekian masa kemudian,
saat kukira aku tak terlelap, kudengar suara-suara memanggilku,
ada yang coba menahan dan menarik-narik tanganku.
Aku terus melangkah dengan mata terbuka,
menerabas melalui ruang demi ruang,
melewati sumur pompa yang berderik saat gagangnya disentuh angin.
Aku mendapati pintu gudang terbuka,
menatap lurus ke atas atap yang tak berbatas dengan udara langit,
dan di sana bertengger sosok lelaki berjubah abu-abu,
ia jongkok sambil tertawa mengejekku,
tawanya membahana nyaring seperti tawa perempuan tua yang gemetar.
Aku menghardik mengusirnya.
Kulemparkan bintang kecil di genggamanku ke arahnya.
Sejenak ia melengking menangis ketakutan,
lalu berlari melompat ke ranting jamblang di balik tembok gudang.
Ia berteriak menyebutku ratu. (Apakah maksudnya? Hingga kini ku tak pernah tahu).
Lalu kulihat ibu-bapakku mendapatiku.
Seseorang memberiku minum.
Ibu-bapakku menuntunku ke kamar, melewati ruang demi ruang.
...Misteri...
Juga misteri, ketika rasa tak terkatakan, bercampur baur segala rupa warna dan bentuk,
Ketika aku meraba-raba dalam gelap, belajar dari rasa yang hanya bisa dijamah oleh ujung saraf.
Rasa yang tak dihantar kemana pun, hanya berputar memenuhi wadah tak berbentuk,
ia yang tak ingin didefinisikan, hanya bersedia diikuti lalu dilepaskan...
Juga misteri, ketika taufan dan badai mengamuk di samudra lepas,
dan aku berayun-ayun di dalam bahtera mungil tanpa pendayung tanpa sauh tanpa jangkar tanpa kemudi,
Kemanakah Nakhodaku pergi?
Aku diajari memercayainya tanpa syarat,
aku diyakinkan senantiasa berserah sepanjang hidup,
aku dipateri menyerahkan nyawaku tiap saat,
Walau,
Ngeri aku pada tiang-tiang kapal, bahkan di pelabuhan kutepiskan pandangku dari mereka,
...Misteri...
Tak 'kan kuselesaikan rangkaian kata-kata ini,
Lebih baik kubiarkan menjadi misteri,
Sampai waktuku tiba...
#RSSH
#MKJ_Jan2015_Rinny
_________________
#RinnySoegiyoharto
_________________
No comments:
Post a Comment