Friday, April 24, 2009

Perempuan Berbisik 32: Telanjang (Naked)



Pada suatu hari, seorang perempuan yang tatapannya lebih sering menembus ke ruangan tak berhingga daripada 'berada' di sini dan kini, memutuskan untuk bicara.

"Saya tidak tahan terhadap godaan ini. Saya ingin telanjang," bisiknya lirih.
"Telanjang?" tanya saya, "telanjang seperti apa?"

Mula-mula ia tampak kebingungan memilih kata untuk menjelaskan maknanya. Sekelompok kata-kata bantuan pada akhirnya dapat mengaktifkan kalimat demi kalimat yang mengalir kemudian. Kata-kata bantuan itu hanyalah "lepaskan seluruh pakaian" tanpa awalan (me-, di-, ter-) pada kata kerjanya. Ini berarti, saya tidak mengarahkan pada sosok pelaku.

Perempuan ini adalah pelakunya. Ia ingin menelanjangi dirinya, melepaskan sendiri seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya, hingga tak tertinggal jenis tekstil apapun di sana. Benar-benar telanjang, 'naked' bahasa Jawanya. Saya tidak bertanya sebabnya, juga tidak menilai apapun terhadap tindakan khayalan itu. Saya bertanya sambil lalu saja (seolah-olah), "apa yang terjadi kemudian?"

Dalam keadaan telanjang ia ingin berdiri di depan cermin besar yang dapat memantulkan seluruh bayangan tubuhnya.
"Adakah cermin itu? Dimana?" tanya saya. Ia menggeleng. (Oooohhh, beli dong, canda saya dalam hati saja).
Dengan menatap tubuh sendiri dari pantulan cermin, ia merasakan gairah yang luar biasa, tanpa menyentuh segala sesuatunya. Gairah tersebut (sayang sekali) tidak berkaitan dengan hasrat seksual dan pernik-perniknya. Ia merasa seolah-olah berubah seperti orok dengan kelopak mata yang belum bisa terkuak.

***maaf, terpaksa disensor, cukup sampai di sini saja***

Apa pikir anda, tentang seseorang yang ingin telanjang? Apa perasaan anda membayangkan cerita tentang telanjang?

Suatu waktu saya pernah mendengarkan percakapan tentang seseorang yang risau pada mimpinya semalam. Dalam mimpi itu ia tampil telanjang di depan banyak orang, yang dikenalnya dan tidak dikenal. Lalu seseorang yang lain menjelaskan antusias, mimpi telanjang artinya: anda akan mengalami suatu peristiwa yang sangat memalukan. Bisa jadi dalam peristiwa itu anda dicemooh, atau pendapat anda diejek dan diserang oleh berbagai pihak, atau salah satu keluarga terdekat yang anda cintai melakukan perbuatan tercela yang sangat mempermalukan keluarga.

Tafsir mimpi itu masih terus berlanjut. Bahkan ada juga pendapat mengatakan bahwa mimpi telanjang bermakna positif, artinya anda akan memulai hidup baru yang lebih baik dan bermasa depan cerah. Telanjang berarti kembali kepada ihwal kodrati kelahiran manusia, keluar dari rahim ibu tanpa membawa kebendaan, bahkan suci dari dosa. Jika anda bermimpi telanjang, anda akan menjadi manusia baru yang terlepas dari kesulitan hidup masa sebelumnya.

Meski lingkup olahan Psikologi telah mengalami perkembangan yang pesat, ditandai berjamurnya ilmu-ilmu terapan, terapi-terapi modern, sempalan-sempalan pada setiap ranah atau konsentrasi studi (Psikologi Perkembangan, Klinis, Pendidikan, Industri, Sosial, dsb), praktik-praktik yang dilakukan oleh pelaku berlatar-belakang disiplin ilmu lain yang kian dahsyat membanjir, bahkan lahirnya mahzab baru. Akan tetapi saya masih menjunjung hormat kepada sang Tuan Psikoanalisa mula-mula, Sigmund Freud.

