Sejak bergeser dari kota dramatik, Jogjakarta, ke ibukota negeri hiruk-pikuk, Jakarta sekitar pertengahan '90-an, saya absen menjelajahi Kaliurang meskipun sering mengunjungi Jogja. Ada kerinduan namun tidak didukung kesempatan.
Padahal saat masih mukim di kota budaya tersebut selama sekitar sepuluh tahunan lebih (sejak usia kinyis-kinyis lepas SMP) seringkali terlibat acara-acara yang diselenggarakan di Kaliurang. Mulai dari sekadar menikmati dinginnya malam bersama sahabat-sahabat, sampai acara-acara besar seperti perpisahan sekolah, ulangtahun organisasi, retreat persekutuan, lintas alam, dan sebagainya.
Kaliurang, dataran tinggi di kaki Merapi yang ada di Provinsi DIY. Tempat itu sejak dulu menjadi salah satu objek wisata Jogjakarta. Tidak hanya vila-vila peristirahatan yang ditawarkan di kawasan dingin sejuk tersebut, juga terdapat hutan lindung, area bermain, kios-kios makanan khas yang tertata rapi di sekitar Telaga Puteri, pemandangan alam yang indah dan keanggunan Merapi. Sayang sekali beberapa area wisata sempat musnah diterpa lahar vulkanik saat erupsi Merapi tahun 2010. Ada yang sudah diperbaiki dan dapat berfungsi kembali, namun banyak juga yang terlantar dibiarkan dalam kondisi rusak, termasuk beberapa vila besar. Orang bilang saat ini banyak tempat di Kaliurang yang jadi lokasi "uji-nyali". Heheheeh..
Ketika diundang mengikuti rapat kerja pengurus pusat (Raker PP) Ikatan Psikologi Klinis - Himpunan Psikologi Indonesia (IPK-HIMPSI) yang diselenggarakan di Kaliurang Jogjakarta pada 12-14 Juni 2015 lalu, serta-merta saya membayangkan situasi Kaliurang duapuluh tahun lampau. Aaahhh...rasa rindu terobati nih...
Sebelum berangkat saya persiapkan beberapa pakaian penghangat supaya tidak kedinginan nanti. Sampai kemudian diinformasikan oleh sahabat-sahabat saya bahwa Kaliurang dulu dan sekarang sudah jauh berbeda. Sekarang Kaliurang cenderung panas dan udaranya tidak sebersih dulu lagi. Karena sudah banyak pembangunan perumahan, pertokoan dan industri-industri di sana. Oleh sebab itu saya disarankan tidak perlu membawa pakaian-pakaian tebal, dari pada 'saltum' alias salah kostum.
(Woookkeelllaahhh kalo begitchuu..).
Benar!
Kaliurang sungguh berbeda saat ini. Jauh dari bayangan saya tentang Kaliurang pada masa duapuluhan tahun silam. Tapi harusnya memang berubah ya, bukankah waktu adalah komponen sakti yang lihai mengubah segalanya?
Namun sayang sungguh sayang, perubahan yang terjadi tidak bersifat progresif.
Benar adanya, banyak bangunan vila rusak dan dibiarkan 'menghutan' oleh pemiliknya, termasuk vila besar di depan vila tempat Raker IPK diselenggarakan. Mata batin saya menangkap fenomena khusus di situ (tidak perlu saya ceritakan di sini secara detail), yang menarik saya untuk datang mendekat dan merasakan berbagai getaran energi. Kalau saja ada jalan masuk untuk menerobos ke dalam saya mungkin sudah memasuki bangunan itu.
Benar, udara Kaliurang di waktu siang terlihat 'berminyak' dan tidak 'berair' seperti dulu. Selain juga saat ini terasa sepi dan senyap, aktivitas-aktivitas manusia di sana kurang besar untuk menggetarkan hawa hangat bersahabat. Saking sepinya, saya jarang berjumpa dengan orang lain selain kelompok kami. Suatu ketika ada suara sayup-sayup sekelompok orang menyanyikan puji-pujian, namun saya tidak melihat pelakunya.
Tunggu. Jangan pikir saya tidak suka suasana itu. Tentu saja saya tetap menikmati segala rasa magis, sensasi kesenyapan yang meramaikan mata batin, dan suasana persahabatan yang kuat diantara kami.
Saya tidak akan menuliskan jalannya raker, karena sudah pasti berlangsung lancar, smart, hangat, guyub, profesional dan dengan hasil yang optimal untuk diimplementasikan selama masa kepengurusan 5 tahun ke depan (2015-2020).
Hal menyenangkan lainnya, tetap bisa sarapan jadah tempe khas Kaliurang yang sangat nikmat. Makanan-makanan yang disajikan di vila juga enak-enak, bahkan super enak, hingga beberapa orang mengeluhkan pakaiannya yang agak menyempit saat pertemuan usai. Haha...efek kuliner selalu begitu 'kan.. Saya sendiri pun sudah mencapai angka kenaikan 12 kilogram berat badan (!#%!!) gara-gara kuliner sepanjang tahun di berbagai daerah NKRI tercinta.
Ada satu hal yang salah. Ternyata suhu udara Kaliurang pada malam hari teteeeppp bbbbrrrrrrhhrr..duingiiinn puuoolll... Maka saya pun tetap saja 'saltum', untungnya masih ada selembar jaket bertuliskan 'Psikologi' pemberian kakak tersayang Mbak Dani dan selendang Turki yang halus hangat pemberian sahabat psikologi tersayang juga, jeng Inne sang puteri Solo nan lembut, serta kaus kaki pendek namun hangat yang dibekali Nana tersayang. Dan daripada kedinginan malam-malam mendingan memamah-biak terus, ada pisang dan kacang rebus, tempe bacem, jagung, wedang jahe, dan lain-lain.
Itu semua dulu saja. Saya memang ingin cerita tentang Kaliurang nan magis. Saya ingin kembali ke sana, sekalian berbelok juga ke Kinahrejo. Sampai jumpa ya..
Selamat bertugas, mengabdi, berbakti dan melayani, untuk kami semua Pengurus Pusat Ikatan Psikologi Klinis - Himpunan Psikologi Indonesia, untuk periode 2015-2020. Kompak dan guyub selalu. Semoga makin banyak masyarakat Indonesia yang terlayani dan merasakan manfaat kehadiran psikolog dalam pelayanan kesehatan psikologis masyarakat.
Tuhan beserta kita.
^^
----------------------
http://RinnySoegiyoharto.com/
@rinnypsy
[NNC®]
----------------------
No comments:
Post a Comment