-----------------------
Posting untuk topik ini dan kali ini saya awali kutipan release di akhir posting part#2, perempuan yang (senantiasa) berwarna dan mewarnai kehidupan di dunia yang -telah saya katakan sebelumnya- adalah dunia laki-laki. Hal ini saya tekankan demi sebuah prinsip yang tak dapat kita tinggalkan begitu saja, yakni individual differences. Bagaimana pun, setiap perempuan memiliki keunikan masing-masing yang menjadi kekayaan pribadinya. Kendati kluster kepribadian perempuan sendiri pun sudah unik, setidaknya dalam persepsi gender sebelah, kerap digeneralisasi dengan suatu pernyataan takjub, gusar, kebingungan dan tertantang, "Betapa sulit memahami (hati) perempuan. Seperti apa sesungguhnya, apa maunya?"
Apakah perempuan dan kepribadiannya itu sederhana, ataukah kompleks? Menurut saya, kedua-duanya.
Pakar Psikologi Sosial, Baron dan rekannya Byrne, merangkum definisi praktis Psikologi Kepribadian (Personality Psychology) yakni berfokus pada bagaimana setiap orang menata diri dan perilakunya di dalam berbagai situasi (sosial) yang dihadapi. Mereka menjelaskan pula, secara umum pengaturan atau penataan kepribadian 'menengahi' antara berbagai rangsangan dalam situasi-situasi yang dihadapi, dengan perilaku yang ditampilkan terhadap situasi-situasi tersebut. Sedangkan kepribadian itu sendiri pada masing-masing orang dipengaruhi oleh individual differences (perbedaan individu) dalam hal emosi, sikap, kognisi (pikiran), harapan, fantasi dan aktivasi psikologis. Nah... kan, sederhana klausalnya, tapi kompleks kontennya.
Benar, kutipan bebas di atas tetaplah teori, dan berlaku umum, tidak spesifik mengenai perempuan. Namun marilah kita ambil unsur-unsur kepribadian berbasis individual differences yang telah para pakar itu suguhkan. Emosi, sikap, pikiran, harapan, fantasi dan aktivasi psikologis, tentu saja melahirkan berbagai varian, baik terkait identitas jender (gender identity) maupun ragam keberadaan manusia. Perempuan, dalam kluster kepribadiannya yang memuat unsur-unsur tersebut, jelas sudah merefleksikan bayang-bayang yang unik.
Pertama, terlahir dengan vagina dan rahim (tanpa anomali), serta merta membedakan perlakuan terhadapnya. Menyandang nama tertentu untuk memberikan kepastian identitas kelaminnya. Kedua, mengalami menstruasi, serta merta diikuti perputaran jadwal yang (hampir) teratur, meski yang sederhana seperti persediaan pembalut setiap bulan. Hal ini sesungguhnya tidak sesederhana sebagaimana aktivitas membeli barang kebutuhan. Pada usia belia, yakni masa remaja saat menstruasi merupakan pengalaman menakjubkan yang menghadirkan berbagai perasaan baru, termasuk perasaan malu ketika hendak menyampaikan kepada pemilik toko untuk membeli pembalut, kendati membeli bukan meminta. Jangan dikira setiap remaja perempuan di masa menstruasi awal sanggup melakukannya sendirian. Sedikit atau banyak (tergantung lagi pada individual differences pembentuk varian kepribadian unik dari uniknya kepribadian perempuan) rasa tidak nyaman, mengaliri emosi perempuan.

Ketiga, menyadari ketertarikannya pada lawan jenis, kebutuhannya akan sesuatu yang sulit didefinisikan. Sederhananya kebutuhan itu adalah gairah (from attraction to love, ini jalan panjang yang juga membedakan setiap perempuan), namun kompleksnya saat kebingungan menentukan perilaku seperti apa yang perlu, harus dan 'boleh' ditunjukkan, belum lagi pertimbangan-pertimbangan yang dibatasi oleh kemampuan berpikir dan pengalaman hidup mengenai benar-salahnya gairah itu ada di dalam dirinya.
Keempat, pengalaman seksual pertama, baik dengan atau tanpa intercourse (persetubuhan yang sesungguhnya), yang menghadirkan berbagai emosi, antara perasaan bersalah, nikmat, terkejut, penasaran, senang, kecewa, bahagia, sedih, bangga, malu, dan seterusnya. Kelima, pemahaman orgasme dan kepuasan seksual dalam hubungan suami-istri, yang kisah sesungguhnya jarang dibagi-bagikan antar perempuan kecuali untuk berkelakar atau konsultasi (menurut hasil investigasi saya lho...).
Keenam, mengandung dan melahirkan (termasuk tidak mengandung dan tidak melahirkan), yang diisi morning sick, cemas, marah, rindu, senang, takut, baby blue, dan sebagainya. Sedangkan yang tidak/belum mengandung dan melahirkan, tentu saja menerima stimulus lingkungan yang berbeda-beda, mulai dari rasa iba orang, pertanyaan-pertanyaan yang mengundang rasa sensitif yang lebih kuat, sampai pada cemoohan, baik terang-terangan maupun terpoles kata-kata manis.
Ketujuh, memiliki anak dan menjadi ibu, diikuti tugas-tugas pengasuhan, pengasihan dan pengasahan. Tanyakan pada seorang ibu, apakah yang paling dilindunginya (mengandung makna dicintai, disayangi, dimiliki, diayomi, dibela, disanjung, bahkan disakiti untuk tujuan dan alasan cinta) dalam kehidupan ini? Jawabannya tidak jauh dari anak, atau anak-anak, atau nama anak, akan disebutnya.
Kedelapan, kesembilan, kesepuluh, dan seterusnya, berbagai isu lingkungan, sosial, pergaulan, pendidikan, politik, dunia, bidang peminatan, budaya, agama, kebebasan, keterikatan... Ternyata breakdown unsur-unsur kepribadian yang disarikan para pakar tadi sungguh luas dan dalam. Wilayah kehidupan perempuan di dalam dunia laki-laki pun tak lepas dari nyala kecil yang tak pernah padam di dalam lapisan terdalam kesadaran perempuan bahwa ia butuh cinta. Cinta yang termanifestasi dalam kehidupannya dan menjalari seluruh kepribadiannya, menyentuh fisik, mental, pikiran dan spiritual. (to be continued)
RS @ own blog http://perempuan-bernama-rinny.blogspot.com/
_____________________________________________________
Note: kisah ini semata-mata pandangan pribadi yang diselipi kutipan-kutipan teori dan liputan, dilengkapi investigasi pribadi (pula) dan pendapat subyektif saya.
_____________________________________________________
No comments:
Post a Comment