Bapak satu itu, pada masanya dahulu juga melakukan analisis mimpi klien/pasiennya. Mimpi membawa isi pikiran bawah sadar seseorang yang dapat dianalisis untuk memahami apa yang menjadi akar masalah kehidupan sehingga ia menjadi pasien. Demikian kira-kira singkat maknawinya. Jika ingin tahu lebih banyak lagi kita bisa membedah literatur Psikoanalisa tradisional, baik dari Freud sendiri, Jung dan yang lainnya.

Hubungannya dengan telanjang? Ingin telanjang, mimpi telanjang, atau telanjang beneran, tentu saja berbeda-beda substansinya. Panjang kali lebar kali tinggi untuk dibahas satu per satu. Bukankah lebih enak jika kita sadari saja, selama masih berwujud manusia, tak kan lepas raga dan jiwa ini menghadapi berbagai kemungkinan koslet pada lapisan tertentu. Daripada menyesali pergumulan, masalah, keruwetan, bahkan kejanggalan yang kita rasakan, lebih baik diterima saja dengan ikhlas dan berserah. Minta tolong pada orang lain sebagai hakikat manusia adalah makhluk sosial. Peace... Telanjang boleh banget kok... tapi.... ;-)

RS @ own Blog
______________

No comments:

Posts Archive


PEREMPUAN = SRIKANDI ?

Kenapa PEREMPUAN PEJUANG sering disebut SRIKANDI.
APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?
Kutelusuri WIKIPEDIA, kutemukan entri SRIKANDI ini

Srikandi (Sanskerta: Śikhaṇḍī) atau Sikandin adalah salah satu putera Raja Drupada dengan Dewi Gandawati dari Kerajaan Panchala yang muncul dalam kisah wiracarita dari India, yaitu Mahabharata. Ia merupakan penitisan Dewi Amba yang tewas karena panah Bisma. Dalam kitab Mahabharata ia diceritakan lahir sebagai seorang wanita, namun karena sabda dewata, ia diasuh sebagai seorang pria, atau kadangkala berjenis kelamin netral (waria). Dalam versi pewayangan Jawa terjadi hal yang hampir sama, namun dalam pewayangan jawa ia dikisahkan menikahi Arjuna dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah Mahabharata vrsi India.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, Srikandi dieja Śikhaṇḍin, bentuk feminimnya adalah Śikhaṇḍinī. Secara harfiah, kata Śikhandin atau Śikhandini berarti "memiliki rumbai-rumbai" atau "yang memiliki jambul".
Srikandi dalam Mahabharata
Di kehidupan sebelumnya, Srikandi terlahir sebagai wanita bernama Amba, yang ditolak oleh Bisma untuk menikah. Karena merasa terhina dan ingin membalas dendam, Amba berdoa dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Keinginannya terpenuhi sehingga akhirnya Amba bereinkarnasi menjadi Srikandi.
Pada saat lahir, suara dewata menyuruh ayahnya agar mengasuh Srikandi sebagai putera. Maka Srikandi hidup seperti pria, belajar ilmu perang dan kemudian menikah. Pada malam perkawinan, istrinya sendiri menghina dirinya setelah mengetahui hal yang sebenarnya. Setelah memikirkan usaha bunuh diri, ia kabur dari Panchala, namun diselamatkan oleh seorang Yaksa yang kemudian menukar jenis kelaminnya kepada Srikandi. Srikandi pulang sebagai pria dan hidup bahagia bersama istrinya dan memiliki anak pula. Setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kembali kepada Yaksa.
Perang di Kurukshetra
Saat perang di Kurukshetra, Bisma sadar bahwa Srikandi adalah reinkarnasi Amba, dan karena ia tidak ingin menyerang "seorang wanita", ia menjatuhkan senjatanya. Tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, Arjuna bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma dengan tembakan panah penghancur. Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, Arjuna dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir. Akhirnya Srikandi dibunuh oleh Aswatama pada hari ke-18 Bharatayuddha.
Srikandi dalam Pewayangan Jawa
Srikandi dikisahkan lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada dan Dewi Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.
Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya ketika ia berguru pada Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putera.
Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, kesatria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Korawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, puteri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang mati terbunuh oleh Bisma.
Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Hastinapura setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.

JADI, APAKAH PEREMPUAN ADALAH SRIKANDI?

