Kali ini aku benar-benar 'curhat'. Selain menegaskan bahwa aku (masih) hidup, menulis juga adalah 'alat terapi' untukku. Ketika tekanan-tekanan hidup mendera, setidaknya dengan menulis aku dapat menuangkan sebagian yang terasa menyesakkan. Sejak dulu aku katarsis melalui kata-kata tertulis. Meskipun (seringkali) implisit.
Benar, aku psikolog, yang kerap terasa berat bagiku menyandangnya. Bukan hanya citra yang melekat sebagai beban profesi, tetapi juga harapan-harapan yang diletakkan pada penyandangnya.
Menulis seperti kali ini bukan juga hal ringan, karena aku harus mempersiapkan mental menerima pertanyaan-pertanyaan, komentar, cibiran, keraguan, dan sebagainya. Baik yang diungkapkan langsung maupun yang hanya tertangkap melalui ekspresi, emoticon, 'nggremengan', cemo'ohan di belakang, bahkan (boleh jadi) juga fitnah.
Tapi aku sudah siap. Apapun persepsi dan tudingan terhadapku, aku terima dengan berbagai rasa, sembari terus berlatih makin meluaskan hati.
Tanpa bermaksud membela diri, namun analogi ini relevan kuajukan untuk melengkapi coretanku. Yakni, apakah dokter dan ahli medis tidak pernah sakit? Bukankah mereka juga manusia, hingga logis dan sangat wajar apabila mereka sakit serta butuh penyembuhan.
Ekual dan tidak berlebihan jika aku berkata, "psikolog juga manusia biasa, punya masalah psikologis, yang membutuhkan proses terapi bagi pemulihannya."
Aku tidak berharap banyak pada pemahaman orang lain terhadapku. Sebagaimana yang selama bertahun-tahun ini kuhadapi, setiap orang ingin ditolong, setiap orang merasa istimewa untuk dimengerti. Mungkin aku pun begitu, meski aku merepres segalanya demi proses pemulihan bagi diriku sendiri.
Aku sering menyesal ketika pengendalian diriku lepas pada saat-saat tertentu. Inilah yang menjadi salah satu sumber pencetus; aku terlalu keras pada diri sendiri untuk selalu bertahan dalam kondisi 'baik-baik saja', padahal tidak. Posisi seperti ini menjadi makin berat ketika penyesalan-penyesalan tersebut bertubi-tubi, sementara tekanan-tekanan juga tidak berhenti.
Lantas, apakah dengan munculnya 'insight' seperti itu maka aku segera melaksanakan tahap-tahap 'self-recovery'? No! Karena tidak mudah ketika aku harus melakukannya seorang diri. Dengan penuh kesadaran, permasalahan psikologis tidak muncul hanya oleh satu faktor tunggal. Demikian juga tidak muncul hanya dari diriku sendiri. Aku (dan kita semua) selalu berinteraksi dengan lingkungan, dengan orang-orang yang mengelilingi hidupku (kita).
Jarak antar orang dalam interaksi antarpribadi bukan hanya dibatasi ruang dan waktu. Artinya, kita tidak hanya memiliki ikatan emosional dengan orang-orang yang dapat kita jumpai secara fisik sesering mungkin. Kita juga berhubungan dengan orang-orang yang beratus-ratus bahkan ribuan kilometer jaraknya dari kita, bukan? Tetapi mereka memberikan pengaruh besar bagi fluktuasi emosi dan suasana batin kita. Bahkan kita juga tetap memiliki tali batin yang mempengaruhi emosi kita, dengan orang-orang yang sudah tiada.
Kembali lagi, tentang 'curhat'ku kali ini, ternyata masih saja lebih bersifat implisit daripada terbuka. Aku tentu tahu maknanya, yakni berkaitan dengan kepribadianku (bisa juga dimanfaatkan oleh kamu yang membutuhkan informasi ini). Kepribadian yang aku maksud yakni tipe tertutup (introver) yang terkamuflase oleh perilaku terbuka, diindikasikan dengan keramahan, mudah berkomunikasi, mudah berkenalan, dapat bergurau dan tertawa-tawa, bahkan dapat menyampaikan kata-kata yang 'agak keras' kepada orang lain. Sekali lagi itu kamuflase. Karena ketertutupan akan masalah-masalah yang sesungguhnya dirasakan hanya boleh diketahui persis oleh diri sendiri dan 'orang kepercayaan', jauh lebih dominan.
Jadi, betapa menulis sungguh-sungguh alat terapi bagiku (dan yang sepertiku). Meski ketertutupan pada akar masalah tetap lebih dominan, namun kata-kata yang mengalir dalam tulisan adalah katarsis yang mampu memulihkan.
Bagi yang sempat membaca dan punya waktu, silakan menganalisis isi 'curhat'an ini. Aku yakin jika kamu cermat dan sabar, kamu dapat mengenalku dengan sangat baik. Mungkin saja kamu dapat menjadi konselor pribadiku. *ngarep.deh* :-)
Demikianlah. Aku menulis maka aku ada. Sudah selesai sampai di sini dulu. Masih akan ada episode 'curhat' berikutnya. Semoga.
18 September 2012 ~ Happy Birthday to my beloved Papi. You are so great! Thank you for all, Great Man.
•••
®egards,
Rinny Soegiyoharto
«
«
No comments:
Post a Comment