*********

PEREMPUAN DAN PENDIDIKAN
Rinny Soegiyoharto (catatan tak selesai pada april 2006)

Ragam aktivitas ke-Kartini-an sebagai simbol emansipasi kaum perempuan seperti sebuah rutinitas lebih bergaung pada bulan April mendekati hari keduapuluhsatu. Ditandai aneka lomba dan berbagai atribut keperempuanan yang adakalanya malah tampak sekadar wujud lahiriah dan kasat mata. Sebut saja lomba berkebaya, lomba masak, lomba pasang dasi, lomba merias wajah, dan sebagainya.

*** *** *** *** ***

-DRAFT--Wanita. Meski berpadan dengan perempuan, namun kata dasar “empu” pada perempuan terasa lebih nyaman dan membanggakan, oleh sebab itu saya suka menggunakan kata “perempuan”, termasuk dalam menamai blog saya.-
Perempuan, sadar soal pentingnya pendidikan terhadap anak-anak, karena di "dalam" perempuan terdapat beban psikologis memperjuangkan dirinya sendiri, terus-menerus. Utamanya dalam hal pendidikan (sudah diterobos Kartini). Guru TK-SD bahkan SMP kebanyakan perempuan. Bapak-bapak lebih banyak muncul dan berperan pada tingkat pendidikan lanjutan atas (SMA), dimana pendidikan dasar telah ditanamkan lebih dahulu oleh ibu-ibu guru. Mengapa? Sekali lagi karena perempuan secara lahiriah dan kodrati justru memikul tanggung jawab pendidikan itu sendiri yang dimulai pada dirinya sendiri. Maka, bapak-bapak guru lebih kepada transfer of knowledge, ketimbang hal-hal mendasar yang lebih berhubungan dengan pembangunan karakter, penanaman proses belajar dan pengertian-pengertian dasar untuk dan selama manusia menempuh proses pendidikan.- Pendidikan: mencakup attitude/sikap, yakni kognitif, afektif dan perilaku. Pengembangan kepribadian, pembiasaan good character, kesadaran dan tanggung jawab akan masa depan pribadi/diri sendiri yang mempengaruhi masa depan keluarga dan kontribusinya bagi pembangunan bangsa dan negara, dll.- Bukan diskriminasi yang mengarah pada gerakan feminisme.- Perbedaan sesuatu yang dirayakan bersama sebagai unsur2 yg saling bersinergi mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan bersama: orangtua, pendidik, bangsa dan negara.- Berkaitan erat dengan UU Anti-KDRT. Jika perempuan terus ditindas, bahkan di dalam rumah tangganya sendiri, bagaimana mungkin perempuan dapat bertugas/ berkiprah/ bertindak optimal untuk mendidik anak-anak, baik anak sendiri maupun anak-anak didik apabila ia seorang guru? Kendati lagi, waktu terus merambah, persaingan global semakin cepat dan menantang, anak tidak berhenti tumbuh dan berkembang, suatu waktu akan tiba ketika anak mulai lebih banyak mencurahkan porsi proses pendidikannya pada pemenuhan kognitif, belajar ilmu2 tinggi, yg bisa jadi sebagian besar diberikan oleh laki-laki, bapak2 yg menitikberatkan pada perkembangan kognitif.- Perempuan & laki2 lebih kepada pembagian peran, baik dalam pendidikan di dalam rumah tangga, maupun pendidikan secara luas, formal & informal. Karena baik dari segi struktur fisiologis dan psikologis serta kultural dan sejarah di dalam masyarakat kita, telah membentuk sebuah perbedaan laki2 dan perempuan, yang harus kita rayakan bersama-sama membentuk manusia-manusia berkualitas dlm diri anak2 kita sebagai proses pendidikan menuju masa depan cerah mengikuti kecerahan janji bangsa ini. Amin.-

Pendidikan dimulai dari rumah. Peran ibu sebagai objek kelekatan anak yang pertama terhadap proses pendidikan anak tentulah tidak kecil. Sebagai perempuan, tentunya ibu harus tidak hanya memberikan pelajaran, namun pendidikan kasih sayang, penanaman afeksi, unsur penting bagi rasa nyaman dan aman bagi anak, karena merasa dicintai. Bagaimana mungkin ibu dapat menanam benih cinta pada anak apabila dia sendiri mengalami kekerasan dalam rumah tangga.***